Falsafah Pendidikan Ki Hadjar Dewantara - Guruinovatif.id

Diterbitkan 01 Agu 2025

Falsafah Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara memiliki pemikiran dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia, harapannya bisa menjadi refrensi setiap lembaga pendidikan guna meningkat kualitas luarannya sehingga berguna bagi agama, nusa dan bangsa.

Dunia Pendidikan

sidiq pambudi

Kunjungi Profile
237x
Bagikan

Pendidikan secara etimologi, berarti proses, membimbing, menuntun, atau mengembangkan potensi diri dalam diri individu. Kemudian, secara terminologi John Dewey mengutarakan bahwa pendidikan merupakan proses pengalaman. Disaat menjalankan kehidupan manusia pasti akan menjumpai banyak pelajaran dalam, dan proses belajar tersebutlah yang senada dengan pemikiran John Dewey perihal pendidikan merupakan proses pengalaman (setiap individu atau kelompok).

Paulo Freire juga meungutarakan, bahwa pendidikan merupakan proses humanisasi. Pendapat Freire tersebut senada dengan objek pendidikan adalah manusia, yang mana mereka memiliki akal dalam menjalankan hidupnya. Ki Hadjar Dewantara juga mengutarakan bahwa, pendidikan merupakan upaya menuntun segala kodrat atau kekuatan yang terdapat dalam diri anak-anak.

Secara etimologi, maupun terminologi dari definisi pendidikan yang telah saya paparkan, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan upaya sistematis guna meningkatkan kapasitas individu yang menjadi objek pendiidkan. Sebab manusia dengan kondisi normalnya sehat jiwa dan raga, mereka akan membutuhkan tempat guna mengaktualisasikan dirinya. 

Mengetahui urgensi pendidikan dalam kehidupan manusia, yang senantiasa melekat adalah lingkungan pendidikan seperti belajar disekolah, perguruan tinggi atau pendidikan non formal. Ki Hadjar Dewantara merupakan salah satu tokoh penting yang dikenal masyarakat NKRI memiliki berbagai pemikiran dalam ranah beliau sebagai pelaku pendidikan. Salah satunya adalah semboyan yang sangat familiar dan menjadi simbol bagi Kementerian Pendidikan, “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani." 

Menurut Ki Hadjar Dewantara saat beliau aktif mengajar di pendidikan sekolah dasar (taman siswa) saat itu, bahwa pendidikan perlu adanya penanaman pendidikan karakter sedari usia sedini mungkin. Salah satunya peran seorang pendidik. Seorang pendidik hendaknya dapat menjadi seorang pemimpin yang menginspirasi dan mendukung, bukan semata memberi instruksi. Seorang pendidik hendaknya menjadi teladan bagi peserta didiknya, karena apa yang menjadi kelakuan anak – anak bangsa seorang pendidik andil besar dalam memberikan pembiasaan-pembiasaannya dengan materi atau ilmu pengetahuan yang telah diajarkannya. 

Selain semboyan tadi, Ki Hadjar Dewantara juga memiliki gambaran bagaimana sistem pendidikan. Beliau mencetuskan sistem pendidikan bernama “Sistem Pendidikan : Pamong”. Menurut beliau terdapat tiga mong (Tri Mong) yang dapat menjadi acuan-acuan dalam menjalankan skema pendidikan. 

1. Momong

Sebagai orang jawa istilah ini cukup familiar. Biasanya melekat dengan anak kecil (usia dini). Orang tua hendaknya merawat anak kecil tersebut, dengan berbagai aspek dengan cara-cara tertentu. Semisal merawatnya dengan memberikan makanan yang bergizi. Menghiburnya dengan mengajak piknik keluar kota. Menemani sebagai wujud perhatian orang tua terhadap anak.

Menurut Ki Hadjar Dewantara momong menjadi hal yang penting dalam melakukan aktivitas pendidikan. Konsep ini dapat diterapkan kepada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, atau bahkan dalam beberapa situasi pada pendidikan menengah. Momong juga lebih mengarahkan dengan petunjuk yang jelas, bahkan konkret sehingga peserta didik benar-benar merasa diperhatikan, istilah jawanya diopeni. Kemudian, penerapannya dalam sebuah aktivitas pendidikan diantaranya, seorang pendidik hendaknya wajib untuk memberikan berbagai asupan pendidikan karakter, dan menjadi orang yang memperhatikan peserta didik (khususnya pada pelaksanaan pembelajaran, atau semacamnya).

2. Among

Menurut Ki Hadjar Dewantara, among merupakan upaya keteladanan seorang pendidikan terhadap peserta. Among tidak menggunakan perintah secara otoritatif sehingga peserta diharuskan menuruti, atau mengikuti perintahnya. Namun, lebih pada pendekatan keteladanan. Seorang pendidik merupakan duplikasi dari peserta didik dirumah maupun disekolah. Tanpa memaksa, namun dengan pembiasaan-pembiasaan diri pendidik disekolah maupun di kehidupan sehari-hari hal tersebut bisa menjadi upaya inspiratif guna mengantarkan peserta didik menjadi pribadi yang arif.

3. Ngemong

Hampir mirip dengan momong, perbedaanya terletak bagaimana pendekatannya menggunakan pendekatan kedewasaan (andragogi). Menurut Ki Hadjar Dewantara seorang pendidik dengan konsep ngemong ini, diharuskan membimbing peserta didik, namun lebih pada pendekatan orang dewasa. Seorang pendidik menunjukkan objek ilmu pengetahuan, sedangkan peserta didik akan mengeksplornya dengan penuh tanggung jawab. Sebagai penerapan dalam aktivitas pendidikan adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dalam belajar, namun dengan penuh eksploratif.

Konsep yang telah diutarkan oleh Ki Hadjar Dewantara cukup banyak mengandung unsur pendidikan karakter. Banyak pihak yang berperan dalam mendidik anak bangsa sehingga menjadikannya individu yang bermanfaat. Lembaga pendidikan sudah menjadi keharusan memberikan asupan pendidikan yang sesuai porsinya. Pendukungnya diantaranya adalah peningkatan kualitas tenaga pendidik, visi misi lembaga pendidikan yang menghasilkan output berkualitas, impactful dalam kehidupan pasca mengenyam sekolah.


Penyunting: Putra

0

0

Loading comments...

Memuat komentar...

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

MENGGENGGAM MASA DEPAN: PERAN LITERASI DIGITAL DALAM MANIFESTASI KURIKULUM MERDEKA
0 sec
KURMER DALAM PEMBELAJARAN PRAKARYA DAN SENI, HASILKAN CUAN DAN WUJUDKAN GENERASI INDONESIA EMAS
Menjadi Guru Digital untuk Siswa Berkompetensi Global
0 sec
Mengembangkan Keterampilan Literasi Digital dengan Menggunakan Instagram sebagai Alat Pembelajaran
0 sec
SDN Nongkosawit 01 Hadirkan Pembelajaran Mini Riset Berbantu STEAM Berbasis Potensi Lokal untuk Wujudkan Profil Lulusan
Komunitas