Karakter peserta didik generasi alpha menuntut adaptasi gaya mengajar guru di sekolah dasar. Generasi alpha merupakan kelompok anak yang lahir mulai tahun 2011 yang disebut-sebut sebagai generasi paling dekat dan akrab dengan teknologi. Generasi ini memiliki ciri-ciri yang unik, yaitu 1) sifat wirausaha yang tinggi, 2) tidak terlepas dari media sosial, 3) sedikit kontak dengan manusia langsung dalam aktivitas ekonomi, 4) sangat dimanja, dan 5) mampu menghadapi tantangan besar. Saat ini mereka telah memenuhi bangku-bangku pendidikan sekolah dasar. Oleh karena itu, guru-guru sekolah dasar yang berasal dari generasi sebelumnya perlu menyesuaikan diri guna mencapai tujuan pembelajaran untuk generasi alpha. Beberapa hal berikut dapat membantu guru masa kini untuk mencapai tujuan pembelajaran generasi alpha.1. Pendekatan Individu Keberadaan teknologi disetiap lini kehidupan menjadikan siswa saat ini sebagai generasi yang kaya informasi. Hal ini mendorong siswa memiliki sudut pandang, keinginan, dan khayalan yang tidak terduga. Bagi siswa, hal-hal seperti itu perlu ditunjukkan sebagai wujud eksistensi diri. Orang tua bukanlah pilihan utama sebagai tempat berbagai sebab waktu yang terbatas atau kesibukan kerja. Oleh sebab itu, pendekatan guru kepada siswa berbasis individu menjadi hal yang ditunggu oleh siswa generasi alpha.Belajar lebih dekat dengan siswa
2. Memulai dengan Pertanyaan dan Diskusi Pembelajaran dapat menjadi hal yang membosankan bagi siswa generasi alpha. Internet merupakan sumber informasi yang melimpah bagi mereka sejak sebelum duduk di bangku sekolah. Paradigma pembelajaran bukan lagi ajang transfer pengetahuan, tetapi ajang menguji kebermaknaan pengetahuan yang telah mereka peroleh. Oleh sebab itu, pembelajaran harus menghadirkan sesuatu yang kritis dengan pertanyaan dan diskusi sejak awal pembelajaran.
3. Mempertajam Apersepsi Siswa generasi alpha merupakan generasi yang serba instan. Mereka tidak memahami makna pembelajaran di kelas, namun mengharapkan setiap hal yang mereka inginkan bisa tercapai. Proses pembelajaran lebih baik tidak beracuan pada materi tetapi mempertajam apersepsi. Bisa jadi mereka telah memahami materi yang akan disajikan guru, sehingga guru hanya perlu mengarahkan siswa agar pengetahuannya bermakna bagi kehidupan mereka. Oleh sebab itu, siswa perlu memahami kebermanfaatan dan hubungan apa yang mereka pelajari di dalam kelas dengan proses kehidupan yang dijalani.
4. Menghadirkan Kisah Menarik Secara Langsung Generasi alpha adalah generasi yang paling terdidik. Mereka bahkan bisa membaca sebelum mereka sekolah. Proses pembelajaran yang diawali dengan membaca bisa jadi bukanlah hal yang menarik perhatian bagi mereka. Hal ini dapat disiasati guru dengan menghadirkan cerita yang langsung disampaikan oleh guru dengan penekanan suara dan ekspresi wajah tertentut dapat menarik minat mereka. Pada prinsipnya kisah harus kekinian, aktual, dan kontekstual bagi siswa.
5. Pelajari Tren Siswa Kunci membuka komunikasi dengan siswa adalah mengenal tren mereka. Media sosial atau platform-platform kekinian berbasis gadget menjadi teman dekat mereka. Guru seharusnya bisa menjadi filter terhadap pilihan tren yang diikuti siswa. Tidak salahnya guru memberikan apresiasi terhadap tren yang dipilih siswa namun guru perlu memberikan penekanan dampak positif dan negatif dari tren tersebut.
6. Berikan Lebih banyak Harapan untuk Masa Depan Siswa Banyaknya informasi di sekitar siswa berdampak terhadap rasa nyaman mereka. Informasi yang bersifat kurang positif menyebabkan siswa dalam posisi âterancamâ. Hal ini harus dihindari di dalam proses pembelajaran. Guru harus lebih banyak menyampaikan harapan-harapan baik bagi masa depan siswa.
7. Kolaborasi Peran guru yang tepat saat ini adalah sebagai fasilitator, role model, pelatih, dan mediator. Guru merencanakan langkah pembelajaran yang bersifat student center. Guru membentu siswa mencapai kemampuan tertentu dan membantu siswa bila mengalami kesulitan beajar. Pada paradigma baru kurikulum merdeka, awal tahun pembelajaran dimulai dengan tes diagnosis kesulitan belajar siswa guna mendeteksi hambatan yang terjadi ketika proses pembelajaran. Siswa dapat berkolaborasi dengan siapa saja dalam pembelajaran misalnya ahli di bidang tertentu, pengajar tamu, atau bahkan pembelajaran dengan mitra belajar eksternal.
Mari terus mencoba berbagai hal baik untuk menjadi guru yang inovatif dalam pembelajaran bersama generasi alpha. Salam pendidikan.