Senin, 11 November 2024, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) telah melalukan Rapat Koordinasi Evaluasi Kebijakan Pendidikan bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi X serta turut mengundang para Kepala Dinas Pendidikan di seluruh Indonesia. Rapat koordinasi ini bertujuan untuk mengumpulkan aspirasi serta saran dan usul dari para perwakilan tenaga pendidikan di Indonesia mengenai kebijakan serta program yang sudah berlangsung di kabinet sebelumnya. Dua hal yang menjadi pokok pembahasan pada rapat koordinasi ini adalah mengenai sistem zonasi pada PPDB dan PPPK yang menuai ragam opini serta kontroversi di tengah masyarakat.
Namun, dalam pembukaan rapat koordinasi ini, Wakil Presiden (Wapres) Indonesia, Gibran Rakabuming Raka sempat menyinggung mengenai pendidikan coding akan ditambahkan pada kurikulum baru yang akan datang. Hal ini kemudian dikonfirmasi kembali oleh wartawan saat jumpa pers dengan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Prof. Abdul Mu’ti.
Dalam penjelasannya, Mendikdasmen menyatakan bahwa akan ada pembaharuan kurikulum kedepannya, salah satunya dengan memasukkan mata pembelajaran coding dan artificial intelligent (AI) sebagai mata pelajaran pilihan di sekolah-sekolah yang sudah mampu mengeksekusi pembelajarannya.
Beliau pun turut menambahkan bahwa untuk menunjang eksekusi pembelajaran coding dan AI kedepannya, siswa didik akan sudah mulai belajar mengenai literasi dan numerasi sedari Taman Kanak-Kanak (TK). Hal ini untuk membantu mempersiapkan anak-anak sedari dini untuk mampu melanjutkan pembelajaran coding dan AI seiring tumbuh dewasa.
Urgensi Pendidikan Literasi dan Numerasi Sedari Dini GoodStats sempat melakukan rekapitulasi skor SERTA menyusun ranking kemampuan matematika, sains, dan literasi siswa didik secara global melalui Programme for International Student Assessment (PISA). Penilaian yang dilakukan 3 tahun sekali ini dilakukan oleh National Center of Education Statistics (NCES). Per tahun 2022, Indonesia menduduki posisi ke-69 dari total 80 negara di seluruh dunia yang terdaftar untuk mengikuti penilaian ini serta peringkat ke-6 di ASEAN.
Peringkat pertama diduduki oleh Singapura, lalu menyusul China, Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan yang menduduki posisi seterusnya. Jika dilihat berdasarkan ranking , negara Asia menguasai kelima besar dari PISA 2022. Indonesia sendiri sudah mengalami peningkatan posisi yang cukup signifikan pada setiap elemen, mulai dari matematika, sains, dan literasi, dibandingkan dengan tahun 2018 silam. Namun angka ini tetap dianggap rendah dibandingkan negara Asia lainnya.
Pendidikan literasi dan numerasi sendiri dianggap sangat penting dan mampu memengaruhi pembentukan karakter anak dalam keseharian. Menurut Sofie Dewayani, perwakilan Yayasan Artikel Tiga Tiga, saat diwawancara oleh pihak Kemendikbud, pembelajaran mengenai literasi sedari dini penting untuk membentuk rasa percaya diri anak dalam berkomunikasi. Semakin ia diperkenalkan dengan berbagai kosa kata dan diajak berdiskusi sedari dini, maka semakin besar potensi bahwa ia akan percaya diri untuk berkomunikasi dan menyatakan pendapatnya di depan publik ketika beranjak dewasa.
Bukan hanya literasi yang mampu membangun karakter positif pada anak, melainkan juga pembelajaran mengenai numerasi, menurut pendapat Miftahul Hidayah, perwakilan dari SEAMEO QITEP in Mathematics, bahwa pengenalan akan numerasi dan matematika sedari ini akan melatih anak untuk mampu berpikir logis dan mampu menyelesaikan permasalahan sehari-hari dengan logika matematika. Pembelajaran numerasi yang dimaksud di ini bukan hanya mengenai angka, tetapi juga meliputi pola, pengukuran, geometri, dan analisis data. Namun, isi pembelajaran akan disesuaikan lagi dengan usia dan tingkat pendidikan.
Hal ini pun dikonfirmasi oleh Mendikdasmen, Prof. Abdul Mu’ti, pada saat ditemui oleh pers setelah rapat koordinasi. Beliau mengatakan bahwa, menurut penelitian, anak-anak TK yang sudah diperkenalkan dengan pembelajaran literasi dan numerasi yang baik sejak TK memiliki potensi untuk berhasil dalam pendidikan di jenjang yang lebih tinggi.
Kemendikdasmen akan segera merancang metode pembelajaran literasi dan numerasi yang disesuaikan dengan usia anak didik. Pelajaran numerasi pada usia TK dan SD akan berfokus kepada pengenalan konsep-konsep dasar matematika terlebih dahulu. Ia pun menyatakan bahwa pihak kementerian akan membuat metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter usia anak didik dimana pada usia TK dan SD, mayoritas anak lebih suka bermain dan bersosialisasi. Maka dari itu, metode pembelajaran akan dirancang dengan cara-cara yang menyenangkan sehingga mampu menumbuhkan minat dan antusiasme anak didik.
Mengajarkan anak literasi dan numerasi pada anak (Gambar: Canva) Singapura sendiri sudah mulai mengembangkan metode pembelajaran matematika efektif sejak tahun 1980-an. Pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh negara ini dikenal dengan CPA (Concrete, Pictorial, dan Abstract) . Secara sederhana, pendekatan ini dapat dipahami dengan siswa diajak untuk memahami konsep abstrak melalui cara yang konkret. Contohnya, anak didik dapat diberikan mainan atau boneka dan guru dapat mengajak mereka untuk bermain berhitung dengan menggunakan objek tersebut. Selain itu, guru juga dapat menunjukkan gambar-gambar yang menarik di mata anak didik dan mengajak untuk berhitung, mulai dari penambahan, pengurangan, dan akan terus berlanjut kepada perhitungan yang lebih kompleks.
Dengan menggunakan objek yang konkret dan mampu menarik anak didik, maka pembelajaran yang dinilai abstrak dan kompleks akan dapat lebih mudah dipahami oleh mereka.
Jenis pendekatan seperti ini dapat diserap dan dimodifikasi kembali oleh pihak Kemendikdasmen sebagai langkah awal untuk memajukan serta meningkatkan kualitas siswa di Indonesia sedari dini.
Tingkatkan kualitas dan kompetensi mengajar Anda dimanapun serta kapanpun dengan bergabung menjadi anggota Guruinovatif.id .
Akses fasilitas GuruInovatif.id disini!
Referensi: Matematika Akan Diajarkan Sejak TK, Mendikdasmen: Bermain Sambil Belajar Mengapa Anak-Anak di Singapura Pandai Matematika? Pentingnya Literasi dan Numerasi Sejak Dini Posisi Indonesia di PISA 2022, Siapkah Untuk 2025?
Penulis: Audrey Abigail | Penyunting: Putra