Kemarin sore, 23 Mei 2025, saya menyempatkan diri ke bengkel untuk mengganti kampas rem motor, baik bagian depan maupun belakang. Sudah cukup lama saya merasa performa rem motor melemah, tidak lagi seefektif biasanya sehingga demi keselamatan berkendara, segera melakukan perbaikan.
Di bengkel, motor ditangani oleh seorang mekanik yang tampak berpengalaman.
"Mau ganti kampas rem depan belakang," pinta saya.
Dia langsung perbaiki posisi motor untuk siap dikerjakan. Proses penggantian kampas rem berlangsung begitu cepat, lebih singkat. Yang menarik perhatian, bukan hanya kecepatannya, tetapi juga peralatan yang digunakannya. Saya perhatikan betapa cepatnya pekerjaan dengan bor listrik membuka baut. Mekanik tersebut tidak lagi menggunakan kunci manual seperti yang umum saya lihat dahulu.
"Cepat di' kalau pakai bor," saya coba bangun komunikasi. Dia tersenyum. Sambil terus bekerja.
Suara khas alat itu berpadu dengan gerakan yang efisien, menjadikan proses pembongkaran dan pemasangan terasa modern, presisi, dan sangat hemat tenaga.
Kejadian itu membuat saya merenung. Ternyata, dunia otomotif pun telah mengalami transformasi digital yang signifikan. Para mekanik kini tak hanya mengandalkan keterampilan tangan, tetapi juga bersedia beradaptasi dan memanfaatkan kemajuan teknologi demi hasil kerja yang optimal. Kecakapan seperti ini mencerminkan pentingnya literasi teknologi dalam bidang apa pun termasuk dalam dunia pendidikan.
Jika seorang mekanik di bengkel saja mampu beradaptasi dengan perkembangan alat kerja maka seorang pendidik pun semestinya tidak tertinggal dalam semangat yang sama.
Guru masa kini perlu membekali diri dengan keterampilan digital agar pembelajaran menjadi lebih efektif dan kontekstual.
Penggunaan perangkat seperti presentasi PowerPoint, media slide interaktif, laboratorium virtual, e-perpustakaan, hingga speaker aktif bukan sekadar pelengkap, melainkan bagian integral dari metode mengajar yang relevan dengan kebutuhan zaman seperti ini. Yang harapannya bisa mempermudah pemahaman siswa dengan pelajaran. Dengan teknologi, proses pembelajaran dapat disajikan secara lebih menarik, menggugah partisipasi siswa, dan menembus ruang konvensional.
Maka, menjadi guru yang melek teknologi bukan lagi sebuah pilihan alternatif, melainkan keniscayaan. Dunia terus berubah, dan dalam perubahan itu, mereka yang bersedia beradaptasi akan menjadi lebih fleksibel menghadapi tantangan.
Barokallohu fiikum.
Gowa, 24 Mei 2025
Penyunting: Putra