Guru yang tak pernah bercita-cita menjadi guru - Guruinovatif.id

Diterbitkan 27 Apr 2022

Guru yang tak pernah bercita-cita menjadi guru

Guru adalah cita-cita yang sangat mulia di muka bumi ini. Semenjak duduk di bangku Taman Kanak-kanak, kita telah mengenal sosok seorang guru. Aku terlahir dari keluarga sederhana, kedua orang tuaku buta huruf sehingga sejak kecil aku dibesarkan dengan tingkat pengetahuan orang tua yang rendah mengenai pentingnya pendidikan. Tapi orang tuaku paham betul bahwa setiap anak haruslah mengecam pendidikan walaupun mereka sendiri tidak pernah mengalaminya. Mereka buta huruf tapi mereka tidak buta hati. Sehingga aku tetap bisa disekolahkan walaupun dengan kondisi serba terbatas. Dulu, aku seorang anak yang menganggap bahwa sekolah itu hanyalah sebuah keharusan anak seusiaku. Pintar baca, tulis dan menghitung hanya itu pula tujuanku setiap hari belajar disekolah. Diantara saudara-saudaraku, hanya Akulah yang bisa memperoleh gelar Sarjana. keempat saudaraku yang lainnya hanya sampai tamat SD dan SMA. Mereka langsung cari kerja. Mungkin benar pendapat orang bahwa tidak semua orang punya takdir yang sama. Setidaknya akupun bernasib yang sama dengan mereka, tapi untungnya aku lebih beruntung. Dibandingkan dengan saudaraku yang lainnya aku termasuk yang otaknya sedikit encer, mungkin karena yang paling bungsu sehingga makanan yang bergizi biasanya lebih diperuntukkan bagi anak yang paling kecil, hehe… 

Cerita Guru

HASMAWATI, S.Pd

Kunjungi Profile
2545x
Bagikan

Guru adalah cita-cita yang sangat mulia di muka bumi ini. Semenjak duduk di bangku Taman Kanak-kanak, kita telah mengenal sosok seorang guru. Aku terlahir dari keluarga sederhana, kedua orang tuaku buta huruf sehingga sejak kecil aku dibesarkan dengan tingkat pengetahuan orang tua yang rendah mengenai pentingnya pendidikan. Tapi orang tuaku paham betul bahwa setiap anak haruslah mengecam pendidikan walaupun mereka sendiri tidak pernah mengalaminya. Mereka buta huruf tapi mereka tidak buta hati. Sehingga aku tetap bisa disekolahkan walaupun dengan kondisi serba terbatas. Dulu, aku seorang anak yang menganggap bahwa sekolah itu hanyalah sebuah keharusan anak seusiaku. Pintar baca, tulis dan menghitung hanya itu pula tujuanku setiap hari belajar disekolah. Diantara saudara-saudaraku, hanya Akulah yang bisa memperoleh gelar Sarjana. keempat saudaraku yang lainnya hanya sampai tamat SD dan SMA. Mereka langsung cari kerja. Mungkin benar pendapat orang bahwa tidak semua orang punya takdir yang sama. Setidaknya akupun bernasib yang sama dengan mereka, tapi untungnya aku lebih beruntung. Dibandingkan dengan saudaraku yang lainnya aku termasuk yang otaknya sedikit encer, mungkin karena yang paling bungsu sehingga makanan yang bergizi biasanya lebih diperuntukkan bagi anak yang paling kecil, hehe… 

