GI Class #130 | Membangun Sinergi di Kelas Literasi Numerasi Berbasis Kolaborasi Think-Pair-Share - Guruinovatif.id

Diterbitkan 14 Mar 2025

GI Class #130 | Membangun Sinergi di Kelas Literasi Numerasi Berbasis Kolaborasi Think-Pair-Share

Webinar nasional Guru Inovatif Class kembali dilaksanakan pada tanggal 8 Maret 2025. Workshop nasional ke-130 ini membahas topik “Membangun Sinergi di Kelas: Literasi Numerasi Berbasis Kolaborasi Think-Pair-Share” yang dibawakan oleh Ajeng Arianatasari, S.Pd., C.FA., dari trainer GuruInovatif.id.

Pelatihan Guru

Event Guru Inovatif

Kunjungi Profile
3x
Bagikan

[Yogyakarta, 8 Maret 2025] GuruInovatif.id kembali menyelenggarakan webinar nasional Guru Inovatif Class ke-130 yang inspiratif untuk diikuti oleh guru di seluruh penjuru Indonesia. Dalam webinar kali ini, GuruInovatif.id menghadirkan narasumber Ajeng Arianatasari, S.Pd., C.FA., yang membahas mengenai topik “Membangun Sinergi di Kelas: Literasi Numerasi Berbasis Kolaborasi Think-Pair-Share”.

Di awal sesi ini, Ajeng mengundang peserta untuk merenungkan pengalaman mereka dengan metode pembelajaran kolaboratif yang dikenal sebagai Think-Pair-Share. 'Apakah Bapak/Ibu sudah pernah mendengar tentangnya?' tanyanya, membuka diskusi yang menarik tentang cara-cara inovatif dalam mengajar. Dengan memahami Think-Pair-Share, kita dapat menciptakan suasana belajar yang lebih inklusif dan kolaboratif di kelas.

Konsep Dasar Literasi Numerasi

Ajeng menjelaskan bahwa literasi numerasi tidak hanya mencakup kemampuan membaca dan matematika, tetapi juga mengaitkan konsep-konsep tersebut dengan kehidupan sehari-hari. Ia menekankan pentingnya mengaitkan pembelajaran matematika dengan konteks nyata agar siswa dapat memahami dan menerapkannya.

Ajeng kemudian menjelaskan konsep dasar literasi numerasi. Ia mengungkapkan bahwa literasi sering kali dihubungkan dengan kemampuan membaca dan menganalisis bacaan, sementara numerasi berkaitan langsung dengan matematika. Namun, ia menekankan bahwa pembelajaran matematika tidak hanya terbatas pada konsep-konsep dasar seperti bangun ruang atau operasi aritmatika. Sebaliknya, penting bagi siswa untuk dapat mengaitkan ide-ide matematika dengan kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh, Ajeng menunjukkan sebuah video dari media sosial yang memperlihatkan seorang anak yang tidak mengetahui arti kata "samudra". Ia menganggap situasi ini sangat memprihatinkan dan mengajak peserta untuk merenungkan penyebabnya. Apakah masalah ini disebabkan oleh siswa, metode pembelajaran, atau materi yang terlalu sulit? Ajeng menegaskan bahwa sebagai guru, kita harus menyadari bahwa pondasi pendidikan terletak pada diri kita sendiri.

Ajeng juga mengingatkan bahwa input siswa dari TK hingga SMA/SMK tidak dapat dipilih, sehingga tantangan bagi guru adalah memberikan perhatian khusus pada bagaimana matematika digunakan di luar kelas. Ia mendorong para guru untuk memberikan masalah yang solusinya bergantung pada konteks, serta meminta siswa untuk memeriksa kebenaran solusi yang mereka pilih.

Baca juga:
Praktik Penguatan dan Restoratif (Reinforcement and Restorative Practice): Mengoreksi Sikap Buruk Siswa dengan Cara yang Positif

Ajeng juga menekankan pentingnya analisis dalam proses pembelajaran. Ia mengajak peserta untuk tidak hanya mengikuti pelatihan tanpa efek nyata, tetapi juga untuk menganalisis solusi yang dipilih oleh siswa dan memahami alasan di balik pilihan tersebut.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang literasi numerasi dan penerapan metode Think-Pair-Share, diharapkan para guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih relevan dan bermanfaat bagi siswa.

Proses Pemecahan Masalah

Ajeng memberikan studi kasus yang menarik: “Sebuah kota memutuskan untuk memasang lampu jalan di sebuah taman berbentuk segitiga kecil untuk menerangi seluruh taman. Pertanyaannya adalah, di manakah lampu harus ditempatkan?” Melalui pertanyaan ini, Ajeng mengajak peserta untuk memecahkan masalah dengan cara yang kreatif dan imajinatif.

Ajeng menjelaskan bahwa dalam menjawab studi kasus ini, siswa perlu mengidentifikasi informasi yang diketahui dan yang ditanyakan. Mereka kemudian diajak untuk menganalisis situasi dengan imajinasi mereka. Misalnya, taman yang direpresentasikan sebagai segitiga dan cahaya yang dianggap sebagai lingkaran dengan pusat di lokasi lampu jalan.

  • Menggali imajinasi: Ajeng mendorong siswa untuk menggambar dan membayangkan berbagai kemungkinan penempatan lampu. Beberapa siswa mungkin menggambar lampu berbentuk segitiga, sementara yang lain mungkin menggambarkan lingkaran yang mencakup seluruh taman.

