Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang dikembangkan untuk merespon kebutuhan peserta didik dalam belajar yang bisa Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang dikembangkan untuk merespon kebutuhan peserta didik dalam belajar yang bisa berbeda-beda, meliputi kesiapan belajar, minat, potensi, atau gaya belajarnya. Bentuk pembelajaran berdiferensiasi di kelas dapat mencakup tiga jenis, yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Diferensiasi pembelajaran bahasa Indonesia dalam materi teks prosedur di kelas VII dilakukan dengan menggunakan diferensiasi berdasarkan kesiapan belajar peserta didik.
Keberhasilan pembelajaran berdiferensiasi tampak pada proses dan hasil pembelajaran. Indikator keberhasilan pembelajaran berdiferensiasi diantaranya peserta didik merasa nyaman dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui menulis teks prosedur biasanya menggunakan media kertas atau bantuan microsoft. Media pembelajaran sangatlah diperlukan oleh guru dalam menunjang dan mendukung suatu pengajaran dalam pendidikan. Media merupakan alat bantu yang digunakan guru dalam mengajar, selain menggunakan buku atau metode mengajar. Hal ini sangat mendorong penulis untuk melakukan inovasi baru, yaitu belajar teks prosedur dengan media âTik-Tokâ dan Canva. Alasan guru menggunakan media âTik-Tokâ sebagai media pembelajaran untuk melihat contoh teks prosedur adalah dari hasil kuis yang diberikan lewat Kahoot.id ternyata aplikasi yang sering digunakan adalah Kahoot.id dibandingkan dengan aplikasi digital lainnya. Sedangkan penggunaan Canva sangat mudah dan peserta didik sudah terbiasa menggunakan aplikasi tersebut karena fitur-fitur template menarik. Namun, perkembangan teknologi ini jangan menghilangkan pembelajaran yang menyenangkan dengan permainan atau bernyanyi di kelas sebelum belajar âice breakingâ. Game Kahoot.id digunakan untuk mengetahui kesiapan peserta didik dalam belajar. Sedangkan ice breaking digunakan untuk menyiapkan peserta didik belajar dengan jiwa dan raganya ada di dalam kelas.
Peserta didik memiliki keberagaman kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan sehingga guru harus memiliki kesabaran untuk membimbing peserta didik sampai tuntas, baik peserta didik memiliki kemampuan berpikir cepat, sedang, dan lambat. Pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VII SMP dengan kurikulum merdeka memiliki beberapa tantangan di antaranya yaitu:
Kebutuhan peserta didik dalam belajar yang berbeda-beda. Peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda dan guru berkewajiban menyampaikan materi pelajaran sesuai kemampuan yang dimiliki peserta didik. Pembelajaran bahasa Indonesia terutama teks prosedur kurang menyenangkan atau monoton. Pembelajaran teks prosedur masih menggunakan media sederhana seperti buku paket atau power point yang ditampilkan oleh guru. Hal ini dapat diketahui dari hasil asesmen awal yang diberikan kepada peserta didik. Sehingga hal ini yang mengakibatkan peserta didik merasa tidak menyenangkan ketika belajar teks prosedur. Kecenderungan peserta didik dalam dunia digital di antaranya yaitu gawai. Media sosial merupakan media digital tempat realitas sosial terjadi dan ruang waktu para penggunanya berinteraksi. Di era yang serba digital seperti ini banyak dijumpai perusahaan pengembang menciptakan aplikasi-aplikasi terbaru yang menarik serta dapat digunakan oleh berbagai kalangan. Salah satu aplikasi yang sedang digemari saat ini adalah âTik-Tokâ. Aplikasi âTik-Tokâ merupakan platform media sosial yang digunakan untuk membuat berbagai video berdurasi pendek, mulai dari genre seperti tari, komedi, dan pendidikan, yang berdurasi dari 3 detik hingga 1 menit. Platform video pendek didukung dengan musik merupakan salah satu aplikasi yang dapat membius anak-anak hingga dewasa. Namun, masih memberikan contoh teks prosedur lewat kemasan produk atau sekadar cerita.
Aksi yang dilakukan untuk menyelesaikan tantangan-tantangan dalam mengajarkan materi teks prosedur di kelas VII yaitu dengan beberapa cara.
Langkah 1 : Guru membuat situasi belajar sesuai kebutuhan siswa dengan game Kahoot.id
Kebutuhan peserta didik dalam belajar yang berbeda-beda. Peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda dan guru berkewajiban menyampaikan materi pelajaran sesuai kemampuan yang dimiliki peserta didik. Maka cara yang dilakukan adalah membuat asesmen awal dengan bantuan Kahoot.id . Setelah mengetahui kemampuan masing-masing peserta didik, guru memberikan fasilitas dengan belajar sesuai dengan kebebasan tempat ketika mengerjakan tugas dari guru. Mencari situasi nyaman sesuai keinginan peserta didik.