Aku menjalani masa-masa sekolah berbeda dengan anak-anak yang lain. waktu duduk dibangku Sekolah Dasar, aku membantu ibu berjualan diwarung, biasanya lebih dikenal dengan sebutan kantin sekolah. Tapi maaf kantin ibuku bukan kantin sekolah jadi hanya warung tambahan saja. jadi nanti jualan dikantin sekolah habis barulah warung ibuku menjadi alternatif bagi siswa lainnya untuk membeli. Disaat jam istirahat, anak-anak lainnya asyik bermain, aku malah harus bergelut mencuci piring kotor bekas dipakai makan oleh teman-teman sekolahku. Itulah salah satu bentuk bantuanku kepada ibu, ketika duduk disekolah dasar. Aku tak pernah menikmati yang namanya jam istirahat, karena diwaktu anak lain lagi istirahat setelah penat belajar dikelas sebaliknya aku harus bekerja untuk membantu ibu diwarung. Tapi aku tidak pernah menyesal karena dari sinilah awal kepribadianku mulai dibentuk untuk menjadi orang yang lebih menghargai hidup yang aku jalani sampai detik ini. Kemudian akupun menyelesaikan pendidikan dibangku Sekolah Menengah Atas tahun 1998. 

Disinilah awal kisah seorang guru yang tak pernah bercita-cita menjadi guru bermula. Ternyata melanjutkan kuliah tidak semudah belajar di SD, SMP dan SMA. Namanya juga Perguruan tinggi, maka semuanya juga harus tinggi-tinggi, mulai uang kuliah, biaya kost, makan dan biaya lainnya. Setelah kulakukan survey dan tanya jawab dengan teman-teman yang sudah lebih dulu kuliah, akupun harus mengurut dada dan bersabar untuk tidak melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi karena terkendala pada biaya. Kuurungkan niatku untuk meraih cita-cita seperti teman-temanku yang lainnya. Aku harus terhenti disini…! 

sesak rasanya dada ini, Akupun berpikiran jahat “ kalau tahu akan seperti ini akhirnya lebih baik aku tidak sekolah saja dari awal”. Kemana aku harus cari kerja dengan modal ijazah SMA, ujung-ujungnya mentok jadi penjaga toko atau SPG. Kenapa yaa…Allah. Aku juga anak berprestasi disekolah, aku sering juara kelas tapi mengapa harus berhenti disini!. Aku tak bisa menerima kenyataan ini, tapi mau bagaimana lagi orang tua tidak mampu untuk membiayai. Apakah kalian termasuk yang percaya yang namanya mukjizat? Aku salah satunya orang yang percaya bahwa setiap musibah tidak selamanya membawa derita dibalik dari itu semua ada rencana indah yang Tuhan akan diberikan kepada kita, kuncinya hanya satu KESABARAN. Selama putus sekolah yang aku jalani selama 5 tahun, aku tidak tinggal berpangku tangan saja, kesibukkan diriku dengan aktif di organisasi masyarakat apakah itu partai, LSM apapun pekerjaan lainnya.

 Semuanya kukerjakan yang penting tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Setelah bersabar dan tetap bersyukur dengan kondisi saat itu selama 5 tahun, akhirnya sebuah titik cahaya muncul dari kegelapan yang selama ini menyelimuti, sedikit puitis, hehe…Kebiasaan diDesaku adalah adanya program Kuliah Kerja Nyata (KKN) bagi mahasiswa semester akhir disebuah perguruan tinggi (tapi KKN ini nggak sama dengan cerita KKN didesa penari). Kegiatan inilah awal yang mengubah jalan hidupku dari putus sekolah sampai lanjut sekolah lagi. Singkat cerita perkenalkanku dengan seorang mahasiswi membuka kembali kerinduanku akan belajar ditempat formal, selama ini aku juga terus belajar tapi bukan ditempat formal tapi dari interaksi dengan orang disekitarku saja. Akupun diajaknya untuk jalan-jalan ke kampusnya. dari kejadian inilah aku tertarik dan termotivasi lagi untuk sekolah, pokoknya semangat 45 berkobar lagi untuk bisa melanjutkan pendidikan yang sempat tertunda selama 5 tahun. Impian dan cita-cita sudah kukubur dalam-dalam, kini muncul kepermukaan satu demi satu, harapanku tumbuh lagi seperti jamur di musim hujan. 

Tapi…gimana caranya? Aku tak cukup biaya. inikan  kendala yang sama yang aku hadapi dulu. Adduuhh…seketika otakku membeku tak ada jalan keluar nih!. Kutenangkan diriku, lalu kucarilah bantuan kepada saudaraku yang sudah bekerja, kuceritakan keinginanku dan kendala yang kuhadapi. Percaya tidak percaya, inilah yang jawaban dari doaku selama ini, Kakak mau membantu biaya masuk kuliah. dan untuk biaya selanjutnya nantilah dipikirkan, pokoknya moral nekat. Alhamdulillah, tepatnya 2003 aku diterima di sebuah universitas swasta di Makassar, fakultas Keguruan dan ilmu pendidikan, jurusan bahasa Inggris, gimana boss!!!  mantapkan jurusannya, aku saja yang jalani seakan tidak percaya. Kok, bisa! aku jadi mahasiswa jurusan bahasa Inggris dan nantinya akan jadi seorang GURU. Cita-cita yang tak pernah ku impikan sejak aku kecil, dulu aku hanya mau kerja dikantor jadi tukang ketik saja. Tapi kenyataannya aku akan jadi guru. Masya Allah…!!! Sungguh cita-cita yang mimpi pun aku tak berani menwujudkannya. Ternyata belajar di perguruan tinggi tidak semudah di jenjang sebelumnya, harus kuat-kuat mental. Aku harus terbiasa dan beradaptasi dengan mahasiswa-mahasiswi yang umurnya 5 tahun lebih muda dariku, otak mereka masih fresh sedangkan aku loading lama. mata kuliah yang harus kuikuti semuanya berhasa Inggris ya Allah, terakhir aku belajar bahasa Inggris di SMA, itupun 5 tahun lalu. 

Tapi aku sudah ambil resiko, aku tidak boleh mengecewakan orang-orang yang sudah mendukung dan membantuku untuk bisa kuliah kembali. Akupun harus bekerja dimusim liburan kuliah sebagai cleaning Service sekaligus membantu teman mengurus administrasi disebuah hotel. Untuk mencukupi biaya kuliahku karena orang tua tidak bisa membantu lebih banyak lagi hanya mampu menyiapkan kebutuhan untuk makan saja selebihnya aku harus berjuang sendiri. Waktu yang kunantikan tiba juga, aku berhasil menjadi sarjana dengan gelar S1 Pendidikan Bahasa Inggris ditahun 2007. inilah nikmat yang tak terhingga. dan satu lagi kejutan yang diberikan Allah SWT adalah aku terangkat sebagai guru PNS ditahun 2009 dan bertugas disebuah Sekolah Menengah Pertama sudah hampir lebih 12 tahun sampai hari ini. Menjadi seorang guru bukanlah cita-citaku, tapi cita-cita inilah yang Allah SWT pilihkan untukku dan membawa keberkahan dalam hidupku karena bermanfaat untuk orang banyak. Curhatan ini dibagikan sebagai inspirasi buat teman-teman diluar sana yang putus sekolah dan merasa tidak mampu meraih cita-cita karena keterbatasan, yakinlah manusia punya keterbatasan tapi Allah SWT Maha Kuasa atas segalanya. Teruslah bermimpi dan jangan berhenti sebelum mimpi itu terwujud, kuncinya hanya satu berserah diri kepada Allah. 

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Kisah saya sebagai guru indonesia menghadapi Tantangan, Pandemi Bukan Jadikan Alasan
1 min
Guru PAUD yang Inovasi, Inovatif, dan Menyenangkan di Era Digital
5 min
Kisah Saya Sebagai Guru dan Anak Luar Biasa di Daerah Terpencil
2 min
Keberhasilan Mereka Adalah Kebahagiaanku
3 min
Diskusi Virtual Kelompok Jadi Solusi Siswa Berinteraksi
3 min

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar