Literasi Numerasi Dan Ekspresi Sebagai Tolok Ukur Musikalitas Peserta Didik - Guruinovatif.id

Diterbitkan 23 Apr 2022

Literasi Numerasi Dan Ekspresi Sebagai Tolok Ukur Musikalitas Peserta Didik

Kurikulum dalam dunia pendidikan bak air mengalir, ia akan bergerak mengikuti gaya grafitasi serta mengisi setiap ruang dan celah yang ada di permukaan tanah, kemudian air tersebut akan terus menyesuaikan bentuk dengan kontur maupun kondisi tempat yang dilewatinya.

Cerita Guru

Dinar, S.Pd.

Kunjungi Profile
2470x
Bagikan

Kurikulum dalam dunia pendidikan bak air mengalir, ia akan bergerak mengikuti gaya grafitasi serta mengisi setiap ruang dan celah yang ada di permukaan tanah, kemudian air tersebut akan terus menyesuaikan bentuk dengan kontur maupun kondisi tempat yang dilewatinya.

Seperti yang kita ketahui saat ini, dunia pendidikan sudah memasuki era pendidikan abad 21. Bahkan istilah “merdeka belajar” akhir-akhir ini sering digaungkan oleh pemerintah sebagai konsep pendidikan yang akan terus diterapkan dalam proses pembelajaran di setiap sekolah.

Konsep merdeka belajar memprioritaskan “kebebasan” peserta didik untuk dapat mengekspresikan dirinya pada pembelajaran yang diikutinya di sekolah. Oleh karena itu, nilai kreativitas sangat dibutuhkan oleh peserta didik di era pendidikan abad 21 ini. 

Seni musik merupakan salah satu materi pelajaran yang menuntut peserta didik harus kreatif, baik itu melalui aktifitas mencipta lagu atau pun mengaransemen sebuah karya musik. Proses tersebut membutuhkan kemampuan musikalitas yang baik dari seorang peserta didik, khususnya dalam mengidentifikasi maupun menganalisis bunyi-bunyian yang didengarnya.  

Pendengaran manusia memiliki kecenderungan tertarik pada bunyi-bunyian yang selaras dan merdu. Bunyi-bunyian yang selaras dan merdu inilah yang kita kenal dengan istilah musik. berbicara tentang musik dapat dikaitkan dalam beberapa aspek, di antaranya sosial, budaya, sains, bahkan politik, dan ekonomi. 

Pada aspek sosial, musik banyak memberi pengaruh terhadap peradaban manusia dari masa ke masa di berbagai belahan dunia. Begitu pun sebaliknya, aspek sosial banyak mempengaruhi perkembangan musik sehingga banyak munculnya genre baru dalam musik. Namun, pada artikel ini penulis tidak akan mengupas lebih jauh persoalan musik dari berbagai aspek tersebut, melainkan penulis akan memaparkan persoalan musik ini berdasarkan perspektif dunia pendidikan di Indonesia saat ini.

Konsep merdeka belajar telah digaungkan oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (mendikbudristek) saat ini yaitu Nadiem Makarim, bersama ajakan untuk meningkatkan kemampuan literasi peserta didik. Istilah literasi sendiri sudah sering diperdengarkan dan diperbincangkan dalam dunia pendidikan. 

Pemerintah selalu berupaya untuk menggalakkan beberapa program pendidikan, salah satunya adalah muatan penguatan literasi yang harus muncul dalam setiap mata pelajaran. Salah satu jenis literasi yang penting untuk dikuasai oleh seseorang pada masa ini yaitu literasi numerasi. 

Literasi numerasi berkaitan dengan angka. Adapun pengertiannya adalah pengetahuan dan kecakapan untuk memperoleh dan mengomunikasikan berbagai macam angka dan simbol. Penguatan nilai literasi numerasi pada materi seni musik berhubungan dengan kemampuan peserta didik dalam membaca partitur. Di dalam partitur terdapat berbagai macam simbol yang biasa disebut dengan istilah notasi balok yang berkaitan dengan hitungan nilai ketukan dari masing-masing notasi tersebut.

Istilah literasi itu sendiri memiliki makna yang merujuk pada kemampuan dan keterampilan seseorang dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, juga memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. 

Kemampuan musikalitas peserta didik sangat ditentukan dari kecerdasan otak kanannya. Seperti halnya seorang anak yang sedang belajar bermain drum, otak kanannya akan terstimulus dalam merasakan setiap hentakan ketukan yang berbunyi saat ia memukul drum. 

Sementara itu, otak kiri seseorang dalam bermain musik akan bekerja saat ia membaca partitur. Seperti halnya seorang anak yang sedang berlatih memainkan sebuah lagu klasik menggunakan piano sambil membaca partitur. Kemampuan peserta didik dalam membaca setiap simbol not balok yang kemudian ia aplikasikan melalui motorik jarinya untuk menekan setiap tuts piano, dapat menunjukkan kemampuan otak kirinya. Sesuai atau tidak musik yang ia mainkan tersebut dengan partitur yang dibacanya, seperti itulah kemampuan literasi numerasinya dalam musik.

Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini, literasi numerasi dalam musik tidak bisa dipisahkan. Suara musik itu sendiri terdiri dari dua unsur, yaitu nada dan irama yang kemudian disebut melodi. Unsur irama merupakan nilai ketukan/hentakan dari suatu alunan melodi. 

