Kenali Tiga Hal Ini, Bikin Kamu Auto Jadi Guru Inovatif - Guruinovatif.id

Diterbitkan 01 Jul 2022

Kenali Tiga Hal Ini, Bikin Kamu Auto Jadi Guru Inovatif

“Jadilah guru yang inovatif!” 

Cerita Guru

Ikhlasih Amalia Hasyim, S.Pd.

Kunjungi Profile
2187x
Bagikan

“Jadilah guru yang inovatif!” 

Kalimat di atas sering digaungkan dalam berbagai kegiatan dengan tema pendidikan. Ya, bukan perkara sukar menemukan penggunaan istilah “Guru Inovatif”. Bahkan, nama platform ini pun Guruinovatif.id. Hanya dari nama dapat diterka bahwa Guruinovatif.id mendukung peningkatkan kompetensi guru supaya makin inovatif. Hal ini mengokohkan pentingnya menjadi guru inovatif dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Menarik, bukan?

Meski istilah “Inovatif” tidak asing, kata ini masih asyik buat diulik.  Inovatif merupakan kata sifat yang lekat dengan istilah “Inovasi”. Berdasarkan hasil penelusuran di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) daring, inovasi merupakan penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat). Tak jauh berbeda dari KBBI, Huberman (1973) dalam Kristiawan (2018) berpendapat bahwa inovasi adalah proses kreatif dalam memilih, mengorganisasi, dan memanfaatkan sumber daya manusia dan material dalam cara-cara baru dan atau unik yang akan menghasilkan pencapaian lebih tinggi untuk tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Berkaitan erat dengan definisi kata “Inovasi”, guru inovatif berarti guru profesional yang mampu memanfaatkan sumber daya di sekitarnya dengan cara baru demi mencapai tujuan tertentu.  Guru inovatif punya pandangan jeli dan visioner ketika menjumpai permasalahan dalam pembelajaran. Baik di lingkungan sekolah maupun dalam jangkauan yang lebih luas.  

“Lalu, bagaimana cara menjadi guru inovatif?” tanya seorang rekan guru. 

Sejujurnya saya bingung menanggapi pertanyaan tersebut. Bagi saya, menjadi guru inovatif bukanlah sesuatu yang dapat dijabarkan langkah demi langkah seperti resep kue ataupun prosedur mematikan komputer. Jika diibaratkan film, perjalanan menjadi guru inovatif lebih mirip kisah superhero. Berawal dari Si Manusia Biasa yang tak tahu kekuatannya. Kemudian, ia menghadapi tantangan yang memaksa kekuatan spesial dalam diri muncul ke permukaan. Hingga akhirnya, kekuatan terasah, dan makin jago menumpas rintangan. Cihuy!(1)     

Laiknya superhero yang punya kekuatan spesial, setiap guru juga punya, lho! Keistimewaan itu dapat menjadi modal untuk berinovasi dalam kegiatan pembelajaran. Sayangnya, tidak semua guru sadar akan hadirnya pijar istimewa dalam diri. Setidaknya ada tiga hal yang perlu dikenali untuk menyalakan pijar tersebut, yaitu kenal diri, kenal lingkungan, dan kenal ilmu.  Jika sudah mengenal tiga hal tersebut, dijamin auto(2) jadi guru inovatif.

Gambar 1. Tiga hal yang harus dikenali untuk menjadi Guru Inovatif

1. Kenal Diri

Gambar 2. Pentingnya Mengenal Diri

Kesadaran guru dalam mengenal diri berbanding lurus dengan banyaknya inovasi yang dapat dihasilkan. Makin kenal diri, makin banyak inovasi. Hal itu selaras dengan salah satu manfaat mengenal dan memahami diri (Self awareness, 3), yaitu meningkatkan produktivitas (www.qubisa.com).

Banyak guru yang bingung mau berbuat apa karena belum mengenal dan memahami diri sendiri. Hingga akhirnya, usaha terhenti oleh kalimat, “Saya tidak bisa.” Padahal, bukannya tidak bisa, melainkan belum menemukan sesuatu yang membuat tertarik saja. Bagi saya, tidak ada guru malas atau guru tidak kreatif. Yang ada hanya guru belum mengenal diri dengan baik. 

Bagaimana cara mengenal diri? Cara yang pernah saya lakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif buat diri sendiri. Beberapa contoh pertanyaan yang bisa diajukan antara lain sebagai berikut.

  1. Mengapa saya ingin menjadi guru?
  2. Bagaimana gambaran guru ideal bagi saya?
  3. Hal apa yang membuat saya bahagia?
  4. Hal apa yang membuat saya sedih?
  5. Apa kelebihan yang saya miliki?
  6. Langkah apa yang telah saya lakukan untuk memanfaatkan kelebihan tersebut?
  7. Apa kekurangan yang saya miliki?
  8. Bagaimana cara mengatasi kekurangan tersebut?

Contoh di atas hanyalah secuil pertanyaan reflektif yang kadang rumit jawabannya, serta memerlukan pemikiran mendalam. Akan tetapi, jika jawaban telah ditemukan, hilang sudah satu hambatan. Meski begitu, tak perlu tergesa. Kita bisa menjawabnya seiring dengan menjalankan berbagai kegiatan sebagai guru. Makin banyak pengalaman, makin banyak data yang dapat digunakan untuk mengenal diri. 

Bagi yang suka menulis catatan harian, ini akan sangat membantu. Lewat catatan tertulis, segala sesuatu tentang diri akan mudah terdeteksi. Selain cara tersebut, alternatif lain yang bisa dilakukan adalah bertanya pada rekan sejawat atau guru senior yang kita anggap sebagai mentor. 

2. Kenal Lingkungan

Gambar 3. Kenali lingkungan sebagai modal jadi guru inovatif

 Inti dari inovasi bukanlah seberapa canggih teknologi yang digunakan, melainkan seberapa besar manfaat yang dirasakan. Apakah inovasi yang tercipta menyelesaikan permasalahan atau malah menambah permasalahan? Apakah sumber daya yang ada sudah digunakan semaksimal mungkin atau malah diabaikan? Apakah inovasi tersebut sesuai dengan kondisi sekolah dan karakteristik siswa? 

Untuk menciptakan inovasi yang tepat sasaran, guru harus mengenal karakteristik siswa dan kondisi sekolah. Hal itu karena tiap sekolah memiliki kondisi yang berbeda. Suatu inovasi dapat digunakan secara efektif di sekolah A, belum tentu di sekolah B. Sebagai contoh, guru A yang mengajar di sekolah perkotaan berhasil melakukan pembelajaran Klasifikasi Makhluk Hidup dengan memanfaatkan teknologi Virtual Reality (VR). Namun, bagi guru B yang mengajar di sekolah pedesaan, hal ini tidak berfungsi maksimal. Dibanding menggunakan teknologi tersebut, guru B memilih untuk mengajak siswa melakukan eksplorasi secara langsung di hutan dekat sekolah. 

Adapun proses mengenali lingkungan dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut. 

a. Melakukan Asesmen Diagnostik Siswa

Siswa adalah pusat kurikulum. Dalam mengembangkan apapun terkait hal tersebut, guru harus mempertimbangkan kebutuhan, pendapat, pengalaman, hasil belajar, dan kepentingan siswa. Ibarat menghadiahkan baju untuk seseorang, tentu kita akan mempertimbangkan ukuran tubuh, warna kesukaan, bahkan gaya favoritnya. Hal itu dilakukan dengan harapan orang tersebut akan menerima hadiah dengan suka cita.  

