Kegalauan siswa kelas XII dalam penentuan jurusan dan kampus memang kerap terjadi setiap tahun. Egoisnya orang tua dalam mendikte jurusan menjadi salah satu faktor utama kegalauan itu terjadi. Tak main-main jurusan yang diinginkan sebagian besar orang tua, yakni kedokteran. Hampir semua siswa berebut memilih jurusan kedokteran di kampus ternama. Mereka tak memikirkan grade jurusan tersebut, yang penting memilih dulu.
Hai...anak muda, tidak bisa seperti itu. Grade yang dikeluarkan kampus menjadi tolak ukur kalian diterima apa tidak di jalur undangan. Misal, siswa dengan rata-rata nilai 90 masih memaksa mengambil jurusan kedokteran dengan syarat rata-rata nilai 95, jelas tidak lolos. Kondisi seperti itu jelas merugikan bagi sekolah, karena mengurangi jatah siswa yang akan diterima di jalur undangan.
Sukses itu tidak harus jadi dokter, Nak. Siswa dengan nilai rata-rata 90 bisa lolos jalur undangan bila mengambil jurusan yang gradenya di bawah kedokteran. Namun kembali lagi pada minat maupun keinginan orang tua (restu orang tua), sebagai guru tentu memberikan arahan sesuai fakta yang ada, hitam di atas putih berupa nilai tersebut. Jalan menuju kedokteran bisa ditempuh lagi dengan jalur UTBK dan Mandiri.
Jalur mandiri sudah tidak bisa diganggu gugat untuk biaya pendidikan selain UKT (uang kuliah tunggal) tentu lebih mahal dibandingkan dengan jalur undangan atau UTBK. Sedangkan jalur UTBK ini, perlu persiapan yang matang dan atur strategi dalam memilih jurusan yang akan di tempatkan pada pilihan pertama dan kedua. Saya sebagai guru sempat memberikan wejangan kepada siswa yang belum lolos ke kampus dan berniat mengikuti UTBK bahwasannya UTBK itu sulit, kalau mau masuk ke kedokteran, semua soal pada tiap bidang harus kamu jawab dengan benar agar memperoleh skor maksimal, pintar-pintar atur strategi juga karena ada nilai minusnya.
Wejangan itu hanya dianggap angin lalu bagi beberapa siswa yang sudah memiliki rencana melakukan les privat dengan program eksklusif yang biayanya hampir 30-50 juta. Mereka meyakini dengan program eksklusif tersebut mereka lolos ke kedokteran. Bukan mendahului keputusan Allah, tapi melihat keseharian siswa tersebut tidak minat pada pelajaran sains, memiliki kesulitan dalam menyelesaikan soal hitungan, peringkat paralel berada di urutan ke-100 dari 300 siswa dan memaksa memilih jurusan kedokteran. Ini lelucon atau fakta?
Guru yang tahu kondisi siswa tersebut hanya menghela nafas berat. Bukan mendoktrin tidak akan masuk jurusan kedokteran tapi melihat data (nilai) yang ada, sebagai guru tentu mengkhawatirkan hal itu, bagaimana kualitas mereka nanti kalau sudah mendapat gelar dokter. Perlu diingat, kecerdasan, ketekunan dan kemampuan menyelesaikan soal tidak akan muncul secara tiba-tiba, perlu latihan yang rutin dan istiqomah. Program bimbingan belajar yang eksklusif sekalipun tidak akan bisa menjamin masuk ke jurusan kedokteran bila tekad belajar kamu masih menengah ke bawah.
Kami selaku guru hanya bisa mendoakan, membimbing dan mengarahkan jurusan yang sesuai dengan kemampuan akademik siswa. Bahkan di tahun ini saya sempat memberikan sebuah tantangan kepada siswa yang masih belum lolos, saya anak dari penjual gorengan yang tidak memiliki uang untuk les di bimbingan belajar, saya hanya mampu beli buku latihan dan pembahasan soal masuk perguruan tinggi tapi bisa lolos SNMPTN 2008 (UTBK sekarang). Apalagi kalian, anak orang punya, bisa les, pasti bisa dong lolos UTBK. Mengacalah sebelum kalian memilih jurusan kedokteran sebelum terlambat. Harapan saya ketika memberi tantangan tersebut agar mereka introspeksi diri, mengaca akan kemampuannya. Kalau mau jadi dokter ya harus belajar agar nilai UTBK nya mendapat skor maksimal.
Tantangan tersebut terjawab pada 23 Juni 2022, tepat pukul 15.00, siswa yang melaporkan bahwa dirinya lolos UTBK adalah siswa yang kesehariannya memang memiliki nilai menengah ke atas, memilih jurusan sesuai kemampuannya, dan mengikuti bimbel dengan biaya normal. Sedangkan yang belum lolos kami sebagai guru hanya bisa mendoakan dan meminta kepada mereka memilih jurusan sesuai kemampuannya, jangan pernah memaksa harus menjadi dokter, kami khawatir saja nanti yang kalian suntikan itu bukan obat tapi air kelapa (bercanda ya).
Sekian ....Usaha kalian saat ini, doa kalian selama ini dan hasil yang kalian terima saat ini adalah modal cerita untuk anak cucu kalian kelak, cerita tentang makna perjuangan. Sukses anakku ....semoga mendapat ilmu yang bermanfaat dan barokah.