 

 

Gambar  Lambang – Lambang Notasi Balok (diambil dari website : https://www.budayanusantara.web.id/2018/08/mengenal-not-angka-dan-not-balok-bentuk.html)

 

Mempelajari musik melalui pendengaran (solfeggio) dan penglihatan (membaca partitur) sangat jauh berbeda. Keduanya membutuhkan dua jenis kecerdasan yang tidak sama, yaitu musikal dan logika. Musikal lebih cendrung kepada ekspresi kebebasan dan membutuhkan imajinasi untuk merasakan bunyi-bunyian, sedangkan logika lebih dekat kepada aturan yang harus diikuti dalam membaca simbol-simbol notasi yang tertera pada partitur. Namun perbedaan tersebut menjadi keunikan tersendiri dalam pendidikan musik.

Gambar Media Pembelajaran Tentang Tangga Nada Pentatonis dalam Penulisan Notasi Balok (Koleksi Pribadi)

Ada peserta didik yang lebih tertarik dan mudah dalam mempelajari musik melalui pendengaran, tetapi ada juga peserta didik yang merasakan kemudahan dalam bermain musik berdasarkan kemampuannya dalam membaca notasi balok (partitur). Jika ada peserta didik yang memiliki kemampuan mendengar yang baik disertai pula dengan kemampuan membaca partitur yang baik, maka ia dapat dikatakan memiliki musikalitas yang baik dalam bidang seni musik.

Berdasarkan fenomena yang penulis alami selama mengajar seni musik di lembaga pendidikan formal kurang lebih dua belas tahun lamanya, kecendrungan peserta didik mau mempelajari musik yaitu hanya melalui pendengaran saja. Peserta didik menganggap membaca partitur musik (notasi balok) adalah hal yang sulit. Peserta didik lebih tertarik mengekspresikan diri melalui musik tanpa adanya rasa sulit yang dihadapi untuk berpikir keras membaca simbol-simbol notasi balok tersebut.

Mengutip dari sebuah artikel yang ditulis oleh Jelia Megawati Heru, M.Mus.Edu. pada majalah Staccato edisi bulan Agustus 2012 lalu, membaca notasi balok dikatakan sulit oleh seseorang karena beberapa faktor: 1) variasi simbol yang banyak, 2) kombinasi simbol secara vertikal dan horizontal, dan 3) kemiripan masing-masing simbol dan bunyi.[1] 

Gambar Media Pembelajaran Tentang Nilai Notasi Balok sebagai Pembelajaran Literasi Numerasi (Koleksi Pribadi)

Jika menelaah latar belakang munculnya lagu-lagu rakyat Indonesia (folk songs) di tengah masyarakat kita di antaranya yaitu melalui metode oral. Oleh karena itu terkadang ditemui perbedaan penangkapan istilah maupun makna dari beberapa masyarakat terhadap lagu-lagu rakyat tersebut. Selain itu, pendokumentasian secara tertulis terhadap warisan budaya itu pun kadang terlupakan.

Berbeda halnya dengan masyarakat eropa sejak zaman klasik, karya musik di sana sudah terdokumentasikan dengan baik. Sehingga setiap karya yang telah diciptakan pada masa lampau pun masih bisa terjaga keasliannya melalui partitur yang tersimpan pada museum di sana. Oleh karena itu, di masa sekarang karya-karya tersebut dapat dimainkan kembali sesuai aslinya saat diciptakan oleh sang komponis karya tersebut.

Karya musik adalah karya intelektual, karena hasil proses dari pemikiran seorang komponis. Sama halnya dengan karya seni yang lain yang dapat didokumentasikan melalui gambar maupun tulisan, karya seni musik pun dapat didokumentasikan melalui tulisan (partitur) maupun rekaman audio jika bertujuan untuk diperdengarkan kepada masyarakat umum. Keduanya penting sebagai apresiasi terhadap karya seni yang tentunya sarat akan manfaat dalam kehidupan manusia khususnya di abad 21 ini. 

Dalam dunia pendidikan pun demikian, seni musik dapat diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran. Karena musik adalah bahasa universal yang dapat dipahami oleh siapapun.

Bahkan dikatakan bahwa musik adalah fenomena yang unik. Ia adalah bentuk seni yang paling abstrak (bentuknya tak kasat mata) namun efeknya paling langsung dan konkret. Ia adalah bebunyian yang langsung menyentuh batin, mengondisikan perasaan, suka atau pun tidak, mengerti atau pun tidak, tanpa peduli ras, suku, budaya, ideologi atau pun agama. Musik adalah ruh yang menyatukan, menembus aneka bahasa yang memisahkan. Filsuf Aristoteles bahkan menganggap musik sederajat nilainya dengan matematika dan filsafat, karena musik mampu mengungkapkan irama jiwa secara serta merta. Musik sangat memiliki kedekatan yang kuat dengan manusia, sehingga efek yang ditimbulkan terkadang bermacam-macam, baik-buruk, positif-negatif.[2]


 

[1] Susahnya Membaca Notasi Balok, Kompasiana, 25 Agustus 2012, https://www.kompasiana.com/jeliaedu/55172bef8133115f669de270/susahnya-membaca-notasi-balok

[2] Ryan Hidayatullah, Pendidikan Musik, Pendekatan Musik Untuk Anak di Era 4.0, edisi pertama. (Padang: Penerbiterka, 2020.) Hal. 9.

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Kisah Saya Sebagai Guru Pendidikan Agama Islam Menghadapi Peserta Didik Yang Terkapar Paham Radikal
6 min
Pembelajaran Bahasa Asing yang Berwawasan Global dengan Orientasi Lokal

Oktina Utami

May 21, 2024
2 min
Kisah Saya Menjadi Seorang Guru Indonesia

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar