Guru itu ketika mengajar di kelas sebaiknya dengan bersemangat, ekspresi ceria dengan senyuman yang hangat, mengerti serta sadar akan peran dan tujuan dari profesi yang dipilih. Panggilan hati nurani untuk mencerdaskan anak bangsa. Sikap yang ditunjukkan penuh dengan keramahan dan terbuka sehingga apa yang dibutuhkan, dirasakan dan perkembangan peserta didiknya bisa ia apresiasi. Rasa antusias yang dimiliki tercermin dari sikapnya yang tulus yang menerima pertanyaan maupun kritikan dari sang murid. Guru juga terus mengembangkan kemampuan serta potensi diri untuk meningkatkan kualitas untuk membantu siswanya agar mencapai prestasi.
Sebaliknya guru yang juga merupakan manusia yang memiliki emosi serta perasaan maka tak dipungkiri bisa saja dilanda rasa lelah, jenuh dan tertekan. Guru berwajah murung, lesu dan tidak bersemangat, terlihat ada beban emosional yang ia pendam. Orang mengatakan harus bisa terlihat biasa-biasa saja, ini yang sulit. Ingat, guru juga manusia! Ia bisa saja tidak tidak memiliki energi Ketika mengajar atau mendidik sehingga pembelajaran tidak optimal. Belum lagi jika motivasi menurun menyerang maka keadaan bisa saja semakin parah. Tidak ingin ada interaksi, maka siswa ditinggalkan tugas begitu saja. Apalagi menjadi mudah tersinggung, tersulut emosi pelampiasan salah sasaran. Ini tentunya akan menimbulkan masalah baru di kelas maupun di lingkungan kerjanya.
Jadi, bolehkah guru mengeluh, katakanlah curhat melepaskan uneg-uneg yang dirasakan. Pastinya sah-sah saja sebagai alternatif untuk mencari bantuan atau jalan keluar yang diperlukan. Daripada dipendam dan ditumpuk lama-lama menggunung dan meletus dengan goncangan dan dentuman yang dasyat. Bukankah hal itu lebih berbahaya lagi. Sumber masalah itu bisa terjadi dari masalh pribadi, guru dengan siswa, guru dengan rekan sejawat, guru dengan sekolah, guru dengan wali murid, guru dengan kantor dinas yang menaunginya atau pihak terkait, guru dengan masyarakat dan pemerintah.
Keluhan guru saat ini sangat beragam, terkait di dunia pendidikan dan mengajar. Tanggung jawab yang berat berpotensi membuat guru tertekan. Menghadapi siswa zaman sekarang tak bisa disamakan dengan tempo dulu. Guru saat ini memang bukan satu-satunya sumber ilmu pengetahuan bagi siswa. Namun, kehadiran guru tidak bisa digantikan begitu saja. Melalui gurulah para peserta didik akan mendapat nilai pengetahuan yang berkaitan dengan rasa sebagai manusia. Selain ilmu pengetahuan dari guru maka sekaligus terbentuk dan terjalin interaksi yang akan membentuk pemikiran kritis, kepribadian, bersosial, inspirasi, motivasi, empati dan simpati. Hal inilah yang tak bisa dilakukan oleh mesin. Peran guru itu berupa pemberi pengetahuan dan pendidikan merangkap menjadi mentor, fasilitator, motivator, inspirator, pengembang imajinasi, kreativitas, nilai-nilai karakter, serta bagian dari tim kerja.
Sesuai perkembangan zaman maka peran maupun tantagan guru juga jelas semakin besar. Permasalahan yang dihadapi semakin kompleks dan tak bisa lepas dari kaitanya dengan digitalisasi dan globalisasi. Maka dari itu hal yang paling utama adalah dalam diri seorang guru haruslah memiliki mental yang sehat. Dampaknya bukan hanya baik bagi guru tersebut, tetapi nantinya bagi siswa dan seluruh lingkungan sekolah. Guru yang sehat lahir batin dianggap sebagai contoh yang baik dan mampu membantu siswa-siswi untuk mencapai potensi tertinggi. Sehingga guru itu mencapai guru yang memiliki sistem education, innovation and creativity.
Profesi guru sangat rentan dengan terganggunya kesehatan mental jika tak mampu menggelolanya dengan baik. Kesehatan mental melibatkan berbagai aspek kehidupan seseorang. Jika kondisinya baik dan stabil maka akan memberikan kemampuan adaftasi yang efektif dan kehidupan yang seimbang, produktif, berdaya guna dan bermakna. Sebaliknya jika seandainya guru mengalami depresi, tertekan, putus asa, lelah, sedih berlebihan, hilangnya semangat dan minat mengajar, kecemasan berlebihan, stres, dan juga insomnia maka bisa jadi ada yang salah dan harus dicarikan penyelesaian. Sebelumnya kita mungkin bisa cek dulu berbagai faktor yang mempengaruhi, secara garis besar yaitu :
1. Gaji
Gaji dan kesejahteraan adalah hal yang saling berkaitan dan sebagai motivasi bagi guru untuk meningkatkan kualitas diri dan bersemangat mengajar. Ekonomi atau masalah keuangan guru berkaitan pemenuhan hidup yang sulit maka guru akan tidak menjadi fokus, menimbulkan kecemasan dan depresi. Misalnya terlilit utang dan maslah finansial lainnya.
2. Masalah Pribadi
Setiap manusia hidup memiliki masalah dalam lika-liku kehidupan, seperti masalah keluarga, kesehatan, emosional, hubungan, tidak dipedulikan, trauma, ketidakpuasan, kehilangan orang terdekat, dan pekerjaan yang menumpuk yang dibawa pulang ke rumah, waktu yang sibuk, dan berbagai permasalahan lainnya yang akan mempengaruhi keadaan mental seseorang. Begitu juga seorang guru juga jika tidak pandai mengelola situasi dan menemukan solusi maka mentalnya akan ikut terganggu dan mempengaruhi perannya di bidang pekerjaan.
3. Beban Kerja
Era digitalisasi yang serba instan membuat tuntutan serta desakan agar guru terus mengembangkan diri. Sistem penilaian yang semakin padat dan rinci, persiapan mengajar yang harus maksimal, jika tidak maka akan ketinggalan. Guru harus belajar mengenai digitalisasi, pembelajaran berbasis TIK agar mampu menyeimbangkan diri dengan peserta didik. Generasi Z (Digital Native)tidak akan mau lagi menerima pembelajaran yang monoton dan tidak menarik. Inovasi, kreativitas serta daya juang guru harus ditingkatkan lagi, guru harus membuka diri serta otomatis beban kerja guru terus bertambah. Jika keadaan ini tidak mampu untuk dilaksanakan maka guru menjadi tidak percaya diri, dan terkena mentalnya.
4. Lingkungan Toksik
Lingkungan merupakan pendukung seseorang untuk berkembang dan bersosialisasi. Lingkungan yang tidak mendukung akan mempengaruhi kondisi jiwa pribadi dan orang sekelilingnya. Satuan pendidikan adalah ekosistem yang melibatkan banyak pihak. Konflik antar rekan kerja atau atasan terjadi, manajemen sekolah, kesenjangan, kecemburuan sosial, kurangnya dukungan dari berbagai pihak dan pemangku kepentingan, sarana dan prasarana yang minim, kelakuan siswa, prestasi dan minat siswa yang menurun, kelakuan siswa yang beragam dan di luar batas, aturan regulasi dan administrasi yang menumpuk, kebijakan dan peraturan yang tidak sesuai dengan kebutuhan guru, kurangnya dukungan dan koordinasi dengan wali murid atau masyarakat sekitar.
5. Ketidakseimbangan Antara Tuntutan Pekerjaan dan Pribadi
Guru terkadang mengabaikan dirinya sendiri, persaingan dan motivasi yang tinggi, serta ingin menjalankan tugas dengan professional dan prestise yang ingin diraih terkadang mengabaikan dirinya sendiri. Fokusnya bisa saja menjadi pekerja maniak dan menimbulkan hal negatif seperti membuat ia kurang beristirahat, tidak merawat diri, pola makan yang buruk, tidak rekreasi dan olah raga atau jarang menikmati hidup, seharusnya guru juga butuh liburan atau ngetrendnya “healing”.
Cara agar kesehatan mental guru tetap terjaga alias waras maka ada beberapa tips yang bisa dilakukan di antaranya :
Meningkatkan rasa ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kehidupan spiritual akan membuat pribadi seseorang akan terarah dari berbagai segi kehidupan. Contohnya tenang dan kesabarannya akan mumpuni, mengontrol emosi di berbagai situasi. Kualitas diri semakin meningkat hubungan dengan tuhan, manusia serta alam terjaga dengan baik sehingga menjadi suri tauladan.
Bekerja sama, saling kolaborasi, koordinasi dan menyadari bahwasanya pendidikan itu cakupannya luas, harus melibatkan berbagai unsur agar tercapai dengan maksimal. Komunikasi secara terbuka mencari solusi bersama rekan kerja, manajemen sekolah, wali murid dan pihak lainnya. Bergabung dalam forum atau komunitas berbagi pengalaman dan saling dukung. Sehingga beban itu bisa dicarikan solusinya secara bersama-sama.
Mampu mengembangkan diri dan terus belajar tanpa mengabaikan waktu maupun kesehatan diri. Tetap berpikir positif dan melakukan hal-hal yang disenangi, menyalurkan hobi, berkomunikasi dengan keluarga, berolahraga dan tidak kecanduan gawai. Manajemen waktu yang mencakup prioritas, jadwal yang terarah dan efisien serta tetap relaksasi sehingga stres bisa dihindari.
Jika dirasa terlalu parah, bisa saja meminta bantuan kepada sang ahlinya. Maka guru bisa menata kelola hati, keseimbangan fisik dan psikis berkonsultasi kepada konselor, psikolog atau psikiater. Salam sehat dan bahagia guru Indonesia!
Penyunting: Putra