Menggembara melewati kabut ketidaktahuan adalah hal yang saya rasakan ketika Kurikulum Merdeka ini hadir dan harus diterapkan di sekolah, tempat saya mengabdi. Begitu banyak ketidakjelasan yang saya rasakan terkait berbagai perubahan istilah, mekanisme dalam pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, dan berbagai hal yang masih sangat awam untuk dipahami. Ketika berdiskusi dengan teman sejawat juga ternyata sama-sama tidak memiliki pengetahuan mengenai hal ini, hingga berakhir dengan debat kusir. Rentetan benang kusut dalam kepala saya perlahan mulai menghilang, saat Bapak Kepala Sekolah kami menghadirkan tim dari Guruinovatif.id by HAFECS di sekolah kami. Berkat pelatihan In House Training tersebut, saya dan rekan-rekan guru lain menjadi semakin tercerahkan. Dalam pelatihan tersebut juga dijelaskan bagaimana pertanyaan pemantik mampu membawa siswa lebih dekat dalam kehidupan nyata. Bagaimana pembelajaran yang disajikan terasa lebih bermakna, karena siswa benar-benar bisa memahami bahwa ilmu yang mereka pelajari akan sangat berguna untuk kehidupan mereka. Betapa pertanyaan pemantik tersebut bukan hanya mampu menjadi jalan siswa lebih dekat terhadap ilmu pengetahuan yang kita ajarkan, melainkan juga kebutuhan mereka akan pengetahuan dan keterampilan mereka di dunia nyata. Dengan penjelasan yang dilengkapi contoh langsung dari pemateri telah berhasil menyingkirkan kabut di kepala kami dan meyakinkan kami bahwa kami akan mampu beradaptasi dengan Kurikulum baru ini. Mungkin dalam perjalanannya tidak akan mudah, namun kami akan terus belajar dan tumbuh bersama pemahaman yang kami dapat berkat pelatihan guru ini.
Berbekal pengetahuan yang didapat dalam pelatihan tersebut, kami berproses untuk memahami dan memaknai kurikulum merdeka ini. Hal yang paling sulit pada kurikulum ini adalah menerapkan Program Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Budaya Kerja (P5BK) di sekolah kami. Banyak âkesakitanâ yang bukan hanya dirasakan guru, tetapi juga murid karena guru belum benar-benar memahami ke mana arah dan tujuan program ini, bagaimana menyusun program yang sesuai kebutuhan siswa, dan bagaimana menggerakkan siswa agar aktif dalam proyek yang disusun. Awalnya kami diminta menyusun rencana proyek yang akan dilakukan siswa. Dari hasil diskusi dengan teman sejawat, akhirnya terpilihlah satu program yakni membuat film dokumenter yang bertema Kearifan Lokal.
Pendampingan saat Siswa Membuat Film Dokumenter dari Situs Lokal Daerah
Kenyataannya penerapan P5BK di sekolah kami membawa âlukaâ bagi siswa, hingga mereka merasa sudah âmenderita belajarâ, bukan merdeka belajar. Pernyataan siswa ini menjadi sebuah refleksi bagi saya dan rekan-rekan guru lainnya. Penentuan proyek ini berawal dari asumsi bahwa generasi zaman sekarang sangat dekat dengan teknologi, sehingga kami berasumsi bahwa mereka pasti sudah mahir dengan berbagai aplikasi dan sudah lihai mengambil gambar yang bagus. Tapi kenyataannya tidak seperti itu. Banyak siswa yang ternyata âgaptekâ, tidak bisa mengoperasikan aplikasi-aplikasi pendukung pembuatan film pendek. Banyak pula siswa yang kesulitan mengambil gambar dengan sudut yang bagus dan presisi. Segala kesulitan yang dihadapi siswa menjadikan program ini serasa ânerakaâ bagi guru juga siswa. Di tengah kebingungan saya menghadapi permasalahan di kelas, saya iseng-iseng scroll Instagram dan menemukan postingan dari Guruinovatif.id mengenai miskonsepsi kurikulum merdeka. Dari situlah, saya mulai memahami bahwa dalam kurikulum merdeka bukan hasil berupa proyeknya yang penting, tetapi proses mereka dalam mendapatkan pemahaman dan bergerak dengan proyek yang mereka susun sendiri itu yang lebih penting. Kalau kata mas Menteri, Nadiem Makarim, tidak ada inovasi jika sekolah tidak diberi hak untuk gagal. Jadi, sekolah tidak perlu takut bereksperimen untuk menghasilkan murid yang inovatif dan kreatif, karena inovasi itu hadir dari kegagalan-kegagalan kecil yang menjadikan kesuksesan di akhir hari. Berbekal itu pula, saya berusaha melupakan kegagalan saya dan tim di siklus pertama dan beranjak di siklus berikutnya. Berdasarkan kegagalan yang dialami sebelumnya di mana siswa tidak bisa aktif dalam proyek dan terlihat malas-malasan, kami melaksanakan tes diagnostik untuk memetakan potensi siswa. Berbagai minat dan bakat mereka kami petakan untuk menemukan proyek yang mereka sukai. Dari situ, muncullah berbagai ide yang kadang di luar ekspektasi kami sebagai guru. Kami berperan sebagai fasilitator untuk memudahkan mereka memilih proyek yang mereka minati dengan di sela-sela pembelajaran tetap kami sisipi materi-materi yang semakin mendekatkan mereka tentang pemahaman dan kecintaan terhadap Kearifan Lokal.
Proses dan Keaktifan Siswa dalam Pembuatan Batik Ecoprint
Melihat antusiasme siswa dalam merencanakan, menyelesaikan, dan mengevaluasi proyek yang mereka susun sendiri, membuat saya menyadari dan menemukan keindahan dari implementasi Kurikulum Merdeka ini. Menemukan bahwa pembelajaran berdiferensiasi mampu memberi ruang-ruang bagi siswa untuk berkembang sesuai bakat dan minat mereka, membuat saya makin mencintai kurikulum ini. Selain itu, dalam kurikulum ini guru juga tertantang untuk terus belajar dan tumbuh bersama murid-murid yang dicintainya. Semoga melalui berbagai program yang ditawarkan Guruinovatif.id, guru bisa tumbuh menjadi guru pembelajar yang jauh lebih baik dan sebelumnya dan bisa dimudahkan dalam proses mendapat sertifikasi guru, sebuah pengakuan dari negara bahwa seorang guru adalah guru yang kompeten dan handal dalam mengajar dan juga mendidik. Namun, lebih dari itu, saya lebih ingin menjadi sosok yang hadir dalam potongan episode hidup siswa untuk bertualang melewati rimba ilmu pengetahuan dan memberi arah di manakah buah pengetahuan bisa mereka petik dan rasakan manfaatnya bagi kehidupan mereka. Semoga Allah SWT memudahkan segala ikhtiar dan harapan saya. Aamiin Yaa Robbalalaminâ¦.
Penyunting: Putra