Guru menjadi suatu kata biasa jika hanya diucapkan. Guru hanya manusia biasa sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Berbicara tentang guru, guru adalah orang pertama yang selalu didalih dalam penentu kualitas pendidikan. Benarkah demikian ? Pun nyatanya bukan hanya guru yang berperan dalam hal pendidikan. lantas mengapa guru selalu menjadi ujung tombak indikator sebuah kualitas pendidikan ? Apakah karena guru adalah obyek utama dari setiap aturan-aturan pendidikan dari pemangku kebijakan ? Lalu seberapa jauh apa peran dan urgensi guru dibutuhkan ? Banyak hal yang akan selalu menjadi topik pembahasan tentang guru dan pendidikan.
Pertama kali memantapkan diri untuk menjadi seorang guru merupakan pilihan yang mantap untuk dilakukan. Pastinya kisah seorang guru menawarkan banyak cerita dan lika liku. Pengalaman pertama saya menjadi seorang guru di sekolah formal, saya mendapatkan penolakan dan respon kurang hangat dari peserta didik. Betapa mencengangkan ketika mereka keluar dan tidak kembali ke kelas selama pembelajaran. Satu per satu saya gali faktor apa yang menjadi penghambat dan alasan mereka keluar dari jam pembelajaran. Jawaban yang saya dapatkan adalah karena pembelajaran fisika yang sangat susah dan menakutkan. Mereka memiliki sudut pandang fisika adalah mata pelajaran yang banyak hafalan rumus, hitungan dan analisa sehingga mereka cenderung menghindar. Problematika ini saya hadapi selama kurang lebih satu bulan dengan kerutan kening penat berkelanjutan. Banyak hal yang harus saya evaluasi dan mencari sebuah solusi.
Bulan kedua, saya mengaplikasikan strategi penanaman nilai-nilai dan metode dalam pembelajaran. Metode ini saya namai dengan "FIRSTI" class. FIRSTI adalah sebuah kepanjangan dari setiap huruf yang memiliki arti, yaitu :
F ( Fun) : Menyenangkan. Pembelajaran yang saya ciptakan harus menyenangkan baik dari penyampaian materi maupun pembawaan yang saya bawa agar peserta didik dapat masuk ke dunia saya dan saya masuk ke dunia mereka. Saya belajar akan karakteristik bahasa cinta dan karakter mereka. Proses ini mengajarkan saya bahwa selama menjadi fasilitator mendampingi pembelajaran, guru harus memiliki sikap ramah, baik hati memahami, meningkatkan jiwa kesamaptaan yang merupakan panggilan hati untuk menjadi seorang guru pada diri. Hal ini yang akan membawa peserta didik masuk ke dunia kita, merasa senang dan nyaman. I ( Interested) : Menarik. Pembelajaran yang diciptakan harus menarik dan penuh makna. Banyak inovasi-inovasi yang harus dilakukan. Tak jarang saya berikan game kecil dan sulap sederhana selama proses pembelajaran. Hal ini membuat mereka tertarik dan selalu menunggu kehadiran kita. Secara tidak langsung sikap memesona guru tumbuh dalam tahap ini untuk terus berinovasi dan haus akan penguasaan-penguasan materi maupun strategi yang menarik dalam pembelajaran. R (Responsible) : Disiplin dan bertanggungjawab. Karakter yang saya bangun adalah menumbuhkan jiwa disiplin pada peserta didik. Ketika mereka sudah merasa senang, nyaman dan tertarik pasti mereka akan secara otomatis mengikuti pembelajaran kita. Masuk kelas secara disiplin dan mengerjakan penugasasan yang diberikan. Penugasan yang diberikan tentunya disesuaikan dengan tingkat kemampuan individu secara bertahap. S (Sympathetic) : Simpati, menghargai dan memahami adalah adab yang harus ditanamkan pada peserta didik. Saya selalu mengatakan bahwa setiap individu dilahirkan dengan fitrahnya masing-masing. Ada banyak jenis kecerdasan (Multiple Intelegent ),sehingga mereka harus belajar memahami dan mengerti keadaan ini. Saya tidak memaksa mereka semuanya dapat nilai 100 dan mahir menguasai fisika. Pembelajaran yang saya terapkan adalah tentang sharing, team work dan leading dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD). Memiliih peserta didik yang memang menguasai konsep dengan matang sebagai tutor sebaya selama pembelajaran. T (Trusted) : Jujur dan dapat dipercaya. Nilai kejujuran selalu saya angkat dalam pembelajaran. Selalu saya sampaikan bahwa saya tidak membutuhkan nilai 100 kalian, akan tetapi yang saya butuhkan adalah kejujuran. Nilai 100 tidak akan bisa kalian gunakan untuk mencari kerja dan menyelesaikan persoalan hidup. Sekolah bukan pencetak nilai kehidupan. Sekolah adalah tempat ntuk berproses bagaimana kalian membangun karakter dan nilai-nilai dalam handling conflict dan problem solving t umbuh menjadi pribadi yang berintegritas. I (Inspiring) : Menginspirasi. Hal yang selalu saya tanamkan adalah memberikan motivasi dan pengertian pada mereka untuk menjadi individu yang memiliki makna dan manfaat untuk orang-orang di sekitarnya. Buatlah karya, inovasi dan prestasi dengan passion yang kalian miliki. Lakukanlah dengan passion dan hati, maka prestasi akan mengikuti. Ketika kalian berprestasi dan mampu memberikan perubahan, maka akan memberika dampak kepada orang-orang di sekitar. Berbekal dengan enam value yang saya tanamkan saat itu, tepat pada tanggal 25 November 2019 saya mendapatkan penghargaan sebagai Inspiring Teacher 2019. Tiga tahun berturut-turut saat saya masuk di sekolah, fisika menjadi mapel favorit yang dipilih oleh peserta UNBK mapel IPA tahun 2017,2018 dan 2019.
Pandemi Covid-19 yang melanda memaksa pembelajaran berlangsung secara daring. Pembelajaran daring membuat semua perubahan dan tuntutan untuk beradaptasi. Awal mula selama pembelajaran, banyak kritikan dari siswa dan orang tua terkait pembelajaran fisika selama daring. mereka mengeluh kesulitan memahami materi jika dilakukan secara daring. Kritikan-kritikan ini memunculkan sebuah ide dan inovasi bagi saya untuk menciptakan sebuah media pembelajaran secara digital. Akhirnya saya membuat media pembelajaran di channel Youtube dengan konten Diary Fisika. Materi, penjelasan dan soal latihan saya berikan di konten tersebut. Berawal dari sebuah perjuangan membuat konten pembelajaran, pada Desember 2021, saya mendapatkan penghargaan dari kegiatan perlombaan yang digelar oleh PGRI yaitu Teacherlympics 2021. Penghargaan yang saya dapatkan adalah Gold medal dan Bronze medal dalam dua cabang lomba olah karsa yang digelar. Belajar dari masalah, tantangan, dan kritikan nyatanya membuat diri saya menjadi lebih baik dan berkembang. Pada dasarnya ada dua buah penyikapan dari sebuah masalah yaitu sebuah ancaman atau peluang. Ketika ancaman yang kita pilih, maka sebuah penderitaan dan sikap menggerutu tanpa kesudahan adalah jawabannya. Ubahlah segala masalah menjadi peluang dan tantangan, maka dalam prosesnya kita akan mencari celah untuk berpikir menemukan kreativitas dan inovasi untuk terus berkembang.
Berkembang tidaknya kualitas pendidikan di Indonesia saat ini memang tidak bisa dipungkiri bergantung pada kualitas guru yang harus selalu ditingkatkan. Peserta didik melihat contoh nyata yang mereka temukan dalam diri seorang guru yang mereka jumpai sehari-hari. Akan seperti apa cetakan generasi bangsa saat ini dan nanti merupakan proses di mana seorang guru meramu dan membuat pembelajaran lebih berarti. Sikap kesamaptaan dan jiwa memesona seorang guru menjadi tolak awal terciptanya perubahan pendidikan. Guru hebat bukan hanya guru yang mengajar dan mendidik. Guru hebat dalah guru menginspirasi. âGuru samapta dan memesona melahirkan guru menginspirasiâ. âGuru Inspirasi, bergerak dengan hati pulihkan pendidikan dalam negeri. Salam inspirasiâ.