Ilustrasi Kesehatan Mental Pengajar SMK di Indonesia 2023 (Kurikulum Merdeka)
Kesehatan mental para pengajar merupakan aspek yang krusial dalam keberlangsungan pendidikan. Dengan implementasi Kurikulum Merdeka, banyak harapan dan tantangan yang dihadapi oleh para pendidik, terutama di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia. Upaya untuk memberikan pendidikan yang lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan individu peserta didik telah menjadi fokus utama, namun dampaknya terhadap kesehatan mental pendidik perlu diperhatikan secara serius.
Adapun tantangan yang dihadapi oleh pengajar maupun pendidik SMK selama kurikulum merdeka di Indonesia pada tahun 2023, antara lain:
Beban kerja yang meningkat Kurikulum Merdeka menekankan pendekatan pembelajaran yang lebih personal dan inovatif. Hal ini mendorong guru untuk lebih fleksibel dan kreatif dalam menyusun materi serta menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik. Namun, hal ini juga dapat menambah beban kerja pendidik yang harus menyesuaikan kurikulum tersebut dengan ketersediaan sumber daya dan waktu yang terbatas.
Tekanan kinerja Ekspektasi terhadap hasil yang lebih baik dalam implementasi kurikulum baru seringkali menciptakan tekanan psikologis pada pendidik. Penilaian kinerja, evaluasi, dan harapan akan hasil yang optimal menjadi beban tambahan bagi kesehatan mental mereka.
Ketidakpastian dan adaptasi pembelajaran baru Perubahan kurikulum sering kali menciptakan ketidakpastian bagi pendidik maupun pengajar. Proses penyesuaian dengan pola pembelajaran baru, penilaian yang berbeda, dan kebutuhan peserta didik yang bervariasi dapat menimbulkan stres dan kecemasan.
Selain tantangan yang dihadapi oleh pengajar maupun pendidik, berikut dampak terhadap kesehatan mental pendidik SMK selama kurikulum merdeka di Indonesia pada tahun 2023, antara lain:
Stres dan kelelahan Beban kerja yang meningkat dan tekanan kinerja dapat menyebabkan stres dan kelelahan yang berkepanjangan pada pendidik. Hal ini bisa berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental mereka.
Ketidakpuasan kerja Tekanan dan ekspektasi yang tinggi dapat menyebabkan ketidakpuasan kerja, meredupkan semangat, dan mengurangi motivasi untuk pendidik memberikan yang terbaik.
Gangguan kesehatan mental Lama kelamaan, tekanan yang berkelanjutan dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, atau bahkan burnout (kondisi stress gara-gara pekerjaannya).
Adapun solusi dan upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik maupun pengajar untuk mengurangi dampak terhadap kesehatan mental pendidik SMK selama penerapan kurikulum merdeka di Indonesia, yaitu:
1. Dukungan institusional Penting bagi lembaga pendidikan untuk memberikan dukungan yang memadai bagi pendidik, baik dalam hal sumber daya, pelatihan, maupun bimbingan dalam menghadapi perubahan kurikulum khususnya kurikulum merdeka pada tahun 2023 ini.
2. Peningkatan kesadaran Edukasi tentang pentingnya kesehatan mental dan strategi mengelola stres harus menjadi bagian dari pelatihan pengajar secara terus-menerus.
3. Kolaborasi dan dukungan antar pendidik di sekolah Pembentukan komunitas yang saling mendukung antar pendidik bisa menjadi cara efektif untuk saling berbagi pengalaman dan strategi mengatasi tantangan yang dihadapi.
4. Waktu untuk regenerasi Pendidik perlu mengatur waktu istirahat yang cukup untuk mengurangi kelelahan yang berkelanjutan.
Gambar 1 Pembelajaran Kurikulum Merdeka. Sumber: (Foto Pribadi pada Pembelajaran Kurikulum Merdeka di SMKN 2 Sukorejo, Kab. Pasuruan)Kesehatan mental pendidik adalah aset berharga dalam sistem pendidikan yang efektif. Dalam implementasi Kurikulum Merdeka di SMK, perhatian yang serius terhadap kesejahteraan mereka harus menjadi prioritas. Upaya nyata dalam mendukung kesehatan mental pendidik akan berdampak positif pada kualitas pengajaran, interaksi di kelas, dan perkembangan peserta didik secara keseluruhan. Selain itu, pihak manajemen sekolah juga penting untuk terus memantau dan mengevaluasi kesehatan mental pendidik secara berkala serta memberikan sumber daya yang memadai agar mereka dapat menjalankan tugasnya dengan optimal tanpa mengorbankan kesejahteraan pribadi.
Penyunting: Putra