Perkenalkan aku adalah seorang wanita berusia 26 tahun yang sebentar lagi menginjak usia 27 tahun dengan status seorang istri dan seorang ibu. Artikel ini akan menceritakan tentang perjalananku menjadi seorang guru dan sedikit tips mengajar di kelas.
Menjadi seorang guru bukanlah cita-cita ku. Guru tidak pernah masuk ke dalam daftar cita-citaku. Dulu aku menganggap pekerjaan guru adalah pekerjaan yang biasa saja. Hal itu terjadi karena aku melihat ibuku yang bekerja menjadi guru tidak banyak mengalami perubahan finansial dalam hidupnya karena ibuku hanyalah seorang guru swasta. Kisah ini berawal saat aku lulus jenjang SMA aku berniat untuk melanjutkan kuliah. Karena keterbatasan yang kumiliki yaitu aku yang minim prestasi untuk bersaing masuk perguruan tinggi dengan beasiswa menjadikanku harus menuruti perintah ayah dan ibuku. Bahkan dulu ada ancaman dari mereka apabila aku tak mengindahkan nasihat mereka yaitu aku diharuskan kuliah di jurusan Pendidikan khususnya Pendidikan guru madrasah ibtidaiyah lebih baik aku langsung menikah saja. Karena aku adalah anak yang penurut dan tidak pernah membantah keinginan orang tua aku pun dengan terpaksa menuruti perintah mereka.
Setelah aku masuk ke dalam kampus pilihan orang tuaku. Aku menjalani masa kuliah di semester awal dengan berat hati. Aku kuliah dengan malas dan asal-asalan. Prinsipku saat itu adalah “yang penting tidak ada mata kuliah yang mengulang”. Kemalasan itu berlanjut hingga sekitar semester 5. Ketika memasuki semester 5 perkuliahan aku semakin sadar bahwa disinilah tempatku, disinilah ujung tombak masa depanku. Mulai saat itu aku merasa yakin bahwa inilah awal jalan kehidupanku yang sebenarnya, kehidupan yang akan mengantarkanku pada cerahnya masa depanku. Aku mulai yakin bahwa apa yang ku jalani saat itu merupakan jalan yang di ridhoi oleh allah, dan sudah pasti orang tuaku ridho. Karena ridha allah tergantung pada ridha orang tua bukan?
Setelah gejolak batin dan keinginan untuk goyah dari jurusan kuliah dapat teratasi dengan baik aku dapat menyelesaikan kuliahku tepat waktu. Aku sangat bersyukur dapat menyelesaikan studi sarjana dengan tepat waktu. Setelah lulus barulah aku memikirkan untuk mencari pasangan hidup dan menikah dan alhamdulillah tercapai, 3 bulan setelah wisuda aku menikah. Setelah menikah aku melanjutkan kuliah program magister, tidak disangka bukan? aku yang dulu tidak pernah bercita-cita menjadi seorang guru malah kuliah sampai program magister.
Di tengah aku menjalani program magister aku mulai bekerja di salah satu Madrasah Ibtidaiyah di daerahku. Nasib baik bukan? aku sudah bekerja ketika masih menjalani proses kuliah. Namun hal ini justru membuatku harus merelakan studi magisterku terhenti untuk beberapa waktu. Karena aku punya dua bayi kembar yang lumayan menguras energi dan fikiran dalam mengasuhnya. Jadi tidak mungkin aku menjalani tiga peran sekaligus (guru, mahasiswa, seorang ibu). Akan tetapi atas kehendak Allah SWT ada suatu hal yang mengharuskanku untuk resign dari madrasah tersebut. Mungkin memang mengecewakan karena aku yang sudah mendapat pekerjaan ini harus resign. Tapi aku yakin Allah adalah sebaik-baik pengatur takdir manusia. Mungkin aku memang ditakdirkan untuk resign dan melanjutkan kehidupan dengan lebih baik.
Atas izin Allah, Setelah beberapa waktu aku resign dari sekolah, aku berniat melanjutkan kembali studi magisterku.Dengan penuh tantangan dan keterbatasan waktu yang kumiliki aku berhasil menuntaskan pendidikan pada program magister. Meskipun sedikit terlambat dari teman seangkatanku aku sangat bersyukur dapat menyelesaikan pendidikanku untuk kedua kalinya.
Setelah lulus dari program magister aku ditawari untuk bergabung kembali ke madrasah tempatku bekerja dulu. Setelah melalui banyak pertimbangan aku menyetujui untuk bergabung kembali ke madrasah tersebut dengan niat tulus dan murni untuk mengamalkan ilmu yang telah kupelajari dalam bangku kuliah. Buah dari keyakinanku pada Tuhan akan takdirku sudah terlihat, aku tidak dibiarkan menganggur terlalu lama oleh Tuhanku.
Aku berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik untuk siswa-siswiku dan madrasah tersebut, aku tidak pernah berhenti untuk belajar guna menciptakan suasana belajar yang nyaman, aktif, dan menarik bagi siswa dalam kelas. Karena menurutku guru ialah insan pendidik, seorang pendidik harus mau belajar dan mengembangkan diri guna mencetak generasi bangsa dengan kualitas akademik yang unggul serta berakhlak mulia. Seorang guru yang hanya mengandalkan ijazah dan merasa cukup dengan kemampuan yang dimiliki tanpa mau belajar dan berkembang seiring perkembangan zaman dan teknologi bisa disebut kuno dan kolot. Begitulah esensi seorang guru sebenarnya, guru tidak boleh pasrah dengan kemampuan yang dimilikinya mereka harus siap dan berkontribusi dalam segala hal demi memajukan Pendidikan di Indonesia.
Seorang guru perlu menyiapkan berbagai hal yang akan digunakan untuk melaksanakan pembelajaran mulai dari perangkat pembelajaran, media, maupun hal lain yang dapat menciptakan iklim belajar yang kondusif. Selain itu diperlukan fisik yang sehat dan mental yang kuat untuk menjadi guru, karena yang kita hadapi anak orang lain bukan anak sendiri. Untuk itu diperlukan dedikasi tinggi untuk menjadi seorang guru.
Saat memulai pembelajaran dalam kelas ajaklah siswa untuk melakukan ice breaking pembangkit semangat siswa. Lanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran. Perhatikan siswa siswi mu apakah mereka semangat atau kurang bersemangat. Ketika siswa terlihat bersemangat lanjukan pembelajaran seperti biasa. Namun ketika mereka terlihat kurang bersemangat ajak siswa siswi mu untuk mencari suasana baru misalnya rubah posisi duduk, atau bisa juga dengan mengajak para siswa untuk belajar di luar kelas, beri media yang menarik, atau bisa juga dengan pakai metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
Rekan guru semuanya, pesanku untuk kalian ialah jangan pernah berburuk sangka akan takdir sang pencipta. Berbaik sangkalah, karena semua yang kita jalani dalam kehidupan ini sudah diatur oleh sang pencipta dan sang pencipta tidak mungkin menjerumuskan hambanya. Ketika satu harapan patah yakinlah masih banyak harapan lain yang akan membawa kita pada kesuksesan. Tingkatkan kualitas hidup, berdo’a, dan dekatkan diri pada Tuhan. Jangan patah semangat karena kesuksesan tidak mungkin datang pada orang yang patah semangat dan jauh dari Tuhan. Dan jangan lupa jadilah guru yang selalu dirindukan oleh siswa siwimu.
Salam sukses untuk para guru “Sang Pendidik”.