GURU BAHAGIA, PROBLEMATIKA LUPA - Guruinovatif.id

Diterbitkan 05 Des 2023

GURU BAHAGIA, PROBLEMATIKA LUPA

Artikel ini menjelaskan berbagai masalah yang sering dihadapi guru. Kunci untuk menghadapi persoalan tersebut adalah dengan membuat guru bahagia.

Seputar Guru

Yeti Ningrum, S.Pd.

Kunjungi Profile
377x
Bagikan

GURU BAHAGIA, PROBLEMATIKA LUPA

Oleh: Yeti Ningrum, S. Pd.

Perkembangan pendidikan di Indonesia dari waktu ke waktu mengalami transformasi untuk menuju ke arah pendidikan yang lebih baik. Hal tersebut mulai dilakukan dari mengembangkan kurikulum, teknik pengajaran guru, cara mengakses pelajaran hingga memanfaatkan teknologi yang semakin canggih.

Pendidikan di setiap masanya memiliki identik atau ciri khas tersendiri. Pemimpin pendidikan selalu menciptakan inovasi dan kreativitas dalam bidang pendidikan. Hal tersebut dilakukan karena harus adanya penyesuaian sistem pendidikan di setiap masanya. Ada sebuah ungkapan Ali bin Abi Thalib yang cukup fenomenal mengenai pendidikan anak, yakni “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian.” Ungkapan tersebut memberikan pengertian bahwa pendidikan yang diberikan kepada peserta didik harus menyesuaikan pembelajaran dan pola pengajaran sesuai dengan zamannya. Dengan demikian, guru diharapkan memiliki kemampuan dan peran yang mumpuni agar apa yang disampaikan dan diajarkan oleh guru dapat diterima baik peserta didik.

Memberikan pendidikan merupakan salah satu tugas guru. Selain itu, guru merupakan tenaga profesional yang memiliki beban kerja mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, membimbing, dan melatih peserta didik serta melaksanakan tugas tambahan dengan ketentuan sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dalam satu minggu (UU Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 35, Ayat 1-2)

Perkembangan terbaru terhadap pandangan mengenai belajar mengajar menuntut guru untuk meningkatkan kompetensi dan perannya. Hal ini disebabkan karena proses dan hasil belajar peserta didik sebagian besar ditentukan oleh seberapa besar peran dan kompetensi seorang guru. Walaupun teknologi berkembang semakin pesat, beberapa peran guru tidak dapat digantikan oleh mesin, seperti guru sebagai motivator, mediator, fasilitator, demonstrator, inspirator, pengelola kelas, pemantik kreativitas dan iamjinasi, pengembang tim kerja, dan orang yang memiliki empati sosial.

Peran guru sangat penting bagi dunia pendidikan. Guru bertanggung jawab dalam membentuk generasi di masa depan. Tanggung jawab ini tentunya cukup besar berdampak pada kesehatan mental guru. Bahkan dalam pidato Presiden Joko Widodo saat menghadiri ulang tahun ke-78 Pesatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di Jakarta pada 25 November 2023, beliau merasa kaget dengan tingkat stres guru itu lebih tinggi dari pekerjaan lain. Stres yang dialami guru ini dominan disebabkan oleh tingkah laku peserta didik, perubahan kurikulum, dan perkembangan teknologi.

Menjadi guru bukan merupakan pekerjaan yang ringan. Guru sering dihadapkan oleh berbagai perilaku buruk dan tindakan pelanggaran peserta didik terhadap peraturan atau norma dan etika yang berlaku di sekolah. Peserta didik yang tidak sopan, tidak mau belajar, sering terlambat, tidak mengerjakan tugas, tidak berpartisipasi dalam pembelajaran dapat menstimulus terjadinya stres pada guru. 

Pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan terkait pendidikan misalnya, ‘perubahan kurikulum’, secara tidak langsung mengharuskan guru untuk menyesuaikan diri. Ada kalanya guru belum memahami kurikulum yang berlaku, tiba-tiba dirilis kurikulum baru. Kebijakan ini tentu memaksa guru untuk belajar dalam kondisi ketergesaan yang selanjutnya dapat dipastikan tidak akan mendapatkan hasil yang masksimal. Ditambah lagi dengan tuntutan pekerjaan yang harus ‘sempurna’. Guru dibebani dengan beban administrasi yang cukup berat seperti menganalisis Capaian Pembelajaran (CP), menyiapkan modul ajar, menentukan materi, menyiapkan dan menganalisis asesmen, serta membuat laporan pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, guru dituntut tanggung jawab mengelola kelas, mengaktifkan peserta didik, hingga menghasilkan peserta didik yang kompeten. Apalagi guru sering diberi tugas tambahan seperti mejadi wali kelas yang dituntut harus aktif 24 jam untuk memantau kondisi peserta didik. Ditambah lagi jabatan lainnya yang memungkinkan guru lebih banyak menyelesaikan pekerjaannya selain tugas utamanya mengajar di kelas. Dengan demikian guru sangat rentan mengalami kelelahan dan stres yang akan berdampak pula pada kualitas pengajaran dan motovasi peserta didik.

Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat guru mendapatkan tantangan yang lebih berat. Finasial yang belum sejahtera menjadi alasan tersendiri bagi guru sulit untuk mengikuti perkembangan teknologi. Guru yang mengajar di daerah teringgal, terluar, atau di daerah terpencil yang minim infrastruktur dan fasilitas terbatas dituntut untuk tetap mengikuti perubahan teknologi yang ada. Alat teknologi seperti laptop atau komputer dan handphone (HP) menjadi salah satu alat teknologi yang wajib dimliki guru di zaman teknologi canggih seperti ini guna mendukung kegiatan pembelajaran. Kenyataannya bahkan gaji guru berbulan-bulan saja belum bisa  untuk membeli alat teknologi tersebut.

Di samping itu, perkembangan teknologi menuntut guru memiliki kemampuan berdaptasi, berinovasi, kreatif, dan kritis dalam kegiatan pembelajaran. Guru harus menguasai kompetensi profesional dalam hal penguasaan teknologi di bidang pendidikan. Padahal tidak semua guru memiliki kemampuan menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Kemampuan guru dalam mengikuti perkembangan teknologi masih minim. Banyak guru yang masih kesulitan dalam menggunakan teknologi tersebut khususnya bagi guru-guru senior. Mereka masih perlu banyak belajar dan mengikuti pelatihan agar kemampuan mereka dalam menggunakan teknologi setara dengan generasi peserta didik saat ini. Belum mampunya guru dalam mengikuti perkembangan teknologi ini diikuti pula dengan pemimpin pendidikan yang mengharuskan guru dapat belajar mandiri di aplikasi-aplikasi digital seperti Platform yang sudah disediakan pemerintah. Walaupun kelihatannya gampang dan mudah, hal ini tentunya juga menambah beban berat guru karena guru juga harus menyelesaikan berbagai pelatihan mandiri yang terdapat dalam paltform tersebut.

Berbagai persoalan yang ada, demi menjaga kesehatan mental guru tentu harus didukung oleh berbagai pihak, baik itu keluarga, rekan kerja, bahkan pemerintah. Hal tersebut bertujuan agar persoalan-persoalan yang ada tidak hanya menjadi beban guru tetapi juga dapat menjadikan guru pribadi yang ikhlas, berkualitas unggul dan memiliki daya saing. Guru harus nyaman, bahagia, dan tidak boleh stres. Guru yang bahagia dapat dengan sendirinya memperbaiki dan meningkatkan kualitas dirinya. Guru yang bahagia akan mencintai pekerjaannya. Dengan kebahagiaan tersebut, guru akan berungguh-sungguh dan penuh kesabaran dalam mendidik peserta didiknya. Guru akan menjadi teladan yang baik. Dengan demikian, kualitas pendidikan yang baik dan sumber daya manusia yang unggul dapat dimiliki oleh bidang pendidikan di Indonesia.


Penyunting: Putra

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Alasan Guru Harus Naik Jabatan
1 min
AKSARA UNTUK PEMBELAJARAN

Laili Rachmawati

Dec 13, 2023
2 min
Seberapa Pentingkah Body Language pada Guru?
Metakognitif, Keterampilan yang Sering Terlewatkan Dalam Pendidikan
5 min
PILAR KESEHATAN MENTAL GURU ADALAH AKTUALISASI DIRI

MUSTOFA, S.Psi

Jan 02, 2024
3 min
Hindari Burnout Dengan Restitusi

Nur Trianingsih

Nov 30, 2023
3 min

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar