Implementasi Projek P5 melalui Pembelajaran Diferensiasi Menggunakan Metode Scaffolding untuk Mewujudkan Generasi Emas 2045 - Guruinovatif.id

Diterbitkan 03 Mei 2023

Implementasi Projek P5 melalui Pembelajaran Diferensiasi Menggunakan Metode Scaffolding untuk Mewujudkan Generasi Emas 2045

Implementasi Projek P5 melalui Pembelajaran Diferensiasi Menggunakan Metode Scaffolding dengan alur berpikir desain dapat membantu mewujudkan Generasi Emas 2045 dengan cara memperkuat profil pelajar Pancasila dan karakter bangsa melalui pendidikan yang berkualitas.

Dunia Pendidikan

Zakaria Sandy Pamungkas

Kunjungi Profile
3691x
Bagikan

A. PENDAHULUAN

Indonesia sedang mengalami periode bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk usia non-produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Bonus demografi ini merupakan kesempatan emas bagi Indonesia untuk mencapai visi generasi emas 2045. Generasi Emas 2045 adalah target pemerintah Indonesia untuk menjadikan generasi muda Indonesia sebagai generasi yang berprestasi, berdaya saing, dan berkontribusi positif bagi negara dan masyarakat di masa depan (Indrati dkk, 2020). Generasi Emas 2045 adalah target yang ambisius, namun sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia dan memperkuat posisi negara Indonesia di kancah global. Generasi muda Indonesia harus dilengkapi dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang positif untuk menghadapi tantangan di masa depan. Selain itu, generasi muda Indonesia harus dapat berkontribusi positif bagi negara dan masyarakat.

Pendidikan memainkan peran yang sangat penting dalam mewujudkan visi generasi emas 2045. Melalui pendidikan, generasi muda Indonesia dapat memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan di masa depan dan mencapai potensi terbaik mereka. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam membangun kualitas pendidikan di Indonesia melalui projek P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) sebagai bagian dari kurikulum merdeka. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah sebuah program yang bertujuan untuk memperkuat pemahaman dan implementasi nilai-nilai Pancasila pada para pelajar di Indonesia. (Susilawati dkk, 2021) 

Projek penguatan profil pelajar pancasila mampu mewujudkan visi generasi emas 2045 melalui pembentukan generasi muda yang memiliki karakter dan nilai-nilai yang kuat, serta memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Implementasi projek P5 menjadi sumber inovasi dan kreativitas dikarenakan peserta didik diarahkan untuk mengembangkan ide-ide baru dan memecahkan masalah dengan cara yang kreatif dan inovatif. Selain itu, penerapan projek P5 akan membuat peserta didik mendapatkan keterampilan dan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan di masa depan (Anton & Trisoni, 2022). Selain keterampilan dan pengetahuan, projek P5 juga membentuk sikap dan nilai yang positif pada generasi muda Indonesia (Varelasiwi, 2023). Sikap dan nilai yang positif ini dapat membantu mereka menjadi individu yang lebih baik dan berkontribusi positif bagi masyarakat dan negara.

Tujuan projek P5 dalam dalam memperkuat pemahaman dan implementasi nilai-nilai Pancasila pada para pelajar di Indonesia belum terpenuhi dikarenakan kurang optimalnya penerapan projek P5. Salah satu faktornya adalah belum dilakukannya pembelajaran diferensiasi pada projek P5 sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masing-masing pelajar. Pembelajaran diferensiasi adalah pendekatan pembelajaran yang menyesuaikan metode, strategi, dan materi pengajaran dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan individu siswa (Herwina, 2021). Dalam pembelajaran diferensiasi, guru harus mampu mengidentifikasi perbedaan individual antara siswa dan mengembangkan strategi pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka. Penerapan pembelajaran diferensiasi membutuhkan evaluasi dan pemantauan yang sistematis untuk mengetahui sejauh mana penerapan pembelajaran diferensiasi pada projek ini dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang nilai-nilai Pancasila.

