Berbicara menjadi guru inovatif rasanya belum bisa aku katakan bahwasannya aku salah satu guru inovatif tersebut. Alasannya adalah jam terbang yang belum terlalu tinggi, pengalaman yang masih minim, dan masih banyak penyebab lainnya. Akan tetapi hal itu tidak menyurutkan niatku untuk tetap menjadi gelas kosong agar selalu haus untuk ilmu. Pembelajaran itu tidak hanya sekedar dari pelatihan, webinar, tulisan-tulisan inspiratif melainkan pembelajaran yang aku dapati adalah dari peserta didik tersebut. Mereka yang mengajarkanku bagaimana mengontrol emosi, mengambil keputusan di kelas, berfikir cepat dan tangkas baik di luar maupun di dalam kelas. Ada hal yang terpenting tidak bisa ditinggalkan dalam proses pembelajaran mengajarlah dengan hati, itu yang selalu dipesankan oleh ayahku. Disamping itu juga aku dikelilingi oleh teman-teman yang luar biasa tangguh dan keren.
Setiap rumah pasti ada aturan yang berlaku, itulah hal yang pertama kutekankan kepada peserta didik dengan sistem SERSAN (serius tapi santai). Kegiatan pembelajaran yang dikerjakan setiap harinya menghadapi peralihan dari anak-anak menuju remaja, tepatnya menengah pertama, aku mengajak mereka untuk berdiskusi, aku lontarkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat mereka berfikir luas ala-ala jurnalis seperti itu. Dalam hal ini untuk beberapa kelas yang bisa diterapkan, berbeda dengan kelas yang diajak berdiskusi sambil menampilkan video tetap juga untuk mengasah cara berfikir. Yang pada akhirnya adalah akan aku tuliskan bersama-sama mereka hasil pembelajaran itu.
Mungkin itu proyek menulis bersama yang akan aku terapkan. Sekalipun aku bukan guru bahasa dan sastra setidaknya ini salah satu kenanganku bersama mereka. Aku ikut memegang prinsip yang disampaikan oleh Pramoedya Ananta Toer “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah”. Itu cambukan keras dalam diri dan akan aku tularkan kepada anak didik. Sekalipun aku merupakan guru agama, yang ada dalam benakku adalah mungkin dari peserta didik yang aku temui ada diantara mereka yang akan menjadi ulama besar, menjadi pemimpin negara, pemimpin perusahaan dan sebagaianya. Harus diawali dengan sebuah tulisan bagaimana mereka akan berbicara lancar kalau tidak dikonsep dari awal. Atau ada anak yang tidak bisa mengungkapkan perasaannya melalui kata-kata ternyata dia bisa mengguncangkan dunia dengan pemikiran-pemikiran yang tajam melalui sebuah tulisan.
Dan ini salah satu yang sedikit yang bisa kulakukan untuk mereka. Aku tidak tau tangan mereka yang mana yang akan menyelamatkanku kelak di akhirat