Beberapa pekan terakhir tahun 2024, Indonesia melalui pakar, penggagas, pemegang kebijakan pendidikan mengemukakan tentang suatu pendekatan pembelajaran baru yang diharapkan dapat menanamkan kompetensi mendalam pada setiap siswa dalam suatu pembelajaran yang disebut dengan deep-learning.
Konsep Deep-Learning
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengatakan, “Deep-Learning atau pembelajaran mendalam sendiri adalah suatu pendekatan pembelajaran untuk memberikan pengalaman belajar dan kompetensi mendalam. Deep-learning itu bukan kurikulum. Itu merupakan pendekatan belajar, proses memberdayakan siswa untuk berpikir lebih dalam, berkolaborasi lebih baik, dan memecahkan masalah lebih bermakna. ujarnya usai acara "Pak Menteri Ngariung" di halaman Kantor Badan Bahasa, Jakarta, Sabtu (9/11/2024), dikutip dari Kompas.com.
Figure 1. Bagan AI, sumber: dicoding.comPada dasarnya deep-learning ini adalah salah satu cabang dari machine learning yang merupakan cabang dari artificial intelligence (AI) dan ilmu komputer yang mempelajari bagaimana cara manusia belajar. Berbeda dengan pendekatan pembelajaran konvensioanl yang sering kali berfokus pada hafalan dan ujian, deep-learning menekankan pada pemahaman, kolaborasi dan penerapan pengetahuan dalam kehidupan nyata (Michael Fullan and Geoff Scott, 2014).
Prinsip Deep-Learning
Pembelajaran mendalam memiliki 5 prinsip sebagai berikut:
1. Pembelajaran berpusat pada siswa
Siswa menjadi penggerak utama dalam proses pembelajaran; guru sebagai fasilitator.
2. Relevansi dunia nyata
Kontekstual kejadian sehari-hari yang dekat dengan kehidupan siswa, kearifan budaya lokal dan sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.
3. Integrasi teknologi
Teknologi berguna untuk memperluas jangkauan akses pembelajaran dan memperkuat kolaborasi.
4. Hubungan yang bermakna
Membangun hubungan emoasional yang mendukung proses PSE: Pembelajaran Sosio-Emosional.
5. Evaluasi berkelanjutan
Menggunakan evaluasi formatif sebagai bentuk umpan balik untuk melihat perkembangan siswa.
Pilar Utama Deep-Learning (6C’s)
Michael Fullan dan Geoff Scott, dalam paper-nya New Pedagogies for Deep Learning Whitepaper (2014) mensarikan enam pilar aplikasi deep-learning dalam pendidikan yang disebut 6C’s of Education. Yakni:
1. Character education
Mengacu pada kualitas individu yang penting untuk menjadi pribadi yang efektif dalam dunia yang kompleks termasuk keberanian, keuletan, ketekunan, ketahanan, keandalan, dan kejujuran.
2. Citizenship
Berpikir seperti warga dunia, mempertimbangkan isu-isu global berdasarkan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai yang beragam dengan minat yang tulus untuk terlibat dengan orang lain untuk memecahkan masalah kompleks yang berdampak pada keberlanjutan manusia dan lingkungan.
3. Collaboration
Mengacu pada kapasitas untuk bekerja secara saling bergantung dan sinergis dalam tim dengan keterampilan interpersonal dan terkait tim yang kuat termasuk manajemen dinamika tim yang efektif, membuat keputusan substantif bersama, dan belajar dari dan berkontribusi pada pembelajaran orang lain.
4. Communication
Komunikasi memerlukan penguasaan tiga kefasihan: digital, menulis, dan berbicara yang disesuaikan untuk berbagai audiens.
5. Creativity
Memiliki ‘pandangan kewirausahaan’ terhadap peluang ekonomi dan sosial, mengajukan pertanyaan yang tepat untuk menghasilkan ide-ide baru, dan menunjukkan kepemimpinan untuk mewujudkan ide-ide tersebut dalam praktik.
6. Critical thinking
Mengevaluasi informasi dan argumen secara kritis, melihat pola dan hubungan, membangun pengetahuan yang bermakna, dan menerapkannya di dunia nyata.
Bagaimana Eksekusi Deep-Learning dengan Kurikulum Indonesia saat ini?
Indonesia memiliki ciri khas pada Kurikulum Merdeka yang dinilai mirip dengan keenam pilar deep-learning diatas, yaitu konsep Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Kita coba jabarkan pada tabel berikut:
P5 | Deep-learning | Keterkaitan |
Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia | Character education | Pendidikan karakter pada 6C’s sejalan dengan pendidikan moral dan akhlak mulia pada P5 |
Berkebinekaan global | Citizenship | Menekankan kesadaran siswa terhadap kebergaman dan kontribusi positif ada dalam P5 dan 6C’s |
Bergotong royong | Collaboration | Bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, hal ini selaras dalam P5 dan 6C’s |
Mandiri | Critical Thinking | Membuat keputusan yang matang dan menyelasikan masalah sendiri mencakup kemampuan berpikir kritis dalam 6C’s |
Bernalar kritis | Critical Thinking | Bernalar kritis merupakan inti mendalam dari berpikir kritis |
Kreatif | Creativity | Kreatif dalam P5 mencakup inovasi dalam menghimpun ide baru, sejalan dengan pilar kreatifitas di 6C’s |
Communication | Dimensi ini dpaat muncul dalam beberapa aspek P5 seperti menyampaikan gagasan ketika gotong royong, dll. |
Sementara itu, upaya untuk menyempurnakan kurikulum pendidikan Indonesia terus dilakukan. Sesuai dengan instruksi Prof. Mu’ti, selaku Mendikdasmen terpilih periode 2024-2029 akan memfokuskan penyempurnaan tersebut pada pendekatan pembelajaran deep-learning. Implementasi deep learning tidak hanya terpaku pada aspek kognitif, melainkan juga pada keterlibatan emosional dan motivasi peserta didik. Berdasarkan analisis sistematis, deep learning memiliki tiga komponen yang terkait yaitu dengan meaningful learning (pembelajaran bermakna), mindful learning (pembelajaran sadar), dan joyful learning (pembelajaran menyenangkan), menciptakan proses pembelajaran yang efektif secara akademis sekaligus memberikan kepuasan emosional bagi siswa (Diputera et al., 2024).
Manfaat Pendekatan Deep-Learning
1. Keterlibatan siswa
Pembelajaran yang relevan sekaligus dekat dengan kehidupan siswa membuat siswa lebih termotivasi. Hal ini dikarenakan apa yang sedang mereka pelajari adalah apa yang mereka hadapi dan ini jelas akan memanti keterlibatan siswa dalam proses pembalajaran secara mendalam.
2. Pengembangan holistik
Dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan deep-learning. Guru akan memberikan pendekatan yang mencakup aspek intelektual, sosial dan emosional.
3. Kesiapan masa depan
Ketiga aspek diatas diharapkan dapat menjadi dasar bagi para siswa untuk bisa mengasah kemampuan 6C’s yang merupakan pilar dalam pembelajaran mendalam. Agar kedepannya mereka senantiasa berlatih berpikir kritis, bekerja sama dan berinovasi untuk menghadapi era society 5.0 dan SDGs 2030.
Kesimpulan
Kesimpulan yang saya tuliskan masih bersifat sementara dan butuh kajian lebih dalam terkait implementasi pendekatan deep-learning pada pendidikan Indonesia. Hal ini didasarkan pada, masih sedikitnya sumber rujukan, referensi, hasil kajian, analisis data yang mampu memberikan gambaran pasti bahwa menggunakan pendekatan deep-learning dalam pembelajaran mampu menyempurnakan proses suksesi pada suatu sistem pendidikan. Sehingga kedepannya, dengan penuh harap. Bagi praktisi, penelaah, pengkaji dan pakar pendidikan yang dengan sengaja atau tidak membaca tulisan saya. Mari, kita diskusi dan melakukan brainstorming guna mencari benang merah, menemukan simpulan atas fenomena mundur atau majunya suatu sistem pendidikan untuk mempercepat transformasi menjadi negara yang unggul dalam dunia pendidikan.
Sumber rujukan:
Diputera, A. M. et al. (2024) ‘Memahami Konsep Pendekatan Deep Learning dalam Pembelajaran Anak Usia Dini Yang Meaningful, Mindful dan Joyful: Kajian Melalui Filsafat Pendidikan’, 10(2), pp. 108–120.
Michael Fullan and Geoff Scott. (2014). New Pedagogies for Deep Learning Whitepaper: Education PLUS The world will be led by people you can count on, including you!. Collaborative Impact SPC, Seattle, Washington.
Penyunting: Putra