GEJOLAK REMAJA
(Memaafkan)
Rama anak ke dua dari dua bersaudara, kakaknya duduk di kelas XI sedangkan Rama sekarang duduk di kelas VIII. Ayah Rama bekerja sebagai sopir travel, sedangkan ibunya bekerja sebagai pedagang sayuran di pasar. Pekerjaan sebagai sopir travel membuat ayah Rama sering tidak pulang ke rumah sehingga waktu bertemu dengan keluarga sangat kurang. Sebaliknya Ibu Rama selalu berusaha memberi perhatian yang cukup untuk anak-anaknya.
Saat kelas VII Rama merupakan sosok anak yang baik dan penurut pada orang tua. Dia selalu pulang sekolah tepat waktu dan rutin membantu ibu dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Prestasi akademik Rama juga tidak mengecewakan, nilai yang diperoleh selalu mencapai KKM.
Perubahan pada diri Rama mulai tampak ketika ia duduk di kelas VIII. Rama menjadi tertutup dengan orang tuanya. Pulang sekolah sering terlambat dan tidak mau membantu ibunya untuk pekerjaan rumah tangga. Kegiatan Rama setiap hari hanya bermain HP di dalam kamar. Nilai-nilai ulangan Rama juga banyak yang menurun. Rama sudah benar-benar berubah.
Melihat kondisi yang seperti ini, orang tua Rama datang ke guru Bimbingan Konseling untuk membicarakan masalah Rama. Orang tua Rama tidak mengerti mengapa Rama menjadi berubah seperti ini. Dari yang dulunya sangat peduli dengan lingkungan menjadi bersikap masa bodoh. Setelah dilakukan observasi ternyata Rama mulai tertarik pada lawan jenis dan mulai berpacaran dengan teman sekelasnya yang bernama Siska. Mereka berdua menjalin hubungan khusus sejak duduk di kelas VIII. Orang tua Rama sangat marah dan melarang Rama melanjutkan hubungan itu mengingat usia mereka berdua masih belum tepat untuk berpacaran. Orang tua Rama menasehati agar Rama meniru kakaknya yang pandai. Namun Rama menentang keinginan orang tuanya dan bersikeras untuk tetap melanjutkan hubungannya dengan Siska.
Akhirnya Siska dan Rama diberi pengertian oleh guru BK bahwa berelasi yang sehat itu harus ada batas-batasnya. Sebuah hubungan harus saling memberikan pengaruh yang positif bagi keduanya. Harus ada batas-batasnya. Tidak untuk saling mengikat. Akhirnya keduanya berjanji dan menyadari selama ini sudah terlalu larut dalam emosi afeksi yang tidak sehat. Berkat kesadaran itu Rama dan Siska tetap bersahabat dan prestasi belajar, minat belajar dan disiplin hidup mereka kembali dihidupi sebagai sesuatu yang menyenangkan.