Artikel
MISTERI AKSARA JAWA TANPA SPASI
Oleh : Dra. Sri Suprapti, Guru Bahasa Jawa SMP Negeri 8 Surakarta
Berdasarkan konsep cara tradisional lahirnya huruf Jawa itu dihubungkan dengan cerita legenda Aji Saka, cerita yang turun temurun berujud ucapan / kalimat berupa cekcok dan perang antara Dora dan Sembada akibat berebut keris pusaka Aji Saka yang seharusnya dijaga bersama di pulau Majeti. Akhirnya Dora dan sembada terbunuh bersamaan terkena keris yang menancap di dadanya. Ada pun yang berpendapat lain bahwa makna huruf aksara jawa tidak hanya mengisahkan suatu kejadian yang terjadi pada kedua abdi Ajisaka, namun memiliki makna yang lebih mendalam yang artinya setiap manusia harus tunduk dan taqwa kepada Sang Pencipta.
Sedangkan menurut ki Sarodjo menuliskan arti makna dari huruf Jawa hanacaraka,
Baginya, rangkaian huruf didalam carakan jawa itu bukan hanya menambatkan sesuatu kisah, melainkan berupa suatu ungkapan filosofis yang berlaku universal, sangat dalam artinya, membawa kita tunduk dan takwa kepada Tuhan. ( Sarodjo, 1982 ).
Sebagai manusia sudah selayaknya patuh dengan aturan dan menjauhi laranganNya serta menyerahkan problema hidup padaNya disaat segala upaya sudah dilakukan, hal itu tidak bertentangan dengan kodrat manusia itu sendiri sebagai mahluk ciptaanNya yang berkewajiban memenuhi tugas-tugasnya didunia. Disini manusialah yang membutuhkan Tuhannya bukan sebaliknya.
Sebagai pertanda supaya selalu ingat, Ajisaka membuat huruf Jawa Legena yaitu huruf Jawa yang masih polos dan belum mendapatkan sandhangan dan pasangan yang berjumlah 20 ( dua puluh ) dimulai dengan ha ( a ) sampai dengan nga (z ). Ha Na Ca Ra Ka /ancrk ( ada utusan ), Da Ta Sa Wa La/fts wl ( yang cekcok / berbeda pendapat ), Pa Dha Ja Ya Nya/ pdjyv ( sama- sama kuatnya ), Ma Ga Ba Tha Nga/ mgbqz ( akhirnya semuanya menjadi bangkai ).
Abjad huruf Jawa yang berjumlah 20 itu disusun rapi menjadi 4 baris, berujud guritan / tulisan yang mudah untuk dihapalkan dan diingat-ingat ( memoteknik ), khususnya bagi orang yang baru mulai belajar membaca dan menulis huruf Jawa. Dan tahukah Anda, ternyata rangkaian huruf jawa tersebut memiliki makna suatu kisah kehidupan. Untuk lebih jelasnya, simak pembahasan berikut ini mengenai makna dan arti yang terkandung di dalam aksara Jawa.
Huruf Jawa yang berjumlah 20 itu semuanya mempunyai pasangan. Dan pasangan huruf Jawa itu tidak ada yang lebih dari 2 ( dua ). Yaitu huruf Jawa itu sendiri dan pasangannya. Huruf Jawa tidak ada yang mempunyai pasangan yang lebih dari 2 ( dua ), mengapa ? Ya mulai dari hal inilah misteri huruf Jawa bisa dimengerti.
Artinya kalau huruf Jawa dan pasangan itu tidak lebih dari 2 ( dua ), yaitu bahwa orang yang hidup berkeluarga di dunia ini mempunyai pasangan tidak boleh lebih dari 2 ( dua ) yaitu 1 laki-laki dan 1 perempuan. Walaupun menurut agama Islam ada tuntunan yang disebut poligami, tetapi pada umumnya kalau mau jujur, tidak ada perempuan yang mau dimadu.
Seumpama ada yang mau itu karena ada rahasia yang dipendam oleh yang bersangkutan. Apalagi di jaman sekarang, ditinggal selingkuh saja, ngamuk seperti kuda kesurupan. Bahkan ada juga yang kemudian nekat membunuh selingkuhannya ataupun istri / suami sendiri. Ini karena perasaan sangat kecewanya. Siapa yang tidak kecewa kalau orang yang dicintai mengingkari janji dengan perbuatan yang sangat nistha yaitu selingkuh.
Seperti judul di atas bahwa tulisan huruf Jawa tidak ada spasi / jedanya. Maka dari itu kalau membaca huruf Jawa haruslah lebih berhati-hati, karena kalau tidak berhati-hati akibatnya akan salah dan keliru atau bisa juga membuat yang medengar menjadi tertawa terpingkal-pingkal.
Sebagai contoh kalau mau membaca tulisan Jawa yang seperti ini : bbukuwizisi=be[zokBe[zk\ . ( babukuwingisingbengokbengok ) Kalau membacanya tidak berhati-hati maka huruf Jawa itu menjadi bengini : babu kuwi ngising bengok-bengok ( pembantu itu kalau buang air besar berteriak-teriak ).
Padahal yang dimaksud tulisan itu adalah babuku wingi sing bengok-bengok ( pembantuku kemarin yang berteriak-teriak ). Ya seperti itulah kalau membaca aksara Jawa, agar tidak menjadi bahan tertawaan orang lain maka haruslah berhati-hati.
Sebagai contoh lainnya adalah : bucarikantemanteman ( ?bucriknTemnTemn- ) . Apabila ditulis dengan aksara latin yaitu: bu carikan teman-teman.Namun apabila membacanya salah maka tulisan akan menjadi seperti ini : bu carik antem anteman ( bu carik berkelahi ). Membaca aksara / huruf Jawa yang tidak benar atau salah itu akan menjadikan masalah yang besar.
Dengan beberapa contoh yang sudah disampaikan di atas, artinya bahwa sebagai manusia yang hidup bermasyarakat di dalam kehidupan sehari-hari di dunia ini, sudah seharusnya melakukan sesuatu itu berhati-hati sekali. Karena kalau tidak berhati-hati akan menghadapi masalah yang beraneka macam dan juga masalah yang selalu datang silih berganti.
Kewajiban manusia hidup ini mengerti dengan larangan Tuhan yang harus ditinggalkan dan memahami apa saja yang harus dilakukan. Tidak melakukan hal-hal yang tidak ada gunanya, yang akhirnya hanyalah melakukan sesuatu yang sia-sia tiada guna. Oleh karena itu menjadi orang harus melakukan perbuatan yang baik terhadap sesame dan melakukan perintah Allah dan menjauhi laranganNya.
Sebagai tambahan yang terakhir mengenai aksara Jawa, yaitu apabila aksara Jawa dipangku … - ( pangkon ) akan mati. Aksara Jawa yang namanya pangkon itu menandakan huruf mati ( swara paten ). Sebagai contoh misalnya duwit- ( dhuwit ) . Aksara t (t ) inilah yang dinamakan pangkon.
Makna dari aksara Jawa kalau dipangku mati adalah apabila ma usia hidup di dunia ini seumpama sering dimanja terus menerus maka akan tidak bisa melakukan apa-apa atau dengan kata lain akan mati. Kata lain dari mati di sini adalah mati jiwa raganya, tetapi hanya jiwanya yang hidup. Tidak bisa melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan dan tidak mengerti kewajiban yang seharusnya dilakukan.
Dengan penjelasan seperti tersebut di atas maka dapat dipastikan bahwa aksara Jawa tidak aneh kalau memang benar menjadi misteri yang harus dikerjakan dan dilakukan di dalam hidup bermasyarakat di kehidupan sehari-harinya. Bahkan karena pentingnya atau baiknya, aksara Jawa sudah tidak asing lagi yaitu menjadi tulisan yang banyak ditemukan di tempat-tempat tertentu. Sebagian kantor-kantor Pemerintahan, juga nama jalan-jalan banyak yang menggunakan aksara Jawa.
Akhirnya bisa menjadi kesimpulan bahwa hidup di dalam masyarakat di Jawa, harus mau dan bisa melestarikan budaya Jawa termasuk aksara Jawa. Karena dengan adanya aksara Jawa, hidup kita di dunia ini haruslah lebih berhati-hati melakukan apa saja. Hidup berumahtangga, mempunyai pasangan satu saja. Seperti yang biasa disampaikan bagi umumya orang yang berumah tangga, “satu saja tidak habis-habis”.
Hindari dengan sebutan “pelakor, selingkuh / nyeleweng”, karena mempunyai pasangan lain yang tidak sah. Dan yang lebih penting lagi yaitu jangan merasa senang apabila dipuji dan disanjung oleh orang lain. Karena apabila kebanyakan dipuji atau disanjung orang lain, membuat diri kita bisa jatuh sendiri.
Harapan kita, semoga hidup di dunia ini selalu mendapatkan anugerah dari Allah dan diberi kesehatan, kekuatan, rejeki yang barokah, eling dan waspada, selalu dalam lindunganNya. Beginilah eloknya aksara Jawa. Apakah masih ada yang tidak percaya atau bahkan masih akan membantah???.