Gembira Jalan Ninja ku
“Jadi Guru?”... “Gak bahaya ta?”… “Seram loh!”… Lihat berita tentang guru akhir-akhir ini, membuat bulu kuduk merinding bahkan membuat nafsu makan tak enak dan tidur pun tak nyenyak sebab ada guru akan dipenjarakan oleh orang tua siswa nya karena dianggap menyakiti bahkan ada salah satu guru yang dibacok oleh siswa nya sendiri saat di sekolah. Miris sekali nasib guru era “tik tok” saat ini sampai harus kena mental bahkan bertaruh nyawa dalam mendidik dan menyiapkan anak bangsa menuju generasi emas. Hal ini menandakan dunia pendidikan tidak sedang baik-baik saja.
Dengan segala daya upaya dipersiapkan oleh manusia bergelar guru untuk datang ke sekolah dengan wajah ceria dan jiwa gembira walaupun banyak masalah menghinggapi serta mengekor pada setiap langkah. Guru wajib bahagia kala sedang “show” di panggung pembelajaran sebab guru ceria menghasilkan siswa yang gembira, sejalan dengan Hukum Newton 3 yaitu aksi sama dengan reaksi. Siswa gembira akan mempunyai pengalaman bermakna yang akan terbawa kelak sampai dewasa. Intinya siswa akan ceria jika guru bisa bahagia.
Guru bahagia menghasilkan pembelajaran bermakna merupakan “goal” dari sebuah proses pembelajaran artinya siswa akan berkesempatan mempunyai pengalaman belajar menyenangkan dan bermakna ketika guru dalam mode bahagia. Guru akan bahagia bila bermental baja dan sehat dalam menghadapi setiap problema yang ada artinya guru mampu tidak membawa masalah rumah ke sekolah atau menempatkan masalah sesuai wadahnya. Emang bisa? Wajib dan harus bisa karena guru merupakan “agen of change” dan “role model” yang dituntut menjadi sempurna bagi siswanya. Guru harus mampu mengerjakan semua pekerjaan dalam waktu yang hampir bersamaan atau kita kenal dengan sebutan guru “multi-tasking”.
Sejalan kurikulum era sekarang, kurikulum merdeka belajar mengutamakan kebebasan guru dalam mengajar tanpa merasa ada tekanan saat melakukan eksplorasi sesuai bakat kemampuan dan kondisi sekolah serta karakter siswa nya. Inovasi kekinian mutlak diperlukan dalam menghadapi karakter siswa era sekarang karena kemampuan mereka se langkah lebih maju dalam berteknologi dan beranjak dewasa sebelum masanya karena dampak perkembangan teknologi. Oleh sebab itu, guru harus mau serta mampu mengikuti perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan, selalu “up to date” untuk mau meng“up grade” kompetensi dan kemampuan diri dalam peningkatan strategi pembelajaran yang inovatif berbasis teknologi.
Pemerintah tidak hanya berpangku tangan dalam menghadapi fenomena tersebut akan tetapi sudah merancang dan memfasilitasi peningkatan kompetensi guru melalui jalur mandiri yang mudah bahkan semua kebutuhan guru dalam rangka menghadapi era “ Society Five Point O” dalam dunia pendidikan sudah dipersiapkan dengan matang melalui Platform pembelajaran milik pemerintah. Semua tergantung pada sikap dan kemauan guru untuk mau keluar dari “comfort zone” menuju kesadaran diri dalam meningkatkan kompetensi menjadi seorang pendidik yang baik dan bermutu. Guru yang baik dan bermutu adalah guru yang mampu mendidik siswa sesuai dengan era siswa nya bukan era gurunya, intinya guru harus mau dan mampu mengikuti perkembangan siswa nya.
Tak hanya cukup itu saja, yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah kesehatan mental gurunya karena guru bahagia jauh lebih utama daripada lengkapnya sarana dan prasarana. Kebahagiaan seorang guru berbanding lurus dengan proses pembelajaran, apabila guru bahagia maka pembelajaran akan bermakna bagi siswa sebab segala sesuatu yang berasal dari hati akan kembali ke hati pula (from heart to heart). Guru yang mengajar dengan bahagia akan membuat siswa lebih betah belajar berlama-lama sedangkan guru yang mengajar dengan marah akan membuat siswa lebih gerah belajar bersama-sama. Sebab pembelajaran yang baik berpusat pada siswa bukan pada guru. Senangkan dirimu sebagai guru sebelum menyenangkan siswa kamu!
Penyunting: Putra