Artikel
MAKNA TEMBANG JAWA “SLUKU-SLUKU BATHOK”
Oleh : Sri Suprapti, Guru Bahasa Jawa di Surakarta
Syair/Tembang “Sluku-Sluku Bathok” merupakan salah satu gendhing Jawa yang digunakan oleh Wali Songo untuk syiar agama Islam. Syair tersebut bukan sekedar syair, jika disimak liriknya begitu mempunyai filosofi yang dalam. Seperti inilah syairnya Sluku Sluku Bathok : Sluku-sluku bathok, Bathoke ela-elo, Si Rama menyang Solo, Oleh-olehe payung mutho, Pak jenthit lolo lo bah, Wong mati ora obah, Yen obah medeni bocah, Yen urip golekka dhuwit.
Tembang Jawa “Sluku-Sluku Bathok” ini dahulu begitu akrab di telinga anak-anak, utamanya masyarakat Jawa era sebelum masuk tahun 90-an, dan ditembangkan pada waktu bermain-main. Sebagai anak-anak yang masa kecilnya bahagia, akan senang-senang saja mendengar tembang ini tanpa tahu makna yang terkandung pada lirik tembang sluku-sluku bathok. Termasuk Penulis yang asli orang desa ( namun saat remaja hidup di kota ) juga tidak tahu makna yang tekandung di dalamnya.
Apabila ditelisik lebih jauh, ternyata lagu itu merupakan buatan Wali Songo yang digunakan sebagai metode dakwah. Dahulu Sunan Kalijaga membuat tembang untuk syiar agar mudah ditangkap masyarakat awam saat itu.
Jika diperdalam ternyata maknanya seperti ini. Sluku-sluku bathok/Usluku suluka bathnaka Artinya: Hidup tidak boleh dihabiskan hanya untuk bekerja, waktunya istirahat ya istirahat, untuk menjaga jiwa dan raga agar selalu dalam kondisi yang seimbang, bathok atau kepala kita perlu beristirahat untuk memaksimalkan kemampuanya.
Bathoke ela-elo/Bathnaka La ilaha illallahu Artinya: Dengan cara berdzikir (ela elo laa ilaaha ilalloh) mengingat Allah. Hanya dengan banyak berdzikir maka syaraf neuron di otak akan mengendur, ingatlah Allah, dengan mengingat-Nya hati menjadi tentram.
Si Rama menyang Solo/Siiruu ma’aa sholla artinya siram / mandilah, bersucilah menuju Solo ( Sholat) lalu bersuci dan dirikanlah Sholat. Ingatlah bahwa Sholat adalah tiang agama, barang siapa yang menegakkan Sholat maka dia juga membangun hubungan yang baik dengan Sang Khalik.
Oleh-olehe paying mutho/Allahu faizun ‘ala man taaba artinya : Maka kita akan mendapatkan perlindungan (payung) dari Allah SWT. Pak jenthit lolo lo bah / Ittakhidzillaha Robba artinya Kematian itu datangnya tiba-tiba, tidak ada yang tahu, tidak dapat diprediksi dan tidak juga dikira-kira, tidak bisa dimajukan dan tidak bisa pula dimundurkan. Tidak seorangpun di dunia ini tahu kapan dirinya akan mati, di mana akan dijemput Sang Malaikat Izrail dan bagaimana caranya meninggal dunia. Husnul Khatimah (mati yang baik) ataukah Su’ul Khatimah, itu semua tergantung tingkah laku dan perbuatan semasa hidup.
Wong mati ora obah /Man maata roaa dzunuubah. Artinya saat kematian datang, semua sudah terlambat, kesempatan beramal hilang. Ingatlah saat ajal menjemput, semua hal di dunia harus ditinggalkan. Harta benda berlimpah tidak dibawa serta, derajat pangkat tinggi menjulang juga harus ditinggalkan. Semua hubungan dengan dunia terputus kecuali 3 (tiga) hal, yaitu amal jariyah selama hidu, ilmu yang bermanfaat dan doa dari anak-anaknya yang shaleh dan shalihah.
Yen obah medeni bocah/Dzunuuba dainin yaghillu yadah artinya banyak jiwa yang rindu untuk kembali hidup di alam dunia. Maka pada Allah ingin minta dihidupkan kembali. Tetapi Allah tidak mengijinkan, jika mayat hidup lagi maka bentuknya pasti menakutkan dan mudhorotnya lebih besar.
Yen urip goleka dhuwit/Rottibil kolbi bil qoulututs tsabit artinya kesempatan beramanl untuk beramal saleh hanya ada di saat sekarang yaitu saat masih hidup (selagi mampu dan ada waktu). Bukan dinanti (ketidak mampuan dan hilangnya kesempatan). Tempat beramal hanya di sini (dunia) bukan di sana (akherat). Di sana bukan tempat beramal (bercocok tanam) tetapi tempat memetik hasilnya (panen raya). Di akhirat adalah tempat manusia memetik hasil apa yang telah ia amalkan selama hidup di dunia.
Menurut Endraswara (1999), tembang dolanan Sluku-Sluku Bathok dapat ditelusuri dari segi sufisme Jawa, yaitu filsafat Jawa yang sudah terpengaruh oleh ajaran Islam sehingga berbau mistik. Larik yang berbunyi sluku-sluku bathok berkaitan dengan ghlusuk-ghlusuk batnaka yang berarti bersihkanlah hatimu, makna dari larik itu adalah berupa perintah agar mencegah hawa nafsu terutama yang berkaitan dengan isi perut karena perut merupakan gambaran dari mikrokosmos.
Dengan penjelasan seperti tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa ternyata dalam sekali filosofi tembang Sluku-Sluku Bathok karya Kanjeng Sunan Kalijaga. Seniman sekarang belum tentu mampu menciptakan karya sehebat para Wali Allah ini. Lagu/tembang ini memiliki banyak sekali pesan moral dan religius yang berharga untuk manusia di dalam liriknya. Artinya sebagai manusia harus membersihkan batin sebelum membersihkan badan atau raga. Perlu diketahui bahwa lebih mudah membersihkan badan dibandingkan membersihkan batin atau jiwa. Semoga bermanfaat!