Berkaca dari hal tersebut, sudah semestinya guru mengenal siswa supaya dapat memberikan hadiah berupa pembelajaran yang tepat dan menyenangkan. Langkah yang bisa dilakukan adalah melakukan asesmen diagnostik. Melalui asesmen ini, guru dapat mendiagnosis kondisi peserta didik, baik kemampuan, kesulitan, maupun kebutuhan belajarnya (Pusat Asesmen dan Pembelajaran, 2021). 

Pelaksanaan asesmen ini tidak rumit, saya yakin tanpa disadari banyak guru yang sudah melakukannya. Langkah paling mudah adalah melontarkan pertanyaan ringan sebelum memulai pembelajaran. Misal: Kesulitan apa yang sering kalian alami ketika belajar IPA? Pembelajaran seperti apa yang paling membuat kalian bahagia? Dari pertanyaan-pertanyaan itu tentu akan muncul beragam jawaban yang dapat menggambarkan kondisi siswa. Lebih baik lagi, jika kita dapat menciptakan instrumen asesmen diagnostik yang menyeluruh, sehingga dapat memetakan siswa dengan rinci. Kalau sudah kenal siswa, guru tak akan gamam menciptakan inovasi pembelajaran. 

b. Melakukan Analisis Kondisi Sekolah

Selain kondisi siswa, kondisi sekolah juga tak kalah penting untuk dikenali. Beberapa hal penting terkait sekolah sebelum melakukan inovasi pembelajaran, antara lain sebagai berikut.

1)Letak Geografis

  • Apakah sekolah tersebut terletak di perkotaan, pegunungan, atau pesisir pantai?
  • Hal apa sajakah yang terdapat di lingkungan sekitar sekolah? Misal: pasar, perkebunan, hutan, kebun binatang, sungai, laut, pabrik, kantor pemerintahan, dan lain-lain.

2)Sarana dan Prasarana

  • Apa saja fasilitas yang tersedia di sekolah tersebut? Misal: laboratorium IPA, laboratorium komputer, toilet, taman sekolah, kantin, perpustakaan, greenhouse, kolam renang, dan lain-lain.
  • Bagaimana kondisi fasilitas tersebut? Misal: terdapat laboratorium IPA, tetapi banyak alat dan bahan yang mengalami kerusakan.
  • Fasilitas apa yang belum tersedia? Misal: sekolah tidak memiliki ruang musik.

3)Budaya Sekolah dan Lingkungan Sekitar Sekolah

Kenali kearifan lokal, adat istiadat, dan norma yang berlaku di lingkungan sekitar sekolah. Memiliki pengetahuan tentang hal tersebut dapat menjadi inspirasi dalam menciptakan inovasi pembelajaran yang kontekstual, serta tidak bertentangan dengan norma yang berlaku. 

3. Kenal Ilmu

Gambar 3. Kutipan Pentingnya Ilmu

          Siapa yang hendak menghendaki kehidupan dunia, maka harus disertai dengan ilmu. Dan siapa yang menghendaki kehidupan akhirat, juga harus dengan ilmu. (Imam Syafi’i)

          Bagi saya, menjadi guru adalah amanah istimewa yang akan dipertanggungjawabkan kepada Sang Pencipta. Oleh karena itu, semua yang kita lakukan sebagai guru hendaknya disertai ilmu agar tidak tersesat dan menyesatkan. Sebagai guru, kita harus menjadi guru pembelajar yang gemar memperbaharui ilmu supaya tidak salah langkah ataupun menjadi usang ketinggalan zaman.

          Di tengah zaman serba modern, ada banyak cara mudah yang bisa dilakukan untuk menambah ilmu. Namun, sebelum melangkah, jangan lupa mengosongkan gelas yang kita miliki agar siap menampung ilmu baru. Jangan gengsi untuk mengakui bahwa banyak hal yang tidak kita ketahui. 

Gambar 4. Belajar yuk!

          Berikut ini beberapa langkah yang pernah saya lakukan untuk mengasah kemampuan dan menambah ilmu. 

a. Memiliki Komunitas

Gambar 5. Belajar Bareng Komunitas Guru dan Public Speaking

Sebagai seorang guru IPA, memiliki komunitas adalah sebuah kebutuhan. Oleh karena itu, dengan senang hati saya bergabung dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran IPA (MGMP IPA). Melalui MGMP IPA, saya bertemu dengan guru IPA dari berbagai sekolah. Manfaat yang saya rasakan antara lain, sebagai berikut.

  1. Menjadi lebih semangat karena saya sadar tidak sendiri. Banyak guru yang mengalami masalah serupa dengan saya. Di komunitas inilah saya belajar mengadopsi cara-cara yang pernah guru lain lakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Tentu saja disesuaikan dengan tempat saya mengajar.
  2. Bertemu dengan guru senior dan berpengalaman yang dapat menjadi mentor.
  3. Mendapatkan kesempatan untuk mengikuti berbagai kegiatan peningkatan kompetensi guru.

Selain komunitas guru, penting memiliki komunitas lain sesuai dengan bakat dan minat. Sebagai contoh, saya menyadari bahwa saya kurang terampil dalam melakukan Public Speaking. Kekurangan ini sering mengakibatkan pembelajaran jadi membosankan. Langkah yang diambil untuk mengatasi kekurangan ini adalah memberanikan bergabung dalam komunitas Public Speaking. Di tempat ini saya bertemu dengan orang-orang hebat dengan berbagai pengalaman, seperti pembicara, MC, hingga content  creator. Harapannya, selain mengasah kemampuan Public Speaking, saya dapat menerapkan ilmu yang didapat ke dalam pembelajaran. 

b. Perbanyak Membaca

Salah satu cara belajar adalah membaca. Membaca apapun sesuai minat kita. Tidak ada batasan dalam jenis buku apa yang dibaca. Meski kita guru, bukan berarti hanya membaca buku tentang buku pendidikan. Kita boleh membaca novel, komik, buku pengembangan diri, dan sebagainya. Hal ini dapat membuat pandangan kita makin luas dan muncul banyak ide-ide segar untuk pembelajaran. 

c. Mengikuti Kegiatan Seminar/ Workshop

Gambar 6. Mengikuti kegiatan GI Class bersama Bapak Supadillah, M. Pd.

Di zaman digital mengikuti seminar bukanlah hal sukar. Hanya dengan duduk di depan meja kerja atau tetap di dalam rumah, guru bisa memeroleh ilmu baru. Apalagi banyak platform yang menyediakan wahana belajar secara gratis seperti Guruinovatif.id. Kalau pun berbayar masih terjangkau dan aman buat kantong. 

Mengikuti kegiatan seminar memiliki banyak manfaat. Selain menambah ilmu dan wawasan, kita dapat mencuri semangat dari pembicara hebat di bidangnya. Seperti yang saya rasakan ketika mengikuti Guruinovatif Class dengan materi “Menulis Artikel Populer Menarik dan Banyak Pembaca” bersama Bapak Supadillah, M. Pd., guru SMA Terpadu Al-Qudwah, Banten. Di lomba artikel Guruinovatif.id Sesi 1, beliau mengantongi juara ke III. Memerhatikan penyampaian beliau, saya makin semangat untuk mengikuti lomba artikel Guruinovatif.id Sesi 2. Semoga bisa mengikuti jejak beliau dan suatu saat bisa membagikan ilmu yang saya miliki kepada orang lain. 

d. Memiliki Media Sosial

Gambar 7. Media Sosial Instagram @ikh_hasyim dan @kancabiologi

Saya tidak mendewakan media sosial. Akan tetapi, saya menyarankan guru punya media sosial. Ada beberapa alasan di balik saran tersebut, antara lain sebagai berikut.

  1. Informasi tentang pendidikan sangat cepat dan selalu baru. Bahkan, hampir semua informasi seperti seminar, lomba, dan lain sebagainya, saya dapat dari media sosial.
  2. Banyak guru-guru hebat yang rajin membagikan ilmunya di media sosial seperti akun instagram @muhariefin dengan tips guru dan mengajar atau @mamanbasyaiban dengan gamifikasi, game edukasi, dan tips pembelajaran.
  3. Siswa yang kita didik merupakan generasi digital yang dekat dengan gawai dan media sosial. Tentu sebagai guru kita harus bisa mengimbangi mereka. Kadang apa yang saya tulis di media sosial malah melekat di benak siswa dan membuat penasaran. Itulah alasan saya membuat akun instagram belajar biologi @kancabiologi dan rajin menulis hal positif di instagram @ikh_hasyim.

e. Ikut kompetisi         

Melalui kompetisi, mau tak mau guru dipaksa belajar. Paling tidak mempelajari bidang yang berkaitan dengan kompetisi tersebut. Selain meningkatkan kompetensi, bisa juga menghasilkan cuan (4). Kemampuan terasah, penghasilan pun bertambah. 

Gambar 8. Kamukah guru inovatif itu?

Dari pemaparan di atas, hanya tiga hal yang perlu disiapkan sebagai modal menjadi guru inovatif, yaitu kenal diri, kenal lingkungan, dan kenal ilmu. Dengan modal tersebut, semua guru auto jadi guru inovatif. Termasuk kamu yang sekarang membaca tulisan ini. Kamukah guru inovatif itu? Yuk, berbagi pengalaman di kolom komentar!

Daftar Istilah

  1. Cihuy! = Asyik!
  2. Auto = Pada penggunaan bahasa gaul anak muda, arti auto bisa bermakna sesuatu yang bersifat otomatis. Kata ini biasa diikuti dengan kata sifat atau kata benda yang mempunyai fungsi seperti adjektiva (kata sifat). Misal: Auto gagal (otomatis gagal) (www.plus.kapanlagi.com)
  3. Self Awareness = Usaha untuk meningkatkan kesadaran diri agar lebih bisa memperhatikan pikiran, perilaku, perkataan, hingga perasaan dari diri sendiri. (www.qubisa.com)
  4. Cuan = Dari bahasa asalnya, yakni Hokkian atau China bagian selatan cuan memang berarti uang atau keuntungan. (www.suara.com)

Referensi

  1. Wikansari, Rinandita. 2021. 5 Manfaat Penting Jika Dapat Mengenal Diri Sendiri Lebih Dekat. Diakses di https://www.qubisa.com/microlearning/manfaat-mengenal-diri-sendiri-lebih-dekat#showSummary pada tanggal 21 Juni 2022.
  2. Inovasi. 2016. Pada KBBI Daring. Diambil 22 Juni 2022 dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/inovasi
  3. Kristiawan, M., Suryanti, I., Muntazir, M., Ribuwati, A., & AJ, A. 2018. Inovasi Pendidikan. Jawa Timur: Wade Group National Publishing.
  4. Pusat Asesmen dan Pembelajaran. 2021. Paparan Pembelajaran Paradigma Baru. Jakarta: Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Artikel Guruinovatif.id Sesi 2

0

1

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Quiver Sebagai Media Pembelajaran Mewarnai

Ibrohim,S.Pd

Mar 18, 2023
2 min
Meraih Prestasi dengan Karya Inovasi

IFA HIDAYAH, M.Si

Jul 30, 2022
4 min
Membuka Zona Nyaman di Tengah Pendemi Dengan Literasi
Guru: "The Power Of Hikma/Tentang Panggilan Hati (Kisah Nyata)"

Nur Hikma M

May 09, 2022
8 min
Resep Menjadi Guru Inovatif
Kutemukan Warna Hidup Di Asrama

Rahmad Faisal, ST

May 09, 2022
5 min

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar