Artikel yang saya tulis ini merupakan pengalaman ketika menjadi guru di SMA Al Furqon Gresik, Jawa Timur pada tahun 2015 â 2016. Pengalaman tersebut memang sudah berlangsung sejak lama, akan tetapi masih cukup relevan untuk saya bagikan kepada pembaca khususnya guru fresh graduate.
Berawal ketika diterima menjadi guru di SMA Al Furqon, pada waktu itu sambil menunggu acara wisuda sarjana. Pertamakali mengajar tentunya guru perlu melakukan persiapan terlebih dahulu mulai dari pembuatan RPP, menyiapkan skenario proses pembelajaran dengan metode dan model yang inovatif, dan tak kalah pentingnya mempersiapkan media pembelajaran serta soal untuk mengecek pemahaman peserta didik. Namun semua persiapan tersebut tidak teralisasi dengan baik. Padahal persiapan tersebut sudah menyesuaikan dengan pengalaman ketika menempuh pendidikan di bangku kuliah.
Pada waktu itu beberapa peserta didik memang tidak memperhatikan materi yang seharusnya mereka pelajari. Kondisi peserta didik pada waktu itu ada yang tidur di kelas, berbincang dengan temannya, banyak yang meninggalkan kelas dan hanya beberapa peserta didik saja yang memperhatikan materi.
Keterangan Gambar: Kondisi Awal Kegiatan Pembelajaran
Setelah beberapa bulan menjalankan tanggungjawab menjadi guru, ada perasaan mengeluh dan mempertanyakan tentang keilmuan yang saya dapatkan selama ini. Namun ada sebuah kata-kata yang dilontarkan oleh salah satu ulama dari Rembang, Jawa Tengah yang bernama KH Maimun Zubair atau dikenal dengan sebutan Mbah Moen dalam sebuah channel youtube (saya lupa channelnya, karena sudah lama). Beliau mengungkapkan yang intinya begini âJadi guru tidak perlu memiliki niat yang terlalu tinggi untuk membuat murid pintar, nanti kamu hanya akan marah-marah ketika melihat murid-mu tidak pintar. Yang terpenting menjadi guru adalah menyampaikan ilmu dan mendidiknya dengan baik, masalah murid-mu kelak menjadi pintar serahkan semua kepada Allah. Doa-kan saja terus menerus agar murid-mu mendapatkan hidayah.â Setelah mengingat kata-kata yang disampaikan ulama tersebut sedikit demi sedikit mulai memahami makna mendidik.
Pada pertemuan pembelajaran berikutnya seperti biasa sebelum masuk kelas tetap menyiapkan rencana pembelajaran meskipun rencana tersebut nanti terealisasi dengan baik atau tidak. Namun seperti biasa pembelajaran tidak dapat terlaksana secara maksimal. Kemudian pada waktu tertentu saya mencoba mendatangi peserta didik di kelas ketika istirahat. Kami sekedar makan bersama sambil melakukan candaan layaknya anak muda yang sedang nongkrong. Hal seperti ini sering saya lakukan secara berganti pada kelas yang saya ajar.
Berdasarkan hasil perbincangan santai ketika istirahat tersebut ternyata peserta didik ini sangat terbuka. Mereka secara bergantian ingin diperhatikan, mungkin karena usia mereka menginjak remaja sehingga butuh teman berbagi yang hanya sekedar mencari jawaban-jawaban yang selama ini mereka pertanyakan. Peserta didik ini ternyata memiliki masalah yang beragam mulai dari masalah dengan orang tua dan teman, masalah di pondok (mayoritas peserta didik sekolah dan mondok), masalah dengan pacarnya, sharing terkait dunia perkuliahan, sharing bagaimana mengenali kemampuan diri dan sebagainya. Masalah yang dirasakan peserta didik tersebut memang sesuatu yang wajar, karena mereka ini menginjak usia remaja (tingkat SMA). Bahwa pada usia remaja merupakan fase seseorang berusaha untuk mencari jatidirinya. Saya mencoba memahami apa yang dirasakan oleh peserta didik ini dan memberikan saran sesuai takaran keilmuan dan pengalaman yang saya miliki pada saat itu.
Mencoba menjadi teman berbincang bagi mereka ternyata berdampak cukup baik ketika pembelajaran di kelas. Meskipun belum sepenuhnya baik, akan tetapi ada perubahan yang setidaknya lebih menghargai guru. Hal ini terlihat ketika kegiatan pembelajaran di kelas peserta didik ini tidak fokus untuk belajar materi pelajaran. Mereka lebih memilih bercerita dan menginginkan tips merancang karir kedepannya. Selain itu mereka juga menginginkan untuk ditayangkan sebuah film. Dari sini berarti ada sedikit perubahan sikap yang awalnya kurang menghargai guru di kelas, sekarang lebih bisa menghargai guru dengan duduk rapi di kelas, meskipun konteks yang diperhatikan bukan materi pelajaran.
Selanjutnya setting pembelajaran saya bagi menjadi beberapa fokus. Fokus pertama melayani mereka yang menginginkan tips merancang karir, akan tetapi saya juga membatasi waktu konsultasi masalah karir. Hal ini dikarenakan tidak semua peserta didik menginginkan pembahasan masalah karir. Fokus kedua yaitu menyediakan waktu yang masih ada untuk melayani mereka yang memang ingin belajar materi pelajaran. Jadi mereka yang ingin belajar materi pelajaran saya kumpulkan pada bagian kelas tertentu dan hanya fokus pada mereka yang memang ingin belajar materi pelajaran. Sedangkan peserta didik yang lain tetap pada kegiatan lain, seperti tidur atau berbincang dengan temannya dengan catatan tidak keluar kelas pada saat jam pelajaran. Fokus ketiga ini dilaksanakan ketika pertemuan berikutnya, saya berikan fasilitas sebuah film. Tetapi film yang saya tayangkan ada hubungannya dengan penanaman karakter dan materi pelajaran. Setelah peserta didik menonton film tersebut, saya memberikan tugas untuk mencatat hal apa yang dapat kalian ambil dari film tersebut.
Perubahan sikap juga terjadi di kelas 12 yang saya ajar kelasnya. Peserta didik yang memang ingin belajar materi pelajaran untuk menghadapi UN (waktu itu UN masih dilaksanakan) meluangkan waktu istirahat mencari saya di ruang guru. Kemudian saya usahakan melayani pertanyaan peserta didik tersebut. Saya juga berpesan kepada mereka untuk mengajarkan materi tersebut kepada temannya yang belum paham, sehingga disini saya merasa terbantu dengan adanya peserta didik yang bertanya materi pelajaran UN tersebut. Kemudian ketika hari pengumuman hasil UN, Alhamdulillah peserta didik kelas 12 pada mata pelajaran yang saya ajar mendapatkan nilai paling baik diantara mata pelajaran lainnya.
Keterangan Gambar: Kondisi Ketika Setelah Guru Menjadi Teman Berbincang
Selain itu, ketika ada kegiatan karyawisata di luar sekolah saya juga melakukan pendekatan kepada peserta didik. Hal ini saya lakukan untuk mengetahui karakter peserta didik ketika di luar sekolah. Selain itu sambil mengajarkan materi pelajaran di luar sekolah, seperti yang pernah dilakukan diantaranya bagaimana cara melakukan tawar menawar barang dengan penjual, memberi bantuan kepada orang peminta minta, membantu sesama teman jika kekurangan uang untuk membeli sesuatu dan lain sebagainya.
Keterangan Gambar: Kebersamaan di Luar Sekolah
Jadi dapat disimpulkan bahwa semua guru bisa menjadi teman berbincang bagi peserta didik. Seorang guru setelah selesai mengajar tidak harus langsung ke ruang kantor, sesekali sempatkan mendekati peserta didik untuk mengajak mereka ngobrol . Ternyata berbincang santai tersebut membawa dampak yang cukup baik bagi peserta didik. Hal ini terlihat ketika kegiatan pembelajaran di kelas, peserta didik bisa menghargai guru dan sudah mulai memperhatikan materi pelajaran meskipun belum maksimal. Namun disini ada sedikit perubahan positif dari diri peserta didik tersebut.
Jadi pesan saya untuk guru fresh graduate, lakukanlah berbagai hal untuk mencari cara mengajar yang cocok. Belum tentu cara yang diberikan orang lain bisa cocok untuk diri kita, tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba terlebih dahulu saran tersebut. Jika merasa gagal atau belum efektif, teruslah mencari cara lain sampai menemukan yang benar-benar cocok. Peserta didik itu sejatinya juga manusia, dimana manusia memiliki potensi diri dan sifat yang baik, maka tugas kita sebagai pendidik membimbing mereka untuk mencari potensi diri dan membimbing mereka untuk menjadi lebih baik.