Guru sering dikaitkan dengan istilah digugu dan ditiru. Istilah tersebut tidak asing lagi ditelinga kita. Digugu artinya dipercaya dan dipatuhi. Jadi sebagai guru setiap ucapan dan tutur katanya harus bisa dipercaya dan dipatuhi oleh peserta didik. Sedangkan ditiru artinya diikuti, dicontoh, dan diteladani. Seorang guru hendaknya bisa menjadi contoh dan teladan bagi peserta didiknya. Berdasarkan istilah tersebut, profesi guru dapat dikatakan sebagai profesi yang cukup berat bebannya. Selain menjadi seseorang yang dapat digugu dan ditiru, seorang guru masih mempunyai kewajiban untuk menyiapkan apa yang akan disampaikan kepada peserta didik. Guru tidak hanya mengajar dan menyampaikan materi pembelajaran tetapi juga mendidik peserta didik agar menjadi pribadi yang pandai secara intelektual dan karakter. Mengajar dan mendidik adalah dua hal yang berbeda tetapi harus dilakukan sekaligus oleh seorang guru. Dua tugas tersebut tentunya membawa dampak bagi kesehatan mental mereka.
Kesehatan mental guru memiliki peranan krusial dalam kemampuan mereka untuk mengajar, mendidik, dan membimbing generasi mendatang. Meskipun para guru sering menjadi tiang utama dalam pembangunan intelektual peserta didik, perhatian terhadap kesejahteraan mental mereka sering kali terabaikan. Padahal, kesehatan mental yang baik pada guru tidak hanya memengaruhi kinerja mereka di kelas, tetapi juga berdampak pada kehidupan pribadi dan profesional mereka. Menurut World Health Organization (WHO) sehat mental adalah suatu kondisi kesejahteraan pada individu yang mengenali kemampuan dirinya, mampu menghadapi stres (tekanan/situasi sulit) dalam kehidupannya, tetap produktif dan berkontribusi bagi lingkungan dan masyarakat.
Adapun tantangan kesehatan mental bagi guru yang perlu diperhatikan yaitu:
- Tekanan kerja: tuntutan pekerjaan yang tinggi, termasuk persiapan pembelajaran, evaluasi, serta tekanan untuk mencapai target akademik, dapat menciptakan stres yang berkelanjutan.
- Ketidakpastian dalam pendidikan: perubahan kebijakan pendidikan, tekanan dari orang tua, atau perubahan lingkungan kerja bisa menyebabkan kecemasan dan stres tambahan bagi guru.
- Kurangnya dukungan dan sumber daya: ketika guru tidak memiliki akses yang memadai terhadap dukungan psikologis, sumber daya untuk mengatasi tantangan kesehatan mental, atau ruang untuk berbicara tentang masalah mereka, hal ini dapat berdampak negatif.
- Stigma terkait kesehatan mental: stigma terhadap masalah kesehatan mental di tempat kerja dapat mencegah guru untuk mencari bantuan atau dukungan. Hal ini bisa menyebabkan masalah kesehatan mental mereka tidak teridentifikasi atau tidak teratasi.
- Keseimbangan hidup dan professional: memisahkan kehidupan pribadi dari pekerjaan dapat menjadi tantangan bagi guru, terutama dalam era digital di mana batasan antara waktu kerja dan waktu luang menjadi kabur.
Melihat tantangan tersebut, ada pentingnya memberikan perhatian pada kesehatan mental guru yaitu:
- Kinerja yang lebih baik: kesehatan mental yang baik berkontribusi pada peningkatan kinerja di kelas. Guru yang merasa baik secara emosional dan psikologis lebih mampu memberikan dukungan yang diperlukan kepada peserta didik.
- Model peran yang positif: guru yang peduli pada kesehatan mental mereka sendiri juga memberikan contoh yang baik bagi peserta didik tentang pentingnya menjaga keseimbangan hidup dan perhatian terhadap kesejahteraan mental.
- Meningkatkan kualitas pengajaran: ketika guru memiliki kesehatan mental yang baik, mereka cenderung lebih kreatif, inovatif, dan mampu menangani tantangan di kelas dengan lebih efektif.
Kesehatan mental guru sama pentingnya dengan kesehatan mental siapa pun. Oleh karena itu, jika kesehatan mental guru tidak segera ditangani tentu akan berdampak bagi kinerja mereka dan perkembangan peserta didik. Solusi yang dapat membantu guru menjaga kesehatan mental mereka adalah sebagai berikut:
- Dukungan sosial: berbicara dengan rekan kerja, teman, atau keluarga dapat membantu dalam mengatasi stres dan tekanan. Membentuk komunitas yang mendukung di lingkungan sekolah juga sangat bermanfaat.
- Waktu istirahat yang cukup: pastikan guru memiliki waktu istirahat yang memadai di antara tugas mengajar dan pekerjaan lainnya. Tidak melulu soal kerja, waktu untuk istirahat dan relaksasi juga penting.
- Pengelolaan waktu yang baik: menciptakan jadwal yang teratur dan realistis dapat membantu guru menghindari stres yang disebabkan oleh tumpukan pekerjaan.
- Pembelajaran kontinu: belajar tentang manajemen stres, teknik relaksasi, atau bahkan mengikuti program kesehatan mental dapat membantu guru mengelola tekanan dengan lebih baik.
- Aktivitas fisik dan olahraga: olahraga bisa menjadi cara yang baik untuk melepaskan stres. Berjalan kaki, yoga, atau olahraga ringan lainnya bisa membantu menjaga kesehatan mental.
- Meditasi dan mindfulness: praktik meditasi atau mindfulness bisa membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental. Ini bisa dilakukan dengan bantuan aplikasi atau program khusus.
- Mengenali batasan dan berbicara ketika diperlukan: mengenali kapan untuk meminta bantuan dan tidak takut untuk berbicara pada seseorang seperti konselor atau profesional kesehatan mental bisa sangat bermanfaat.
- Work life balance: cobalah untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi. Ini akan membantu dalam menghindari kelelahan dan kejenuhan.
- Mengetahui tanda-tanda burnout: penting untuk mengenali tanda-tanda burnout dan mengambil tindakan saat diperlukan. Jika merasa terus-menerus kelelahan, kurang semangat, atau depresi, cari bantuan profesional.
- Mendorong budaya kesehatan mental di sekolah: mengembangkan lingkungan yang memahami dan mendukung kesehatan mental akan membantu tidak hanya guru, tetapi juga seluruh warga sekolah.
Kesehatan mental adalah hal yang penting dan membutuhkan perhatian yang serius. Kesehatan mental guru adalah fondasi bagi pembelajaran yang efektif dan lingkungan belajar yang positif. Penting bagi sistem pendidikan dan masyarakat secara keseluruhan untuk memberikan perhatian yang layak pada kesejahteraan mental guru. Dukungan, pemahaman, dan langkah-langkah nyata untuk memperbaiki kondisi kesehatan mental guru dapat membawa dampak yang luar biasa dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Daftar Pustaka
Azizah, A. 2020. Guru, Digugu dan Ditiru. Diakses pada 9 Desember 2023, dari https://www.kompasiana.com/arifatulazizah/5e71d7dd097f3646c91ba423/guru-digugu-dan-ditiru
Sumampouw, N. 2020. Kesehatan Mental Guru dan Siswa. Diakses pada 9 Desember 2023, dari https://pskp.kemdikbud.go.id/assets_front/images/produk/1-gtk/materi/Nael_Kesehatan_Mental_Guru_dan_Siswa.pdf
Penyunting: Putra