Langkah 2 : Guru bersama peserta didik melakukan ice breaking
Pembelajaran bahasa Indonesia terutama teks prosedur kurang menyenangkan atau monoton. Dalam mengatasi tantangan ini, aksi yang dilakukan adalah dengan membawa suasana belajar yang menyenangkan dengan diawali ice breaking.
contoh prosedur Langkah 3 : Melihat contoh teks prosedur di Tik-Tok
Guru menggunakan media âTik-Tokâ untuk mereka melihat contoh teks prosedur dan guru memperhatikan peserta didik dengan membuat pedoman P3 (Profil Pelajar Pancasila). Hal ini dilakukan agar mengetahui bahwa peserta didik benar-benar membuka aplikasi âTik-Tokâ untuk belajar. Pertama kali yang dilakukan guru adalah memerintahkan peserta didik dengan memberikan LKPD yang isinya memerintahkan mereka untuk mencari tutorial atau cara membuat makanan di âTik-Tokâ. Peserta didik sangat antusias menyaksikan video teks prosedur yang ditayangkan dalam âTik-Tokâ sehingga memancing banyak pertanyaan dan kelas menjadi ramai dan terlihat snagat berwarna.
Langkah 4 : Membuat teks prosedur dengan Canva
Setelah mengamati teks prosedur dalam bentuk tayangan di âTik-Tokâ peserta didik diperintahkan untuk membuat teks prosedur dengan Canva. Di sini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat teks prosedur yang mereka cari sesuai dengan keinginan mereka baik dari google, Tik-Tok, Instagram, ataupun YouTube. Mereka membuat teks prosedur ada yang di kelas dan di luar kelas. Guru mengawasi peserta didik dengan mengamatinya dan mengisi lembar penilaian P3 yang sudah disiapkan.
Hasil dari praktik baik yang dilakukan adalah menambah wawasan peserta didik karena selama ini mereka hanya mengenal teks prosudur dari kemasan makanan atau penjelasan guru tetapi sekarang bisa lewat aplikasi âTik-Tokâ. Aplikasi âTik-Tokâ dan Canva ekuivalen dengan perkembangan kematangan dan pengalamannya serta karakteristik peserta didik yang merupakan generasi gen Z, yang lekat dan dekat dengan dunia digital khususnya gawai sehingga pembelajaran jadi menyenangkan.
No
Nama Peserta Didik
Nilai
No
Nama Peserta Didik
Nilai
1
Abimanyu Bahri Razki 83
13
Daffa Arya Maulana 87
2
Ahmad Anshori 82
14
Egy Kurnia 83
3
Almira Azka Maulida 92
15
Fayza Adila Husna 81
4
Amalia Dzakira Azka 90
16
Halida Utami 95
5
Amira Aprilia 94
17
Kenzie Javas Nararya 83
6
Andika Yusuf Saputra 91
18
Muhammad Fakhir Syawaludin 91
7
Anisya Sahratul Janah 95
19
Nazla Adzkia Laila N 93
8
Athayya Chitsa Anandina 92
20
Qurrota Aâyuni 85
9
Aulia Putri Dwi Lestari 92
21
Rajwa Firzanah 94
10
Aulia Ramadani Putri 91
22
Revalina Putri Asyifa 93
11
Auni Khalisah Rifani 95
23
Shafa Septia Az Zahra 88
12
Chiara Faiha Ula 85
Hal ini dapat dibuktikan dari hasil refleksi yang diisi oleh peserta didik. Berdasarkan hasil menulis teks prosedur sesuai struktur dan bahasa yang tepat dilaksanakan di kelas VII dengan jumlah peserta didik 23 setelah menggunakan media Canva mendapatkan kategori nilai baik sebanyak 10 dan sangat baik 13.
Media Canva membantu peserta didik dalam membuat sebuah teks prosedur yang menarik dalam waktu singkat serta mudah dalam pengaplikasiannya. Kebanggaan guru lain dengan bisanya mereka membuat teks prosedur sehingga memudahkan tugas yang lain. Gelar karya P5 dengan tema âKebhinekaan Tunggal Ikaâ juga diisi dengan teks prosedur yang diparktikan âMembuat Baso khas Malingpingâ.
Meskipun materi teks prosedur telah selesai. Akibat baiknya masih terasa, ketika ada ajang lomba Laga Sains JSIT Indonesia saya berinisiatif untuk mengikutsertakan peserta didik dengan kriteria tertentu untuk membuat âKudapan Tradisional dari Kulit Durianâ. Selain itu, hasil kumpulan teks prosedur yang dibuat oleh peserta didik dibukukan sehingga dapat dijadikan bahan bacaan perpustakaan, bahkan saya berikan kepada rekan guru di sekolah lain yang membutuhkan.
Sebaik apapun guru menyampaikan materi bahkan dengan media semenarik apapun tidak terlalu jadi indikator keberhasilan pembelajaran jika guru tidak menghadirkan ruh dalam pembelajaran.
Penyunting: Putra