Tantangan Guru 3T Dalam Menghadapi Transformasi Guru di Era Digital - Guruinovatif.id

Diterbitkan 06 Apr 2022

Tantangan Guru 3T Dalam Menghadapi Transformasi Guru di Era Digital

 Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami perubahan yang cukup besar. Hal ini dikarenakan adanya Pandemi Covid-19 yang belum bisa diprediksikan kapan berakhirnya sehingga kita tidak bisa menunggu situasi kembali normal untuk mulai beraktivitas kembali. Termasuk dalam hal pembelajaran, adanya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan segala dinamikanya masih merupakan pilihan agar para siswa tetap belajar dan menghindari penyebaran virus Corona. Meskipun wacana masuk sekolah di zona hijau pun tetap ada dan akan segera dilakukan di beberapa daerah zona hijau, namun hal yang lebih penting dari semua itu adalah upaya untuk mempersiapkan guru, siswa serta orang tua dalam menghadapi perubahan proses pembelajaran di tengah pandemi ini. Dengan situasi saat ini yang mengalami berbagai perubahan, tentunya perlu adanya beberapa upaya yang dilakukan agar dapat menyesuaikan diri dengan keadaan. Seorang guru dalam menghadapi situasi di masa pandemi ini harus tetap berupaya untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran. Saya sebagai guru di daerah perbatasan tepatnya di SDN 29 Idai yang berada di desa Idai Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat, walaupun dalam keadaan terbatas dimana belum adanya listrik serta sinyal yang sulit tapi tidak membuat saya menjadi terbatas. Ini justru menjadi tantangan tersendiri bagi saya sebagai seorang guru agar tetap kreatif serta inovatif dalam melaksanakan proses pembelajaran di masa pandemi ini. Dalam menyikapi pandemi Covid-19 ini berdasarkan hasil pertemuan rapat komite sekolah yang dilaksanakan pada awal tahun akademik dengan stakeholder sekolah terdapat keinginan kuat dari orang tua siswa untuk meminta anaknya masuk ke sekolah selama masa pandemi dan tidak memberlakukan belajar dari rumah ataupun belajar jarak jauh. Keinginan tersebut bertolak belakang dengan Surat Edaran Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan Surat Edaran dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sintang. Kondisi geografis sekolah serta kendala sinyal, tidak adanya perangkat gawai yang dimiliki siswa, kesibukan orang tua di kebun menjadi sebuah pertimbangan tersendiri bagi pihak sekolah dalam merumuskan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) secara luring di SD Negeri 29 Idai dan tentunya sudah ada kesepakatan dengan komite sekolah, orang tua siswa serta tokoh masyarakat di desa Idai.  

Cerita Guru

NIKEN EKA PRIYANI, S.Pd

Kunjungi Profile
1983x
Bagikan

 Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami perubahan yang cukup besar. Hal ini dikarenakan adanya Pandemi Covid-19 yang belum bisa diprediksikan kapan berakhirnya sehingga kita tidak bisa menunggu situasi kembali normal untuk mulai beraktivitas kembali. Termasuk dalam hal pembelajaran, adanya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan segala dinamikanya masih merupakan pilihan agar para siswa tetap belajar dan menghindari penyebaran virus Corona. Meskipun wacana masuk sekolah di zona hijau pun tetap ada dan akan segera dilakukan di beberapa daerah zona hijau, namun hal yang lebih penting dari semua itu adalah upaya untuk mempersiapkan guru, siswa serta orang tua dalam menghadapi perubahan proses pembelajaran di tengah pandemi ini. Dengan situasi saat ini yang mengalami berbagai perubahan, tentunya perlu adanya beberapa upaya yang dilakukan agar dapat menyesuaikan diri dengan keadaan. Seorang guru dalam menghadapi situasi di masa pandemi ini harus tetap berupaya untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran. Saya sebagai guru di daerah perbatasan tepatnya di SDN 29 Idai yang berada di desa Idai Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat, walaupun dalam keadaan terbatas dimana belum adanya listrik serta sinyal yang sulit tapi tidak membuat saya menjadi terbatas. Ini justru menjadi tantangan tersendiri bagi saya sebagai seorang guru agar tetap kreatif serta inovatif dalam melaksanakan proses pembelajaran di masa pandemi ini. Dalam menyikapi pandemi Covid-19 ini berdasarkan hasil pertemuan rapat komite sekolah yang dilaksanakan pada awal tahun akademik dengan stakeholder sekolah terdapat keinginan kuat dari orang tua siswa untuk meminta anaknya masuk ke sekolah selama masa pandemi dan tidak memberlakukan belajar dari rumah ataupun belajar jarak jauh. Keinginan tersebut bertolak belakang dengan Surat Edaran Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan Surat Edaran dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sintang. Kondisi geografis sekolah serta kendala sinyal, tidak adanya perangkat gawai yang dimiliki siswa, kesibukan orang tua di kebun menjadi sebuah pertimbangan tersendiri bagi pihak sekolah dalam merumuskan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) secara luring di SD Negeri 29 Idai dan tentunya sudah ada kesepakatan dengan komite sekolah, orang tua siswa serta tokoh masyarakat di desa Idai.  

Gambar 1. SDN 29 Idai yang berada di desa Idai Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat 

 

     Gambar 2. Rapat antara pihak sekolah dengan komite serta perwakilan tokoh masyarakat membahas kebijakan belajar selama pandemi di SDN 29 Idai

Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di SDN 29 Idai dilaksanakan secara luring yaitu dengan tatap muka seminggu sekali secara bergiliran siswa-siswi ke sekolah dengan waktu yang terbatas dan dengan protokol kesehatan/protokol Covid-19. Hal ini dilaksanakan secara luring karena kondisi di desa Idai yang belum adanya listrik serta sinyal yang sulit sehingga tidak memungkinkan untuk dilaksanakan secara daring. Selain itu juga kondisi jarak yang jauh dari pusat kota yaitu kurang lebih 10 jam menjadi tantangan tersendiri bagi Guru yang bertugas di SDN 29 Idai ini. Solusi pelaksanaan kegiatan dengan pembelajaran luring menjadi sebuah pilihan yang diangap bijak dengan tetap mengacu pada protokol Covid-19 dan panduan kegiatan pembelajaran di Era New Normal yang dikeluarkan oleh Kemdikbud. Apalagi pada saat ini perkembangan teknologi informasi yang demikian cepat merupakan tantangan baru bagi guru. Para pakar pendidikan berpendapat bahwa penguasaan para guru terhadap teknologi informasi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam mengelola pembelajaran di sekolah. Termasuk salah satunya sekolah saya yang berada di perbatasan walaupun dengan keadaan yang terbatas namun saya sebagai seorang guru harus tetap berinovasi mengikuti perkembangan zaman di era digital saat ini. Sebelum adanya pandemi covid-19 yang menghantam dunia termasuk Indonesia terlebih di bidang pendidikan dan sebelum adanya transformasi di era digital, pembelajaran tatap muka efektif dilakukan. 

Model pembelajaran yang dilakukan saat sebelum adanya transformasi digital di sekolah saya di perbatasan adalah menggunakan beberapa model pembelajaran yang menarik bagi siswa. Salah satunya adalah menggunakan Pembelajaran Joyfull Learning Berorientasi Project Based Learning (PjBL) di kelas 4. Pembelajaran Joyfull Learning itu sendiri merupakan suatu proses pembelajaran yang membuat suasana belajar siswa menjadi menyenangkan sehingga anak-anak merasa senang untuk belajar tidak merasa sebagai beban serta Guru memposisikan diri sebagai fasilitator dan mitra belajar bagi siswa. Sedangkan Project Based Learning (PjBL) merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Karakteristik utama dalam PjBL adalah adanya permasalahan di dunia nyata (benar-benar terjadi) yang diangkat menjadi skenario dan kegiatan pembelajaran, serta peran para siswa adalah sebagai ahli, yang merancang/mengembangkan solusi dan produk untuk mengatasi/menyelesaikan permasalahan riil tersebut. Sehingga saya sebagai seorang guru mencoba menggabungkan antara Pembelajaran Joyfull Learning serta Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dengan tujuan agar tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan serta siswa dapat berinovasi dan kreatif dalam membuat proyek atau kegiatan sebagai media. Sebagai contohnya saat pembelajaran matematika siswa kelas 4 diminta untuk membuat dua buah kubus setiap kelompok dimana setiap kubus tersebut dibuat dari 6 lembar kertas lipat saja tanpa menggunakan lem, gunting, pensil dan lain-lain. Jadi di dalam proses pembuatan kubusnya hanya bermodalkan kertas lipat 6 (enam) buah dengan warna yang berbeda dimana kertas lipat tersebut sudah disediakan oleh guru dan dengan hanya menggunakan tangan saja. Selanjutnya dari kubus yang telah dibuat nantinya akan untuk bermain game yaitu setiap sisi kubus diberi angka dan nantinya dua buah kubus tersebut sebagai dadunya dilempar, maka akan terlihat dua angka yang berbeda dan guru menginstruksikan untuk menjumlahkan, mengurangkan atau mengalikannya sesuai dengan soal yang ada di dalam permainannya. Siswa-siswi dalam setiap kelompok diminta untuk membuat dua buah kubus dengan cara yang telah diinstruksikan oleh guru dan kubus tersebut digunakan untuk belajar operasi bilangan yaitu penjumlahan, pengurangan, pembagian serta perkalian dalam permainan/games dimana setiap kelompok melempar dua buah kubus tersebut yang setiap sisinya sudah diberi angka lalu setelah dilemparkan akan mucul dua buah angka yang nantinya digunakan untuk operasi bilangan. Suasana saat proses pembelajaran terlihat seperti gambar berikut:

     Gambar 3. Siswa-siswi Kelas 4 SDN 29 Idai mendapat arahan terlebih dahulu dari Guru saat proses pembelajaran

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dengan model Pembelajaran Joyfull Learning Berorientasi Project Based Learning (PjBL) ternyata siswa-siswi kelas 4 merasa antusias dan senang dalam membuat tugas proyek yaitu kubus tersebut dengan sebelumnya diberikan instruksi oleh guru. Tugas proyek tersebut merupakan PjBL nya dan Joyfull Learning atau pembelajaran yang menyenangkannya ada saat permainan di dalam melemparkan dadu dari kubus tersebut dengan menjumlahkan, mengurangkan mengalikan angka-angka yang ada setelah dua buah dadu dari kubus tersebut dilempar. Sehingga terciptalah suasana pembelajaran yang menyenangkan serta tujuan pembelajaran pun tercapai. Kelebihan dari model pembelajaran Joyfull Learning Berorientasi Project Based Learning (PjBL) adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta siswa dapat lebih kreatif serta inovatif dalam pembelajaran. Saya sebagai seorang guru yang berada di lintas batas pelosok negeri tentunya akan terus berusaha untuk berinovasi serta kreatif dalam melaksanakan proses pembelajaran.Terlebih lagi setelah pandemi covid-19 menghantam negeri ini, maka sebagai seorang guru harus mengikuti perkembangan teknologi digitalisasi. Hal ini sesuai dengan tuntutan revolusi industri 4.0 dan revolusi industri 5.0. Beberapa negara telah mengembangkan berbagai platform, aplikasi yang dapat dimanfaatkan guru dan murid dalam pembelajaran di sekolah. Salah satu yang telah saya terapkan di SDN 29 Idai pada saat pandemi covid-19 sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada walaupun di daerah perbatasan adalah dengan menggunakan komik pembelajaran sebagai media belajar yang dibuat guru menggunakan PowerPoint Online pada Microsoft Office 365. Dimana guru membuat komik pembelajaran tersebut kemudian dicetak dan diberikan kepada siswa sebagai media belajar selama PJJ. Selain itu saya juga membuat video pembelajaran yang sudah diupload di facebook dan youtube kemudian siswa pada saat mencari sinyal siswa bisa mengunduh dan bisa untuk bahan belajar di rumah secara offline. Pada saat pandemi covid-19 ini karena berada di perbatasan dan sinyal yang lemah, maka PJJ yang dilakukan adalah secara luring. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara bergilir dimana siswa setiap kelas datang ke sekolah selama 1 (satu) hari secara bergilir, sehingga tidak akan terjadi kerumunan siswa dalam jumlah banyak di sekolah. Sebelum pembelajaran dimulai guru telah meminta siswa untuk memakai masker yang telah dibagikan secara gratis kepada siswa, namun terkadang siswa lupa membawa maskernya sehingga siswa diminta untuk mengambil maskernya terlebih dahulu karena rumahnya tidak begitu jauh. Sekolah juga telah membuat tempat cuci tangan menggunakan dana bantuan operasional sekolah, membeli handsanitizer, sabun cuci tangan untuk dapat digunakan oleh guru dan siswa. Siswa yang sedang batuk maupun sakit juga dilarang datang ke sekolah. Selama 1 hari datang ke sekolah bertemu dengan bapak dan ibu guru dirasakan cukup menjadi penghibur dan penyemangat mereka untuk terus belajar selama masa pandemi. Selama proses pembelajaran yang begitu singkat namun terasa bermakna karena anak-anak tetap semangat mengikuti pembelajaran. Sebagai seorang guru juga harus memiliki kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran sehingga anak di sekolah dengan waktu yang sangat singkat namun terkesan dan materi yang disampaikan oleh guru akan melekat dan teringat oleh siswa.

Gambar 4. Salah satu contoh media komik pembelajaran yang telah dibuat guru dan dicetak diberikan kepada siswa sebagai media belajar di rumah

 Pelaksanaan evaluasi sendiri dalam PJJ luring ini dimana siswa secara bergilir datang ke sekolah seminggu sekali untuk tatap muka walaupun dengan waktu yang sangat terbatas, sebagai seorang guru saya memanfaatkannya untuk melaksanakan evaluasi berbasis komputer yaitu menggunakan aplikasi Easy Quizizz yang telah diinstal di laptop pribadi guru. Siswa secara bergilir mengerjakan soal pilihan ganda pada laptop guru sehingga tetap sesuai dengan protokol covid-19 yaitu tetap jaga jarak dan tidak menimbulkan kerumunan.Ternyata menimbulkan antusias para siswa dalam mengerjakan soal tersebut karena merupakan hal baru bagi mereka yang biasanya hanya menggunakan selembar kertas, namun sekarang evaluasinya berbasis komputer yang hasil nilainya langsung keluar. 

Gambar 5. Siswa antusias mengerjakan evaluasi melalui aplikasi Easy Quizizz dan hasilnya langsung keluar

 Pandemi covid-19 walaupun belum usai namun memberikan perubahan yang sangat besar bagi dunia pendidikan kita terutama di sekolah saya di perbatasan yaitu di SDN 29 Idai. Siswa-siswi merasa lebih semangat dan antusias saat guru mengenalkan aplikasi evaluasi baru melalui laptop pribadi guru. Transformasi pelaksanaan pembelajaran sebagai seorang guru di era digital telah memberikan saya pengalaman yang begitu berharga untuk selalu berinovasi serta kreatif dalam pembelajaran. Hal ini menuntut saya sebagai seorang guru untuk terus belajar mengembangkan diri melalui pelatihan-pelatihan daring yang mendukung dalam proses pembelajaran. Kreativitas saya jauh lebih meningkat dibanding sebelum pandemi covid-19 karena guru harus melek digital mengikuti perkembangan zaman. Saya akan terus berkarya dan mengembangkan diri demi kemajuan pendidikan khususnya di tempat saya bertugas di perbatasan yaitu di SD Negeri 29 Idai. Tantangan-tantangan di era digital akan terus saya hadapi dengan semangat demi mencerdaskan anak bangsa terutama di daerah perbatasan. 

0

20

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Memanusiakan Murid

Pujiyati

Apr 18, 2022
1 min
Kisah saya sebagai Guru di Indonesia
6 min
Terus Berkembang Menjadi Guru Ideal

Hairullah, S.T

Apr 21, 2022
3 min
Mengabdi Tanpa Batas Di Pendidikan Kesetaraan

SRI HARYANTI,S.Pd

Aug 11, 2023
4 min
Tren Guru Gondrong dengan Metode Mengajar "Nyentrik"

Yudha Adi Putra

Jul 21, 2022
1 min
"Mai Melajah" cara baru "melajah" kekinian
5 min

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar