Ada satu kalimat yang selalu terngiang di kepala saya setiap kali berbicara tentang kepemimpinan:
“A great leader is not the one who creates followers, but the one who creates more leaders.”
Kalimat itu sederhana, tapi maknanya dalam sekali.
Setiap kali saya berjalan melewati ruang guru, melihat mereka berbagi ide, tertawa bersama, atau saling memberi semangat setelah hari yang melelahkan, saya tahu, di sanalah kepemimpinan sejati tumbuh.
Sebagai kepala sekolah, saya tidak ingin menjadi satu-satunya suara yang menentukan arah. Saya ingin menjadi lilin kecil yang menyalakan cahaya lain. Karena sekolah tidak akan benar-benar hidup jika hanya satu orang yang bersinar. Sekolah akan tumbuh ketika setiap guru merasa dipercaya, berdaya, dan berani menjadi pemimpin di ruangnya masing-masing.
Kepemimpinan yang Dimulai dari Kepercayaan
Saya percaya bahwa hal pertama yang harus diberikan seorang pemimpin bukanlah instruksi tetapi kepercayaan.
Ketika guru diberi ruang untuk mencoba hal baru, untuk bereksperimen, bahkan untuk gagal tanpa rasa takut dihakimi, di situlah mereka menemukan keberanian untuk tumbuh.
Saya masih ingat satu momen kecil, ketika seorang guru muda datang dengan ide proyek lintas mata pelajaran. Ia tampak ragu, takut idenya terlalu “aneh” atau sulit diterapkan. Tapi kami duduk bersama, membicarakannya, dan akhirnya ia memimpin proyek itu sendiri. Hasilnya luar biasa bukan hanya karena proyeknya sukses, tapi karena ia menemukan dirinya mampu memimpin.
Itu adalah momen yang membuat saya tersenyum paling tulus hari itu.
Bukan karena saya berhasil memimpin, tapi karena saya berhasil menyalakan satu lilin kepemimpinan baru.
Budaya yang Menghidupkan
Di sekolah kami, saya berusaha membangun budaya di mana setiap guru merasa memiliki ruang untuk bersuara dan berkreasi. Kami mendorong ide-ide baru melalui pelatihan internal, proyek kolaboratif antarjenjang, dan sesi refleksi yang terbuka.
Saya tidak pernah ingin ruang refleksi menjadi tempat menilai, tapi tempat bercerita dan belajar bersama.
Sering kali, ide terbaik datang dari percakapan santai di ruang guru dari secangkir kopi dan tawa lepas setelah jam pelajaran usai.
Bagi saya, di sanalah wujud nyata kepemimpinan tumbuh: bukan dari instruksi, tapi dari semangat bersama untuk terus memperbaiki diri.
Menjadi Lilin yang Menyalakan Cahaya
Saya menyadari bahwa kepemimpinan sejati tidak selalu terlihat besar.
Terkadang, ia hadir dalam bentuk sederhana seperti guru yang menenangkan siswa yang takut, atau rekan kerja yang diam-diam membantu menyelesaikan tugas temannya.
Itulah kepemimpinan yang ingin saya tumbuhkan:
Kepemimpinan yang lahir dari hati, yang tidak menuntut sorotan, tapi terus menyalakan cahaya bagi orang lain.
Karena pada akhirnya, sekolah bukan tentang siapa yang memimpin di depan.
Sekolah adalah tentang bagaimana kita semua berjalan bersama, saling menyalakan, dan saling menguatkan.
Penyunting: Putra