B. PEMBAHASAN

Penerapan pembelajaran diferensiasi melalui metode scaffolding adalah salah satu cara yang efektif untuk membantu siswa dalam mencapai kemampuan belajar mereka. Metode scaffolding adalah pendekatan pengajaran yang membangun pengetahuan dan keterampilan siswa dengan memberikan bantuan dan dukungan yang diperlukan dalam tahap awal pembelajaran, dan secara bertahap mengurangi bantuan tersebut saat siswa semakin mampu (Damayanti, 2016). Metode scaffolding memungkinkan guru untuk memberikan bantuan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan individu siswa. Implementasi projek P5 melalui pembelajaran diferensiasi menggunakan metode scaffolding dapat dilakukan dengan menggunakan alur berpikir desain dengan tahapan seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Alur Berpikir Desain

Alur Berpikir Desain dimulai dari tahap berempati dengan menyadari masalah-masalah yang terjadi di sekitar, masalah apapun yang memprihatinkan dari dunia. Masalah bisa datang dari topik apa saja misalnya bencana alam, sampah, penyakit, kecelakaan dan lainnya. Kemudian dari permasalahan tersebut mendefinisikan masalah sehingga siswa harus benar-benar memahami masalah tersebut. Kemudian melakukan curah pendapat tentang apa yang bisa menjadi solusi masalah tersebut. Membuat prototipe dan melakukan eksperimen atau coba langsung ke khalayak luas untuk mendapatkan umpan balik yang otentik. Alur berpikir desain adalah suatu pendekatan dalam merancang solusi untuk masalah atau memenuhi kebutuhan pengguna dengan fokus pada kebutuhan dan perspektif pengguna (Ourelia dkk, 2022). Berikut adalah alur berpikir desain sebagai metode scaffolding untuk menerapakan pembelajaran diferensiasi pada pembelajaran projek P5:

1. Berempati

Tahap ini melibatkan pemahaman mendalam tentang kebutuhan pengguna dan perspektif mereka. Pada tahap ini, perlu dilakukan wawancara, observasi, dan analisis data pengguna. Hasil lembar kerja siswa dalam melaksanakan tahapan empati dapat dilihat pada gambar 2

Gambar 2. Hasil LKS pada tahapan empati (Sumber: Dok. Pribadi)

2. Definisi

Tahap ini melibatkan pengolahan informasi dari tahap empati untuk menentukan masalah atau kebutuhan yang ingin diselesaikan. Pada tahap ini, siswa akan dikelompokkan sesuai masalah. Kelompok tersebut akan berdiskusi untuk membuat definisi yang jelas dan spesifik tentang masalah atau kebutuhan yang ingin diselesaikan. Hasil lembar kerja siswa dalam melaksanakan tahapan definisi dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3. Hasil LKS pada tahapan definisi (Sumber: Dok. Pribadi)

 

3. Ideasi

Tahap ini melibatkan pembuatan ide-ide solusi yang berpotensi untuk memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan pengguna. Pada tahap ini, perlu dilakukan sesi brainstorming atau pengembangan konsep yang kreatif. Hasil lembar kerja siswa dalam melaksanakan tahapan ideasi dapat dilihat pada gambar 4

Gambar 4. Hasil LKS pada tahapan ideasi (Sumber: Dok. Pribadi)

4. Prototyping 

Tahap ini melibatkan pembuatan prototipe solusi yang dihasilkan dari tahap ideasi. Pada tahap ini, perlu membuat prototipe yang dapat diuji coba dan dikembangkan lebih lanjut. Dokumentasi kegiatan siswa dalam kegiatan prototyping dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Dokumentasi kegiatan prototyping (Sumber: Dok. Pribadi)

 

5. Testing

Tahap ini melibatkan pengujian prototipe solusi dengan pengguna untuk memastikan solusi yang dihasilkan benar-benar dapat memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan pengguna. Pada tahap ini, perlu dilakukan pengujian untuk memperbaiki dan meningkatkan solusi yang dihasilkan. Dokumentasi kegiatan siswa dalam kegiatan testing dapat dilihat pada video 1.

Video 1. Dokumentasi kegiatan testing (Sumber: Dok. Pribadi)

Implementasi Projek P5 melalui pembelajaran diferensiasi menggunakan metode scaffolding akan berjalan optimal apabila guru mampu menjalankan perannya sebagai fasilitator. Sebagai fasilitator utama dalam pembelajaran, guru memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan dan mengimplementasikan pembalajaran yang efektif dan efisien. Guru sebelum mengimplementasikan  Projek P5 melalui pembelajaran diferensiasi menggunakan metode scaffolding harus memiliki kompetensi yang memadai meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi kurikulum yang efektif dan efisien. Implementasi inovasi ini memang membutuhkan guru yang berkualitas. Namun, hal ini bukanlah tugas yang mudah dan membutuhkan dukungan dari pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat secara keseluruhan untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik dan berkualitas di Indonesia. Berikut ini beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas guru dalam mensukseskan kurikulum merdeka

1. Pelatihan guru

Pelatihan guru merupakan salah satu upaya penting untuk mewujudkan implementasi Kurikulum Merdeka di Indonesia. Melalui pelatihan, guru akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dengan efektif dan efisien. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memberikan pelatihan kepada guru seperti pelatihan secara langsung, pelatihan jarak jauh, pelatihan terpadu. Setiap metode pelatihan memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan pilihan tergantung pada kebutuhan dan situasi masing-masing.

Pada era digital seperti sekarang ini, banyak guru yang memilih pelatihan jarak jauh (online) sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan kompetensi guru. Pelatihan ini dilakukan dengan cara menggunakan teknologi dan platform online seperti platform guruinovatif.id. Pelatihan seperti ini dapat diselenggarakan dengan menggunakan aplikasi video conference atau platform pembelajaran online. Beberapa keuntungan pelatihan guru melalui platform online yakni: 

1) Fleksibel: Pelatihan online memungkinkan guru untuk mengakses materi pelatihan kapan saja dan di mana saja, tanpa harus mengikuti jadwal pelatihan yang kaku. Hal ini memungkinkan guru untuk mengatur waktu belajar mereka sesuai dengan kesibukan dan ketersediaan mereka; 

2) Efisien: Pelatihan online dapat menghemat waktu dan biaya yang dikeluarkan oleh guru untuk menghadiri pelatihan secara fisik. Guru tidak perlu bepergian ke tempat pelatihan dan tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi, makan, dan penginapan; 

3) Interaktif: Pelatihan online dapat disajikan dalam bentuk yang interaktif, seperti video, animasi, dan simulasi. Hal ini akan membuat materi pelatihan menjadi lebih menarik dan mudah dipahami oleh guru; 

4) Dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu: Pelatihan online dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu guru. Guru dapat memilih materi pelatihan yang relevan dengan bidang studi mereka atau dengan tantangan yang sedang dihadapi dalam pembelajaran.

Namun, meskipun pelatihan online memiliki banyak keuntungan, masih ada tantangan yang harus diatasi, seperti kualitas jaringan internet, kepercayaan diri dalam menggunakan teknologi, dan masalah motivasi dalam belajar secara mandiri. Oleh karena itu, pelatihan online perlu dirancang dengan baik dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta agar dapat efektif dalam meningkatkan kompetensi guru di era digital.

