Pendidikan adalah fondasi kemajuan bangsa, tetapi tenaga pendidik yang menggerakannya justru sering terabaikan. Guru honorer yang berdiri di depan kelas setiap hari sering menerima penghargaan yang tidak sebanding dengan pengorbanannya. Hal ini tentunya menimbulkan pertanyaan besar tentang nilai seorang tenaga pendidikan di negeri ini.
Di balik senyum dan dedikasi, banyak guru honorer hidup dalam keterbatasan ekonomi. Mereka harus bekerja sambilan demi memenuhi kebutuhan dasar. Ketika guru tidak sejahtera, kualitas pembelajaran pun ikut terdampak.
Ironisnya, ada siswa yang mendapatkan uang jajan lebih besar daripada gaji guru yang mengajarnya. Perbandingan ini membuka mata bahwa kesenjangan dalam dunia pendidikan sangat nyata. Sudah saatnya kita tidak hanya melihat, tetapi bergerak mencari solusi.
Ketimpangan Gaji dan Realita Lapangan
Banyak guru honorer digaji hanya ratusan ribu rupiah per bulan, jauh dari upah layak. Padahal mereka tetap mengajar dengan jam kerja penuh seperti guru PNS. Kondisi ini menciptakan kesenjangan yang tidak adil dalam profesi yang sama.
Di beberapa daerah, guru honorer bahkan menunggu berbulan-bulan untuk menerima gajinya. Ketidakpastian ini membuat mereka sulit merencanakan kehidupan. Profesi mulia ini seolah tidak dihargai dari segi finansial.
Sementara itu, sebagian siswa mendapatkan uang jajan harian yang jika dijumlahkan melebihi gaji guru mereka. Fakta ini bukan sekadar angka, tetapi cerminan ketimpangan sistem. Guru yang seharusnya dihormati justru ditempatkan pada posisi yang memprihatinkan.
Dampak Kesejahteraan Guru Terhadap Kualitas Pembelajaran
Guru yang tidak sejahtera sulit fokus dalam mengajar. Pikiran mereka terbagi antara tugas mendidik dan mencari nafkah tambahan. Akibatnya, energi dan perhatian untuk siswa menjadi terbatas.
Kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh kondisi guru. Jika tenaga pendidik lelah secara mental maupun fisik, kreativitas dan inovasi dalam mengajar ikut menurun. Siswa pun kehilangan kesempatan belajar yang maksimal.
Sebaliknya, guru yang sejahtera lebih produktif dan bersemangat. Mereka mampu mempersiapkan materi dengan baik dan membangun hubungan positif dengan siswa. Maka, kesejahteraan guru bukan sekadar gaji, tetapi investasi pendidikan jangka panjang.
Guru yang sejahtera akan lebih semangat mengajar dan mampu membangun kedekatan dengan siswa (Canva/Zeal Creative Studio)Peran Pemerintah dan Kebijakan yang Belum Optimal
Pemerintah sudah memiliki beberapa program untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Namun, implementasinya sering lambat dan tidak merata. Banyak guru honorer yang belum tersentuh kebijakan secara nyata.
Proses seleksi, administrasi, dan birokrasi membuat guru menunggu terlalu lama. Sementara kebutuhan hidup tidak bisa menunggu. Kebijakan yang seharusnya membantu justru sering membuat guru kelelahan.
Diperlukan kebijakan yang lebih reponsif, transparan, dan berpihak pada guru honorer. Peningkatan status, pelatihan, dan sistem penggajian yang adil harus segera diprioritaskan. Pendidikan tidak akan maju jika gurunya tertinggal.
Baca juga:
CSR sebagai Katalis Transformasi Teknologi dalam Dunia Pendidikan
Pandangan Masyarakat: Apresiasi atau Abai?
Sebagian masyarakat masih menganggap guru honorer “biasa saja” karena bukan bagian dari ASN. Padahal tugas dan tanggung jawab mereka sama beratnya. Kurangnya apresiasi membuat profesi ini dipandang kurang bernilai.
Guru sering dipandang hanya sebagai pengajar di kelas, bukan pembentuk karakter bangsa. Padahal mereka memainkan peran besar dalam kehidupan setiap siswa. Namun, kontribusi mereka jarang mendapatkan sorotan.
Masyarakat perlu lebih peduli dan memberi dukungan moral maupun materi. Apresiasi sederhana bisa meningkatkan semangat guru. Ketika guru dihargai, kualitas pendidikan akan meningkat secara alami.
Baca juga:
CSR Pendidikan: Saatnya Fokus ke Guru, Bukan Hanya Beasiswa
Solusi: Pengembangan Kompetensi dan Dukungan Berkelanjutan
Selain kesejahteraan finansial, guru juga membutuhkan kesempatan berkembang. Pelatihan, sertifikasi, dan akses teknologi dapat meningkatkan kemampuan mereka. Kompetensi yang baik akan membuka peluang karier dan pendapatan yang lebih baik.
Program pengembangan guru harus mudah diakses dan relevan dengan kebutuhan lapangan. Tidak hanya teori, tetapi juga praktik, metode mengajar kreatif, dan pemanfaatan digital. Dengan adanya hal tersebut, maka akan membantu guru tetap adaptif di era modern.
Kolaborasi antara pemerintah, instansi pendidikan, dan platform pengembangan guru sangat penting. Dukungan berkelanjutan akan memperkuat kualitas guru honorer. Dari sinilah perubahan pendidikan dapat dimulai.
Guru honorer adalah pahlawan yang tetap berdiri meski kesejahteraan belum berpihak kepada mereka. Kita tidak bisa menutup mata terhadap realita ini, karena masa depan pendidikan bergantung pada kualitas dan kesejahteraan guru. Perubahan hanya akan terjadi jika kita bergerak bersama.
Salah satu langkah nyata adalah membantu guru berkembang melalui peningkatan kompetensi dan akses pembelajaran yang berkualitas. Dengan guru yang lebih terampil dan percaya diri, peluang untuk mendapatkan penghasilan lebih baik juga semakin besar.
Daftarkan sekolah Anda untuk mengikuti pelatihan privat GuruInovatif.id bersama trainer pilihan guna meningkatkan kompetensi dan kualitas akademik. Waktu dan tempat pelatihan bisa disesuaikan sesuai kebutuhan sekolah Anda. Segera ambil kesempatan ini dan tingkatkan perkembangan sekolah Anda!

Konsultasi GRATIS!
Referensi:
Ironi Guru Honorer dan Pemerintah Minim Empati
Memahami Alasan di Balik Gaji Kecil Guru Honorer di Indonesia serta Upaya Mengatasinya
Pemerintah Salurkan Tiga Program Strategis untuk Peningkatan Kesejahteraan dan Kompetensi Guru
Siapa yang Menggaji Guru Honorer? Berikut Penjelasannya
Penulis: Ican | Penyunting: Putra