Murid Butuh Guru Yang Bahagia, Guru Butuh Lingkungan Yang mendukung Agar Bahagia - Guruinovatif.id

Diterbitkan 18 Des 2023

Murid Butuh Guru Yang Bahagia, Guru Butuh Lingkungan Yang mendukung Agar Bahagia

Artikel ini berisi tentang bagaimana pengaruh kesehatan mental guru terhadap proses pembelajaran di kelas. Apa saja pengaruhnya dan apa yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan mental sebagai seorang guru

Seputar Guru

Yuni Sri Handayaningrum, S.T

Kunjungi Profile
935x
Bagikan

Murid Butuh Guru Yang Bahagia, Guru Butuh Lingkungan Yang mendukung Agar Bahagia

Guru sebagai seseorang yang memegang peran sebagai pendidik dituntut untuk memiliki kematangan mental, kedewasaan dan kesehatan jasmani serta rohani. Guru harus bisa memberikan contoh yang positif bagi siswanya, menanamkan pendidikan karakter selain membekali anak-anak dengan ilmu pengetahuan dan sosial. Kegiatan mengajar itu sendiri bukanlah kegiatan yang mudah, mengajar merupakan kegiatan yang kompleks dimana seorang guru harus menyiapkan bahan materi, perangkat pembelajaran, asesmen sumatif dan fomatif, analisis nilai serta masih banyak lagi syarat administrasi yang harus dikerjakan. 

Mengajar akan menjadi kegiatan yang membutuhkan tenaga ekstra jika ada murid yang sering membolos, tidak mengerjakan tugas atau hal-hal kecil lainnya yang bisa mengganggu proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu yang Namanya kesehatan mental bagi seorang guru harus baik, agar proses pembelajaran juga dapat berjalan dengan baik. Kesehatan mental itu sendiri menurut The World Federation for Mental Health Tahun 1948, adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan optimal bagi individu secara fisik, intelektual, dan emosional sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan kepentingan orang lain. Mental yang tidak sehat dapat menyebabkan gangguan yang bisa dikategorikan berat bahkan memerlukan dokter ahli kesehatan mental untuk mengobatinya.

Sayangnya, sebagai guru terkadang kita mengalami kondisi dimana mental kita kurang sehat. Banyaknya tuntutan dalam pekerjaan, kondisi lingkungan kerja yang kurang kondusif atau bahkan permasalahan keluarga, sangat mempengaruhi mental guru. Persaingan jabatan atau kekuasaan, sikap pimpinan yang otoriter akan lebih berpengaruh daripada menghadapi kenakalan siswa. Karena apa? Karena menghadapi persoalan antara guru dan murid lebih bisa terkondisikan dimana murid terkadang masih memiliki rasa takut dan segan terhadap guru, sedangkan persoalan dengan orang dewasa itu sangat sulit, perdebatan, saling sindir, atau saling menjatuhkan bisa sangat mungkin terjadi di lingkungan kerja. Bahkan ada istilah baru yaitu “Pembunuhan Karakter” dimana ada orang-orang yang berusaha mersuak atau memberi kesan negatif dihadapan pimpinan. Naasnya apabila kita memiliki pimpinan yang tidak objektif, hal ini malah bisa menjadi hal yang membuat mental kita sakit.

Selain mental, kita juga harus menjaga kesehatan fisik. Kedua hal penting ini harus kita perhatikan. Adanya gangguan pada fisik maupun mental kita dapat mempengaruhi kerja kita sebagai guru. Faktanya dilapangan, mental yang “sakit” akan banyak berpengaruh dengan kesehatan fisik. Adanya masalah atau tekanan membuat seseorang jadi mudah lelah, pusing bahkan kurang nafsu makan, yang terkadang sering mengakibatkan jatuh sakit. Asupan makanan yang bergizi pun, jika kita sedang ada masalah pasti tidak akan terserap baik oleh tubuh. Lalu, bagaimana agar mental kita terutama sebagai guru itu tetap sehat? Ada pepatah mengatakan,

Murid tidak butuh guru yang sempurna, mereka hanya butuh guru yang bahagia.

Suatu kalimat sederhana yang sangat memiliki arti mendalam.

