Seorang guru memiliki kewajiban untuk mendidik anak didiknya sehingga mampu menguasai beberapa bidang keilmuan. Mendidik bukan hanya mentransfer ilmu yang dimiliki kepada anak didik, namun memiliki arti lebih luas dan mendalam. Mengutip pendapat Prof. H. Mahmud Yunus, seorang pelopor pendidikan modern Islam mengatakan bahwa mendidik tidak hanya meningkatkan pengetahuan, tetapi juga meningkatkan akhlak dan memudahkan seseorang mencapai tujuan serta cita-cita yang lebih tinggi. Maka, tidak heran jika orang tua mengharapkan hal yang lebih terhadap para guru untuk anak-anaknya yang bersekolah agar memiliki prestasi yang baik dan moral yang tinggi. Terlebih lagi, para orang tua dari anak didik yang berada di bangku Sekolah Menengah Atas yang mengharapkan setelah kelulusannya, anaknya tersebut memiliki bekal untuk masa selanjutnya baik secara skill maupun moril.
Peserta didik yang saat ini duduk di bangku SMA sering disebut sebagai generasi Z. Generasi Z disematkan untuk mereka yang lahir pada rentang tahun 1997 hingga 2012. Generasi Z dikenal sebagai generasi digital (digital natives) , karena mereka lahir di tengah teknologi yang canggih dan pesat sehingga banyak aktivitas sehari-hari yang dilakukan melalui digital, termasuk belajar. Inilah salah satu tantangan seorang guru yang mendidik anak didiknya di bangku SMA. Selain harus mengikuti perkembangan zaman dengan melek teknologi, seorang guru juga dituntut untuk mampu membentuk moral dan karakter generasi Z dengan cara pendisiplinan yang tegas tanpa kekerasan. Karena dibalik kemudahan yang ditawarkan teknologi masa kini, terdapat dapat buruk bagi remaja SMA seperti munculnya media soail yang dapat menjadi candu dan dapat mengganggu minat belajar anak didik. Maka seorang guru harus mampu bersaing untuk memerangi sumber keburukan dari kemudahan akses teknologi saat ini.
Beragam metode pembelajaran digital terus diupdate dan diupgrade untuk memotivasi minat belajar peserta didik. Melalui pembelajaran digital, peserta didik diharapkan mampu memahami dan menguasai bidang ilmu yang disampaikan guru melalui materi audio visual. Salah satu sarana pembelajaran digital adalah penggunaan Powertpoint untuk penyampaian materi dan video pendek yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Namun, penggunaan media digital ini juga perlu diimbangi dengan keaktifan anak didik agar pembelajaran aktif dapat tercapai.
Era sebelum eksisnya teknologi masa kini, para guru telah memiliki teknik dan metode pembelajaran agar siswa dapat memahami materi secara aktif. Maka, para guru senior ini memiliki masalah tersendiri ketika dihadapkan dengan digitalisasi, termasuk dalam hal mengajar. Karena bagi guru-guru senior yang baru mengenal teknologi di usia 40-an ke atas mengalami kesulitan jika harus secara aktif menerapkan pembelajaran digital. Hal ini berbeda dengan guru-guru generasi X dan Y yang notabene dibesarkan di era tekonologi sehingga sudah paham dengan pengaplikasiannya terutama untuk media belajar. Oleh karena itu, tantangan yang dialami sebagian guru ini harus bisa diatasi secara bersama-sama agar tercapai cita-cita pendidikan, yakni mencerdaskan generasi bangsa.
Pembelajaran digital akan berjalan dengan optimal, apabila sumber daya manusia pendidiknya telah mumpuni dan tidak gagap terhadap media yang digunakan, yakni teknologi. Maka perlu peran aktif dan saling kolaborasi antara guru senior yang ahli dalam metode pembelajaran tatap muka bersama para guru generasi X dan Y dalam memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran. Melalui pembelajaran digital ini anak didik diharapkan mampu meningkatkan prestasinya baik di lingkungan sekolah hingga mancanegara. Akses digital yang mudah dengan berbagai fitur yang ditawarkan, khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran seperti aplikasi belajar bahasa asing, perpustakaan digital, dan media belajar bersama lewat video seperti skype, google meet, dan zoom bisa menjadi metode kekinian yang menunjang belajar anak didik.