Tema: Tips & Trik Menjadi Guru Inovatif
Di abad 21 ini sudah menjadi tuntutan bagi guru untuk terus berinovasi dalam pendidikan. Menurut Dunwill (Hussin, 2018) akan terdapat banyak perubahan tampilan kelas untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Maka dari itu, menjadi kewajiban guru untuk terus berkarya, berkembang, dan berani mencoba tantangan jaman di era education 4.0. Berikut penulis sajikan tips yang bisa dilakukan untuk menjadi guru inovatif terutama sebagai pembelajar abad 21.
Kata kunci: UIAO
U - Upgrade ilmu
I - Implementasi
A - Agent of change
O - Observasi
1. U (Upgrade ilmu)
Selain sebagai pembelajar, seorang guru tetaplah manusia biasa yang masih terus belajar untuk tumbuh dan berkembang. Dengan meng-upgrade ilmu, artinya gelas tidak akan benar-benar kosong, selalu terisi untuk terus dikonsumsi. Sama halnya ilmu, semakin guru menimba ilmu baru semakin bertambah tingkatan karirnya, semakin luas wawasannya, semakin menjadi sumber belajar bagi banyak pihak, tidak hanya bagi peserta didiknya tetapi juga akhirnya mampu menginspirasi guru-guru lain. Upgrade ilmu menjadi penting untuk guru dalam berinovasi, menemukan dan memunculkan ide-ide baru yang pada akhirnya memberi problem solving untuk kebutuhan pendidikan abad 21. Upgrade ilmu yang paling sering dilakukan di era education 4.0 ini adalah mengikuti pelatihan ataupun kursus baik online maupun offline. Contohnya seperti webinar atau kursus kelas yang sering diadakan oleh guruinovatif.id baik secara asinkron maupun sinkron. Teknologi sudah semakin canggih menuju era education 4.0. Upgrade ilmu terutama tentang dunia digitalisasi sangat penting untuk guru abad 21. Hal ini akan memunculkan minat guru untuk mencoba hal baru (berinovasi).
2. I (Implementasi)
Hal yang menjadikan ilmu melekat dalam diri seseorang adalah ketika mau mengimplementasikan ilmu yang didapat dalam kehidupannya. Secara eksplisit, ilmu akan benar-benar berguna ketika diterapkan. Penerapan inilah yang menjadi dasar ilmu itu dirasakan banyak pihak. Dengan mengimplementasikan berarti adanya inovasi mulai disadari. Misal, seorang guru mendapat ilmu baru tentang aplikasi pembelajaran berjenis platform (blended learning) dari pelatihan yang pernah diikutinya kemudian melakukan penelitian dalam implementasinya, maka responden (peserta didik) dan pengamat (kepala sekolah atau guru lain) yang akhirnya merasakan efek inovasi tersebut. Dari sinilah guru itu kemudian disebut inovatif.
3. A (Agent of change)
Setiap perubahan dimulai karena adanya kemauan. Menjadikan diri sebagai agent of change dalam dunia pendidikan adalah sebuah niatan. Ini yang mendasari adanya pembaharu dalam pendidikan. Setiap guru adalah agent of change, setiap guru adalah idola, dan setiap guru adalah jendelanya paradigma baru. Dengan kemauan secara sadar untuk menjadi agent of change, guru akan secara otomatis punya keinginan untuk terus berinovasi, menciptakan perubahan-perubahan, hingga menjadi inspirator bagi lainnya. Menjadi agent of change memang berat di awal, tapi ingatlah dengan tekad yang bulat dan ketelitian yang futuristik akan membawa seseorang menjadi 'besar', dan hal tersebut tidak didapat secara instan. Agent of change adalah agen perubahan, agen perubahan adalah agen inovasi. Mulai detik ini tanamkan dalam hati secara sadar dan penuh fokus lalu katakan "saya adalah agent of change, saya adalah guru perubahan, saya adalah guru inovatif".
Guru profesional abad 21 adalah guru yang terampil dalam pengajaran, mampu membangun dan mengembangkan hubungan antara guru dan sekolah dengan komunitas yang luas, dan seorang pembelajar sekaligus agen perubahan di sekolah (Hargreaves, 1997, 2000).
4. O (Observasi)
Mengamati adalah cara yang paling ringan untuk mengenali permasalahan. Dalam konteks ini pengamatan dilakukan dalam hal menemukan solusi (problem solving) dunia pendidikan abad 21, khususnya dalam sistem pembelajaran. Guru tidak lepas dari kegiatan pembelajaran di kelas yang membuatnya secara langsung hadir untuk mengamati pola dan hasil kegiatan. Observasi inilah yang harus selalu guru lakukan untuk terus dapat memunculkan ide apa yang bisa memecahkan masalah tertentu jika dalam kegiatan terdapat kendala/masalah. Dari hasil observasi tersebut maka guru akan secara otomatis berpikir untuk memecahkan. Pemecahan ini yang kemudian mengantar guru pada pemikirannya untuk berinovasi.
Siklusnya secara garis besar seperti berikut.
Observasi → menemukan masalah → alternatif solusi (problem solving) → inovasi →observasi lanjutan
Contoh sederhana, peserta didik belajar tentang hal yang abstrak seperti sistem peredaran darah yang membutuhkan media untuk pengamatan mereka, maka teknologi bisa menjadi solusi dalam hal ini, guru bisa menghadirkan video yang didownload dari internet atau bisa juga membuat media pop up berbentuk mirip aliran darah beserta augmented reality sehingga materi tersampaikan dengan jelas. Inilah maksud pembelajar abad 21 di era education 4.0. Inovasi-inovasi yang guru lakukan akan membuka banyak mata menjadi melek teknologi.
Demikian tips UIAO yang bisa penulis bagikan untuk bisa menjadi guru inovatif pembelajar abad 21. Semoga artikel ini bisa membuka wacana kita untuk semangat berkarya dan berinovasi.
Plot Twists: Berinovasi itu dimulai dari dalam diri, bukan tentang mampu atau tidak, tapi tentang 'mau' atau tidak.
Sumber Pustaka:
Hargreaves, A. & Fullan, M. (2000). Mentoring in the new millennium. ProQuest Education Journals, 39 (1),50-56.
Hargreaves, Andy. (1997). The four ages of professionalism and professional learning. UNICORN,
23(2). 86-114.
Hussin, A. A. (2018). Education 4 . 0 Made Simple : Ideas For Teaching.
International Journal of Education and Literacy Studies, 6(3),92–98