2. In House Training

In house training atau pelatihan dalam lingkungan kerja dapat menjadi salah satu strategi yang efektif untuk mewujudkan kurikulum merdeka. Kelebihan in house training untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka yakni: 

1) Konteks yang relevan: Pelatihan in house training dilakukan di lingkungan kerja, sehingga materi pelatihan dapat disesuaikan dengan konteks dan kebutuhan guru yang berkaitan dengan kurikulum merdeka. Hal ini memungkinkan guru untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana menerapkan kurikulum merdeka di kelas mereka; 

2) Keterlibatan yang lebih tinggi: Pelatihan in house training melibatkan guru yang bekerja di lembaga yang sama, sehingga memungkinkan terciptanya lingkungan yang lebih kolaboratif dan berbagi pengetahuan antar guru. Dengan begitu, guru dapat belajar satu sama lain dan berbagi pengalaman dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka; 

3) Biaya yang lebih efektif: Pelatihan in house training dapat menghemat biaya, karena tidak perlu membayar biaya transportasi atau akomodasi yang diperlukan dalam pelatihan luar; 

4) Dukungan yang lebih baik: Pelatihan in house training memungkinkan manajemen atau pengelola lembaga pendidikan untuk memberikan dukungan yang lebih baik kepada guru dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka. Dukungan ini dapat meliputi fasilitas dan sumber daya yang diperlukan dalam pelaksanaan kurikulum merdeka.

Pelatihan in house training juga memiliki beberapa tantangan, seperti kurangnya variasi instruktur dan kurangnya inspirasi dari lingkungan luar yang dapat mempengaruhi kualitas pelatihan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pelatihan in house, perlu dipastikan bahwa pelatihan tersebut dirancang dengan baik dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan guru agar dapat efektif dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka.

3. Sertifikasi Guru

Sertifikasi guru dapat menjadi salah satu solusi untuk mewujudkan implementasi Kurikulum Merdeka di Indonesia. Sertifikasi guru adalah proses penilaian terhadap kompetensi dan kualitas guru yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran di sekolah. Dalam konteks implementasi Kurikulum Merdeka, sertifikasi guru dapat membantu dalam meningkatkan kualitas guru yang mengajar di sekolah. Sertifikasi guru akan memastikan bahwa guru memiliki kompetensi yang memadai untuk mengembangkan dan mengimplementasikan kurikulum yang efektif dan efisien. Selain itu, program ini juga dapat memberikan penghargaan dan insentif kepada guru yang telah berhasil memenuhi syarat. Namun, implementasi sertifikasi guru juga harus disertai dengan dukungan dari pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal ini, pemerintah dapat memberikan bantuan dan sumber daya yang diperlukan bagi guru untuk memenuhi persyaratan sertifikasi. Selain itu, lembaga pendidikan dan masyarakat juga dapat membantu dalam memberikan dukungan dan motivasi kepada guru untuk memperoleh sertifikasi.

Pada saat ini, sudah dilaksanakan program sertifikasi guru melalui program profesi guru dengan memprioritaskan guru penggerak. Guru penggerak adalah guru yang memiliki kemampuan dan motivasi untuk memimpin dan menginspirasi sesama guru dalam menerapkan kurikulum merdeka. Guru penggerak juga diharapkan mampu membimbing dan memberikan saran kepada guru lain dalam mengatasi masalah yang muncul dalam implementasi kurikulum merdeka. Proses seleksi guru penggerak ini meliputi tes tertulis, tes praktis, dan penilaian portofolio. Selain itu, untuk mendaftar sebagai guru penggerak harus memenuhi persyaratan tertentu, seperti memiliki gelar sarjana pendidikan, memiliki pengalaman mengajar minimal beberapa tahun, dan telah mengikuti pelatihan dan pengembangan diri yang relevan. Dengan adanya program sertifikasi guru melalui jalur guru penggerak, sekolah dapat memastikan bahwa guru yang mengajar memiliki kompetensi dan kualitas yang memadai untuk mengembangkan dan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. 

