Sejak kecil, saya bercita - cita sebagai seorang guru. Mimpi saya ini terwujud sejak tahun 2014 yang mana ditahun tersebut, saya pertama kalinya menjadi seorang guru honorer di Madrasah Ibtidaiyah Negeri yaitu MIN 1 Kota Madiun. Sebagai fresh graduate, tentunya banyak hal yang baru yang saya temui ditempat kerja tersebut. Bukan hanya hal menggembirakan saja melainkan banyak hal yang juga menguji mental sebagai sorang guru honorer, namun semua itu saya jalani dengan ikhlas dan enjoy. Impian terbesar saya adalah menjadi guru pemerintahan, dengan asumsi akan mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik untuk masa depan. Setiap kali ada kesempatan seleksi guru pemerintah yaitu CPNS, saya selalu mengikuti seleksi tersebut dengan persiapan belajar dan mengerjakan latihan soal. Namun, sudah ketiga kalinya saya pun gagal mengikuti seleksi tersebut. Kecewa dan sedih yang saya rasakan bahkan saya pernah menyalahkan diri sendiri atas kegagalan tersebut. Suatu hari saya membaca sebuah kata mutiara yang tertempel di tempat umum bahwa jika ingin sukses maka beranilah untuk keluar dari zona nyaman. Sangat beruntung sekali membaca kalimat bijak tersebut, saya merasakan adanya suatu healing untuk jiwa saya. Akhirnya dari sinilah saya mulai mengubah pola berpikir saya bahwa setiap usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil, jika apa yang kita lakukan dengan sungguh - sungguh maka akan membuahkan hasil yang manis pula.
Saya mulai berpikir untuk bisa menjadi guru yang mampu memberikan manfaat tidak hanya untuk siswa saya melainkan juga orang - orang disekitar saya dan sedikit meletakkan egoisme akan impian besar saya yang hanya membuat hati berujung kecewa, dengan tetap berdoa kepada Allah agar memudahkan setiap apa yang ingin saya wujudkan. Kehidupan baru dengan mindset barupun mulai menampakkan hasil yang manis. Karya pertama saya sebagai guru inovatif yaitu mampu membuat buku bahan ajar yang ber-ISBN yang digunakan oleh siswa dan umum sebagai bahan ajar. Proses pembuatan buku yang cukup singkat namun mendapatkan apresiasi dari semua pihak sehingga seakan semua dimudahkan.
Tidak hanya itu, prestasi juga saya torehkan disepanjang sejarah pandemi ini dengan meraih juara 1 dan juara umum pada lomba video pembelajaran yang kala itu diselenggarakan oleh Kementerian Agama. Tentunya suatu pencapaian yang membuat saya merasa bangga akan potensi diri. Prestasi - prestasi tersebut yang pada akhirnya memotivasi saya untuk terus berkarya tidak hanya disini saja. Sebuah kompetisi nasional pun saya ikuti, dan lagi membuahkan prestasi yang membanggakan dengan meraih medali perunggu sebagai juara 3 Nasional dalam yang bertajuk National Young Scientist Innovation. Tak ada suatu kalimat yang mampu menjelaskan rasa senang didalam hati namun satu hal yang selalu saya ingat agara tidak mudah puas. Di masa pandemi ini, kebetulan madrasah tempat saya mengajar menjadi pioner sekolah berbasis digital dengan meluncurkan podcast sebagai salah satu media pendidikan. Kesempatan itupun terbuka lebar untuk saya karena saya salah satu guru yang dipercaya untuk menjadi podcaster atau host di beberapa episode yang ditayangkan. Pengalaman baru yang menyenangkan untuk menjadi seorang podcaster bagi saya.
Saya belajar banyak secara online untuk membawakan program podcast . Banyak ilmu baru yang akhirnya saya dapatkan. Selain itu dengan menjadi podcaster maka juga membuka kesempatan untuk mengenal para narasumber yang hebat dan menginsipirasi, banyak pengetahuan baru dan nasehat yang saya dapatkan dari mereka. Sungguh luar biasa bisa menjadi host podcast. Hal ini mengembalikan suatu rasa percaya diri dan pemahaman akan suatu hal bahwa untuk menjadi hebat memang harus dimulai dari hal kecil. Rasa bangga akan potensi diri pun muncul kembali ketika program podcast madrasah tempat saya mengajar masuk 20 besar sebagai nominator di salah satu ajang penghargaan dunia yang diselenggarakan oleh PBB yaitu WSIS Prizes 2022. Senang rasanya mendapatkan kesempatan menjadi bagian dari program podcast madrasah yaitu sebagai host juga bersama tim literasi madrasah mengantarkan madrasah go internasional yang tentunya juga mengharumkan Indonesia. Untuk itu sudah saatnya menjadi guru inovatif di masa pandemi yang serba digital ini demi mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas. Kegagalan bukanlah awal kehancuran melainkan awal dari kebangkitan. Guru masa kini boleh banyak gaya asalkan harus menjadi jawara. Boleh banyak aksi asalkan harus berprestasi.