  • Eksplorasi kreatif: “Kita tidak boleh membatasi imajinasi mereka dengan mengatakan, ‘Kamu harus melakukan ini atau itu.’ Yang penting adalah menemukan di mana lampu harus ditempatkan untuk menerangi taman,” jelas Ajeng.

Dengan cara ini, siswa dapat mengeksplorasi berbagai solusi dan berlatih berpikir kritis.

Ajeng kemudian menjelaskan langkah-langkah implementasi metode Think-Pair-Share yang dapat diterapkan dalam kelas. Metode ini terdiri dari tiga tahap:

  1. Think (Berpikir): Siswa diberikan waktu untuk berpikir secara mandiri tentang pertanyaan atau masalah yang diajukan oleh guru. Ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk merenungkan ide-ide mereka sebelum berdiskusi dengan teman sebaya.

  2. Pair (Berpasangan): Setelah berpikir, siswa diminta untuk berpasangan dan mendiskusikan pemikiran mereka. Dalam tahap ini, siswa dapat saling bertukar ide, memperkuat pemahaman mereka, dan membangun kepercayaan diri dalam berbicara di depan orang lain.

  3. Share (Berbagi): Terakhir, siswa diminta untuk membagikan hasil diskusi mereka dengan seluruh kelas. Ini tidak hanya memperkaya pengalaman belajar, tetapi juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk mendengarkan perspektif yang berbeda.

GI Class #130 | Membangun Sinergi di Kelas Literasi Numerasi Berbasis Kolaborasi Think-Pair-Share

Ajeng menekankan bahwa metode ini tidak hanya meningkatkan keterlibatan siswa, tetapi juga membantu mereka mengembangkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi yang penting.

Konteks Pengembangan Numerisasi

Ajeng menekankan pentingnya konteks dalam pengembangan numerasi melalui penalaran dan proses pemecahan masalah yang diambil dari kehidupan sehari-hari, pekerjaan, dan konteks sosial-budaya. Ia mengamati bahwa banyak anak-anak yang hanya terfokus pada konsep yang ada di buku, sehingga kurang mampu berpikir kritis dan berimajinasi.

  • Refleksi dan komunikasi: Ajeng juga menekankan pentingnya komunikasi antara guru dan wali kelas, tidak hanya dalam hal nilai akademis, tetapi juga perkembangan fisik, nalar, dan komunikasi anak. Setiap materi pembelajaran harus diakhiri dengan refleksi, di mana siswa dapat menilai apa yang telah mereka pelajari dan apa yang masih perlu diperbaiki.

Tiga Level Kognitif dalam Pengembangan Kemampuan Numerasi

  1. Pemahaman: Menilai kefasihan dengan konsep dan keterampilan matematika serta menerapkan konsep dalam situasi nyata.

  2. Penerapan: Mengaplikasikan pengetahuan dan pemahaman dalam konteks kehidupan nyata untuk menyelesaikan masalah.

  3. Penalaran: Menganalisis data dan informasi, membuat kesimpulan, dan memperluas pemahaman dalam situasi baru.

Baca juga:
Kolaborasi Guru dan Orang Tua: Kunci Prestasi Akademik dan Pengembangan Karakter Siswa

Tantangan dan Peluang Literasi Numerisasi di Era Digital

Ajeng juga membahas tantangan yang dihadapi dalam literasi numerisasi di era digital, seperti arus informasi yang deras dan penyebaran konten negatif. Namun, ia juga menyoroti peluang yang ada, seperti akses tak terbatas ke sumber belajar dan peningkatan keterampilan melalui media sosial dan platform online.

Pemanfaat Teknologi Untuk Penguatan Literasi

Ajeng menjelaskan bahwa banyak sumber daya yang tersedia di internet untuk mendukung literasi numerasi, seperti video edukasi, blog pendidikan, aplikasi pembelajaran interaktif, dan e-book.

Dengan menerapkan metode Think-Pair-Share, Ajeng berharap para guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih interaktif dan kolaboratif, sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan numerasi yang relevan dengan dunia nyata.

Simak penjelasan lebih lengkap mengenai “Membangun Sinergi di Kelas: Literasi Numerasi Berbasis Kolaborasi Think-Pair-Share” dalam tayangan ulang webinar Guru Inovatif Class ke 130 dalam tautan berikut ini!

Tertarik dengan materi-materi yang serupa? Yuk, bergabung menjadi membership GuruInovatif.id untuk mendapatkan berbagai akses materi pengembangan kompetensi guru lainnya.

VY5flJFGm6VL7vfStVsvLJ52M3UL8vTJVI8agIX7.jpg

Klik untuk gabung membership GuruInovatif.id


Penulis: Faqih | Penyunting: Putra

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Langkah Kemendikbudristek dalam Memantau Pengelolaan Kinerja Guru dan Kepala Sekolah
2 min
GI Academy #14 : Kunci Sukses Menjadi Guru Gen Z & Alpha
6 min
GI Class #114 | Strategi Sukses Seleksi Kompetensi PPPK Guru
3 min
Pendidikan Moderasi Beragama di Sekolah: Pilar Toleransi, Kebangsaan, dan Akomodasi Budaya untuk Kerukunan Indonesia
3 min
Menjadi Telan dengan Nilai-Nilai Rasullah SAW demi Masa Depan yang Gemilang
2 min
Kupas Tuntas Strategi Persiapan Tugas Akhir untuk Mahasiswa
2 min
Kursus Webinar