C. PENUTUP

Implementasi Projek P5 melalui Pembelajaran Diferensiasi Menggunakan Metode Scaffolding dengan alur berpikir desain dapat membantu mewujudkan generasi emas 2045 dengan cara memperkuat profil pelajar Pancasila dan karakter bangsa melalui pendidikan yang berkualitas. Dalam mengimplementasikan Projek P5 melalui Pembelajaran Diferensiasi menggunakan Metode Scaffolding dengan alur berpikir desain, perlu melibatkan seluruh pemangku kepentingan, seperti peserta didik, guru, orang tua, dan masyarakat untuk memastikan keberhasilan projek dan mewujudkan generasi emas 2045 yang kuat dalam nilai-nilai Pancasila dan karakter bangsa. Guru yang berkompetensi memiliki peran penting dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka. Oleh karena itu, upaya dari pemerintah maupun lembaga pendidikan untuk meningkatkan kualitas guru melalui kegiatan pelatihan guru, in house training dan sertifikasi guru sangatlah diperlukan untuk memastikan bahwa setiap guru sudah memenuhi standar kompetensi dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka untuk mewujudkan generasi emas 2045.

DAFTAR PUSTAKA

Anton, A., & Trisoni, R. (2022). Konstribusi Keterampilan 4c Terhadap Projek Penguatan Propil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka. Edu Cendikia: Jurnal Ilmiah Kependidikan2(03), 528-535.

Damayanti, N. W. (2016). Praktik pemberian scaffolding oleh mahasiswa pendidikan matematika pada mata kuliah strategi belajar mengajar (sbm) matematika. Jurnal Ilmiah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan18(1), 87-97.

Herwina, W. (2021). Optimalisasi kebutuhan murid dan hasil belajar dengan pembelajaran berdiferensiasi. Perspektif Ilmu Pendidikan35(2), 175-182.

Indrati, I., Islam, M., & Paramita, A. (2020). Program Online Scholarship Competition sebagai Wujud Partisipasi Penciptaan Generasi Emas Indonesia 2045. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains dan Humaniora4(1), 1-9.

Ourelia, B. J., Yahya, L., Wilson, G., Dewa, Y. S., Hagunawan, Y. V., & Pribadi, M. R. (2022). Perancangan UX dan UI aplikasi KulurKilir dengan pendekatan Metode design thinking. In MDP Student Conference, 1(1), 398-405.

Susilawati, E., Sarifudin, S., & Muslim, S. (2021). Internalisasi Nilai Pancasila Dalam Pembelajaran Melalui Penerapan Profil Pelajar Pancasila Berbantuan Platform Merdeka Mengajar. Jurnal Teknodik, 155-167.

Varelasiwi, R. S. (2023). Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Menguatkan Identitas Nasional Melalui P5 di Era Globalisasi. Proceedings Series of Educational Studies1(1).

 

#Guruinovatif, #LombaArtikelS3, #ArtikelGI, #LombaGI


Penyunting: Luqmanul Hakim

9

0

Komentar (9)

SMAISLAMDIPONEGOROSURAKARTA

May 20, 2023

Teruslah berkarya, pak Zakaria

Zakaria Sandy Pamungkas, S.Pd., M.Pd

May 20, 2023

Terimakasih atas supportnya, saran dan perbaikan akan selalu saya nantikan

SMA ISLAM DIPONEGORO

May 20, 2023

MasyaAllah, terimakasih atas inovasinya bagi siswa-siswi SMA Islam Diponegoro Surakarta

Lihat Komentar Lainnya

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Revolusi Pendidikan Dengan Penguatan Literasi Digital Melalui Platform Digital
Pendidikan Karakter: Membangun Fondasi Moral dan Etika untuk Masyarakat yang Lebih Baik
3 min
Peran Penting Teknologi dalam Meningkatkan Akses Pendidikan di Indonesia Tahun 2024
4 min
Digitalisasi dalam Suara : Membangun Literasi Digital Siswa Tunanetra melalui Google Form
2 min
Peningkatan Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Arab dalam Literasi Digital

RUDI HARYANTO

Sep 11, 2023
8 min

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar