Metode pembelajaran yang bersifat pasif saat ini tidak cukup untuk mempersiapkan murid untuk bertahan hidup di dunia yang selalu berkembang. Karena saat ini banyak permasalahan kompleks yang tak hanya memerlukan kemampuan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. Namun juga kemampuan-kemampuan yang wajib dimiliki di abad 21.
Kemampuan di abad 21 yang wajib dikuasai saat ini antara lain:
Tanggung jawab (pribadi dan sosial) Merencanakan, berpikir kritis, dan kreatif Kemampuan berkomunikasi yang kuat Pemahaman lintas budaya Mengetahui cara dan kapan menggunakan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan Oleh karena itu, tenaga pengajar harus berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Di tengah perkembangan yang pesat ini, tercipta suatu metode pembelajaran yang menjadikan peserta didik sebagai pusat kegiatan agar dapat menghasilkan suatu produk di akhir pembelajaran. Metode ini sering disebut project based learning (PjBL) atau lebih dikenal dengan sebutan Pembelajaran Berbasis Proyek.
Apa itu Pembelajaran Berbasis Proyek? Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project based learning (PjBL) adalah pendekatan belajar yang menjadikan murid sebagai pusat pembelajaran. Metode ini juga menitikberatkan proses untuk memiliki hasil akhir berupa produk atau layanan (tergantung permasalahan apa yang diberikan). Sehingga murid diberikan kebebasan untuk menentukan aktivitas belajarnya sendiri hingga menciptakan hasil berupa sebuah produk.
Metode ini sangat dipengaruhi oleh keaktifan murid di kelas. Sehingga murid akan terlibat dalam merancang, mengembangkan, dan menciptakan solusi untuk menjawab permasalahan yang diberikan.
Baca juga: Menguatkan Fondasi Pendidikan di Abad 21 Melalui Empat Pilar Belajar
Pembelajaran Berbasis Proyek Selaras dengan Kemajuan Teknologi Memasukkan permasalahan di dunia nyata dan teknologi ke proses belajar dengan menggunakan pendekatan PjBL, murid didorong untuk menjadi pekerja yang mandiri, pemikir kritis, dan pembelajar seumur hidup. PjBL bukan hanya sebuah cara untuk belajar, namun juga cara untuk mengajarkan cara bekerja sama. Anda sebagai guru pun dapat berkomunikasi hingga bertukar pikiran dengan rekan guru lainnya serta berkomunikasi dengan orang tua atau wali murid.
Hal ini juga dapat meruntuhkan berbagai hambatan-hambatan yang tidak terlihat seperti ketakutan untuk memulai sesuatu yang baru, hingga sekat batas yang tak terlihat di kelas.
Manfaat Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek di Kelas Metode pembelajaran ini dapat memberikan beberapa manfaat, yakni:
Memberikan guru banyak kesempatan melakukan penilaian atau asesmen; Memberikan kesempatan pada murid untuk menunjukkan kemampuan mereka bekerja secara mandiri; Dapat menunjukkan kemampuan murid untuk menerapka keterampilan yang diinginkan seperti melakukan riset penelitian; Mengembangkan kemampuan kerja sama murid dengan teman-temannya; Memungkinkan guru untuk mengenal lebih tentang muridnya sebagai manusia; Membantu guru untuk berkomunikasi secara progresif dan bermakna dengan murid atau sekelompok murid mengenai berbagai masalah. Secara ringkas, manfaat dari penerapan PjBL adalah memberikan hasil asesmen yang otentik, hasil evaluasi perkembangan tiap murid di kelas, hingga melatih sikap proaktif murid dalam memecahkan suatu masalah.
Ilustrasi Pembelajaran Berbasis Proyek (Sumber gambar: Pexels) 4 Langkah untuk Menerapkan Pembelajaran Berbasis Proyek Sebagai wujud pendekatan pedagogis, PjBL memerlukan beberapa langkah utama sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi bentuk permasalahan Metode PjBL, sebaiknya dimulai dengan menanyakan permasalahan kepada murid di kelas, seperti:
Masalah apa yang murid coba selesaikan? Apa pendapat mereka mengenai penyebab masalah tersebut? Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut, akan membantu murid untuk menggambarkan masalah dalam konteks yang tepat. Karena jika murid memecahkan permasalahan di dunia nyata juga harus mempertimbangkan apa manfaat akhir dari sebuah solusi yang sudah mereka temukan.
2. Membuat ide-ide solusi Murid diberikan kesempatan untuk berdiskusi mengenai ide yang dapat memecahkan masalah tersebut. Yang perlu ditekankan adalah bukan menghasilkan ide yang bagus, namun menghasilkan banyak ide. Murid dapat memikirkan ide solusi yang liar, tapi masih fokus pada masalah yang diberikan.
Anda dapat membuat panduan untuk sesi brainstorming ide seperti, memberikan semua murid kesempatan untuk mengungkapkan idenya hingga menunda penilaian atas ide/gagasan murid yang lainnya. Hal ini akan menciptakan sesi diskusi brainstorming ide yang produktif.
3. Membuat prototipe sebuah solusi Merancang dan membuat prototipe solusi merupakan fase lanjutan dari metode PjBL. Maksud dari prototipe disini dapat berupa maket, rangkaian cerita, bermain peran, hingga membuat objek dari bahan-bahan yang tersedia seperti pipa, stik es krim, dan karet gelang. Tujuan dari pembuatan prototipe adalah untuk memperluas ide atau gagasan yang dihasilkan selama sesi diskusi dan menyampaikan bentuk gambaran solusi terhadap suatu permasalahan.
Prototipe dapat mengemukakan asumsi murid serta tantangan yang mungkin tidak diketahui sebelumnya. Dengan membuat prototipe yang sederhana, murid juga dapat mengulangi pembuatan rancangan desain mereka dengan cepat dan mudah serta memasukkan kritik dan saran ke dalam rancangan mereka untuk menyempurnakan solusi mereka.
4. Pengujian hasil solusi Pengujian memungkinkan murid untuk mengetahui seberapa baik produk atau layanan mereka di kehidupan nyata. Pengujian ini juga dapat memberikan murid feedback penting mengenai solusi mereka serta menghasilkan pertanyaan baru untuk dipertimbangkan seperti:
Apakah solusi ini berjalan sesuai dengan rencana? Jika tidak, apa yang perlu diubah dari solusi ini? Dengan begitu, pengujian ini akan merangsang proses berpikir kritis serta kemampuan refleksi murid.
Contoh-contoh Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Setelah mengetahui pengertian dari metode PjBL, kita akan menyimak beberapa contoh model PjBL yang dapat Anda lakukan di kelas, antara lain:
1. Proyek video Mula-mula murid dibagi menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan sebuah tugas atau memecahkan masalah atas topik yang sudah ditentukan.
Proyek ini akan mendorong murid untuk berkomunikasi dengan teman-temannya dalam menentukan siapa yang meriset topik tersebut, siapa yang menulis alur cerita, dan siapa yang merekam video.
2. Proyek penelitian Penelitian merupakan salah satu cara yang baik untuk mendorong murid mempelajari sebuah topik pelajaran. Murid diberikan topik untuk di telaah dan di pelajari.
Sebagai contoh, murid diberikan pilihan untuk memilih topik apa yang saat ini sedang banyak diperbincangkan dan masih berkaitan dengan mata pelajaran. Setelah memilih topik, minta mereka untuk menuliskan hal-hal apa saja yang mereka temukan atau mempresentasikannya di depan kelas.
3. Proyek kesenian Pada proyek ini, kreativitas murid akan didorong untuk menciptakan sebuah hasil kesenian. Sebagai contoh, menugaskan murid untuk menghias dinding sekolah.
Murid-murid akan bekerja sama untuk membuat konsep lukisan, merencanakan apa saja yang diperlukan, dan melukis sesuai dengan rancangan yang sudah dibuat. Hal ini akan meningkatkan sisi kreativitas dan kerja sama sebagai sebuah tim.
4. Proyek teknologi Proyek ini akan membuat murid untuk mempelajari cara menggunakan teknologi untuk menyelesaikan sebuah masalah. Sebagai contoh, memberikan tugas untuk membuat siniar atau podcast topik tertentu. Murid dapat meriset topik podcast , mengembangkan naskah podcast , merekamnya, dan mempublikasikan podcast tersebut.
5. Proyek field trip Proyek ini akan melibatkan murid untuk berkunjung ke sebuah tempat yang berkaitan dengan mata pelajaran yang sudah diajarkan. Hal ini akan mengenalkan murid untuk melihat secara langsung bagaimana penerapan mata pelajaran yang dipelajari di dunia nyata.
Sebagai contoh, mengajak murid untuk berkunjung ke pameran museum. Kegiatan ini memungkinkan mereka untuk melihat bagaimana pameran tersebut berhubungan dengan studi mereka.
6. Proyek STEM Proyek ini akan melibatkan kegiatan yang berkaitan dengan mata pelajaran science, technology, engineering , dan math (STEM). Murid akan memecahkan masalah berdasarkan pengetahuan yang sudah mereka kuasai.
Sebagai contoh, memberikan tugas untuk merancang dan membuat model jembatan. Murid dituntut untuk meriset berbagai jenis jembatan, mempertimbangkan bahan yang akan digunakan untuk membuat jembatan, dan menguji kekuatan jembatan dengan meletakkan benda yang beratnya sudah ditentukan.
Baca juga: Mengasah Keterampilan dan Kreativitas dengan Metode Pembelajaran STEAM
Kesimpulan Saat ini kita berada ditengah-tengah perkembangan zaman yang menuntut semua orang untuk menguasai berbagai kemampuan yang diperlukan di abad 21. Kita bisa meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) Indonesia dari dunia pendidikan. Salah satu cara yang bisa diterapkan adalah menerapkan metode Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) di dalam kelas.
Metode PjBL dapat melatih sikap proaktif murid dalam memecahkan suatu masalah, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, hingga melatih sikap kolaboratif murid dengan teman-temannya untuk menciptakan produk atau layanan dari suatu masalah.
Sumber:
Project-Based Learning: Teaching Guide
Why Is Project-Based Learning Important?
12 Project Based Learning (PBL) Examples
Penulis: Eka | Penyunting: Putra