Mengajar itu memang harus dari hati, harus bahagia, harus ikhlas, harus bisa menahan atau menguasai emosi dan ini kita lakukan setiap hari. Murid kita tidak mengerti apakah ketika kita berangkat tadi ada masalah dirumah dengan istri atau suami. Murid tidak paham bagaimana perasaan kita ketika sebelum masuk kelas ternyata habis mendapat teguran dari pimpinan. Murid juga tahu apakah kita sedang bimbang atau bingung karena anak sedang sakit. Yang mereka inginkan adalah guru tersenyum dan bersemangat ketika masuk ke ruang kelas. Dan pengendalian perasaan ini tidak mudah. Bahkan pernah ada kejadian, seorang guru memakai kacamata ketika masuk kelas hanya karena ingin menutupi matanya yang sembab karena menangis. Menjaga agar kondisi mental dan emosional tetap stabil memang tidak mudah dan tidak ada rumus yang tepat. Dukungan keluarga sangat besar sekali pengaruhnya bagi saya. Bentuk pengertian dari suami dan anak-anak bisa membuat kelelahan fisik dan mental membaik. Tidak banyak tuntutan bahwa istri harus begini dan begitu, harus masak ini dan itu. Bahkan sesekali mengajak untuk berlibur meskipun hanya ke tempat-tempat sederhana.

Selain itu dukungan teman dan rekan kerja juga penting, terkadang kita hanya butuh didengarkan bukan sekedar menerima nasehat ketika kondisi pikiran atau sedang ada masalah. Teman yang bijaksana, bisa menjadi pendengar yang baik serta tidak membicarakan masalah kita kepada teman lainnya adalah teman yang bisa membantu menjaga kewarasan mental kita terutama di tempat kerja. Bergabung dengan komunitas positif, mengikuti pelatihan untuk mengembangkan kemampuan pedagogik dan juga kemampuan dibidang teknologi juga bisa berperan menjaga emosional kita sebagai guru. Terkadang, kita akan merasa lebih dihargai di tempat lain daripada dilingkungan tempat kita kerja sendiri. Ide-ide kita juga bisa diterima dan dihargai, karena sering kali terjadi justru ide tersebut dianggap hal yang gak masuk akal di depan teman kerja kita.

Ada hal kecil yang juga bisa kita lakukan ketika sedang kurang nyaman atau sedang tidak baik, yaitu meluangkan waktu mengobrol bersama beberapa murid. Hal ini bisa kita lakukan dimana pun, tidak harus diruang kelas, ruang guru bahkan ruang BK. Mendengar mereka tertawa, bercanda, berkeluh kesah dan meluapkan segala uneg-unegnya membuat peran guru terasa begitu berarti dihadapan mereka. Terkadang bukan murid yang membuat mengganggu kesehatan mental, tetapi justru dari murid lah kita bisa mengobati hal-hal yang menggangu kesehatan mental kita sebagai guru. Istilah "Self Care" atau "Self Love" yaitu bentuk apresiasi terhadap diri sendiri juga penting untuk memelihara kesehatan fisik dan kesehatan mental menurut psikologi. Melakukan me time seperti merawat tanaman, mendengarkan musik, melakukan perawatan di salon , atau berlibur ke pantai dapat membuat kesehatan mental kita terjaga sehingga ketika kita masuk ke kelas untuk mengajar, suasana hati kita sudah dalam keadaan bahagia.


Penyunting: Putra

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

KESEHATAN MENTAL GURU AMAN, KINERJA GURU NYAMAN

Mita Septiana

Dec 05, 2023
10 min
Petualangan Digital: Mengarungi Lautan Literasi dengan Senyuman
Guru Sehat, Lingkungan Belajar Sejahtera
2 min
Kahoot! Edukasi sebagai Pendukung Kecakapan Abad 21
5 min
Penyebab Gangguan Kesehatan Mental Bagi Guru

Nurlina, S.Pd

Nov 28, 2023
4 min
Guru Sehat Mental, Tonggak Penting Kelangsungan Pendidikan Berkualitas

Yulinar Bangun

Nov 23, 2023
4 min

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar