Menjadi guru memang impian terindahku, yang perlu perjuangan panjang untuk menggapainya dikala itu. Setelah tamat dari IKIP PGRI Malang tahun 1993, tak serta merta aku dapat langsung mengajar seperti sekarang ini. Lamaranku untuk sekedar menjadi guru honor disekitar tempat tinggalku mental. Dari tujuh sekolah yang kulamari tak ada satupun yang mau menerimaku untuk dijadikan guru honor sekolahnya, dan berkali-kali juga gagal mengikuti tes CPNS guru .Sindiran dan cibiran atas kegagalanku sempat membuatku menyerah , dan mengubur dalam-dalam impian mulia ini, Namun secercah harapan itu bersinar kembali ketika ibuku menyuruh untuk merantau keluar dari Pulau jawa. Dengan harapan dapat meraih impian terindahku, kumantapkan langkahku menuju Kalimantan Barat, tepatnya Kabupaten Ketapang , Kecamatan Kendawangan , untuk mengabdikan diri di SMA Negeri 1 Kendawangan ,yang berdiri pada tahun 2000, kemudian mulai menerima siswa baru satu tahun kemudian.
Sekolah yang baru berdiri otomatis masih banyak membutuhkan guru. Tak ku sia-siakan kesempatan emas seperti ini, lalu kucoba untuk melamar menjadi guru honorer disekolah tersebut. Dan akupun diterima , sebagai guru honor. Waktu itu siswa yang masuk ada seratus lima orang ,terbagi menjadi tiga kelas, dan gurunya ada lima orang , sehingga gurunya harus mengajar rangkap , guru mengajar tidak sesuai dengan bidang studi yang diampu.Satu guru harus merangkap dua atau bahkan sampai empat sesuai dengan guru yang dibutuhkan. Saya yang aslinya jurusan Bahasa Indonesia harus mengajar Bahasa Inggris, dan Antropologi , sehingga perlu persiapan belajar dulu untuk dapat mengajarkan bidang studi lain. Setiap malam saya belajar untuk mempersiapkan menjadi guru Bahasa Inggris , atan menjadi guru Antropologi.Kalau tidak belajar saya takut menjadi bahan tertawaan siswa-siswi saya pada waktu bertanya tentang hal-hal yang saya ajarkan. Pokoknya begitulah cara saya mengajar , dapat disimpulkan dengan siswa Cuma selisih satu malam. Cara seperti itu sebenarnya tidak bagus, tapi mau bagaimana lagi memang begitu kenyataanya. Dalam penerimaan siswa barupun kami tidak boleh menyeleksi seperti dikota-kota,semua siswa yang mendaftar harus diterima, karena sekolah satu-satunya.
Seiring berjalanya waktu, maka SMA Negeri 1 Kendawanganpun mengalami perkembangan, mulai dari kebutuhan guru, yang dapat dikatakan delapan puluh persen sudah terpenuhi,kemudian sarana prasaran juga mulai membaik,siswa yang diluluskanpun banyak yang diterima diperguruan tinggi negeri Untan Pontianak, atau bahkan ada juga yang diterima di Universitas Gajah Mada.Aku bangga menjadi guru Bahasa Indonesia , yang kadang hanya dipandang sebelah mata, Karena dengan Bahasa Indonesia aku dapat menyembadani hubungan antar siswa-siswaku yang berasal dari suku yang berbeda-beda.(Melayu, Dayak ,Madura,Jawa, Bogis ,Flores).