Gambar 1. Foto Bersama di kelas sebelum anak-anak pulang Salam sejahtera, perkenalkan saya Febby Mariana Liunesi, ijinkan saya berbagi cerita tentang kisah saya sebagai guru PAUD.
Saya adalah lulusan dari salah satu PTS di Kota Kupang â Nusa Tenggara Timur Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Bahasa Inggris. Di lihat dari latar Belakang Pendidikan saya tidak seharusnya saya mengajar di jenjang PAUD tetapi kecintaan saya akan dunia anak membuat saya memutuskan untuk mengajar di jenjang PAUD. Semuanya berawal dari saat saya PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) yaitu praktik mengajar tepatnya pada semester 7, kampus menugaskan saya dan beberapa teman lainnya untuk PPL di SMA Negeri 2 Kota Kupang, jauh sebelum PPL di sore hari saya mengajar sebagai tutor Bahasa Inggris untuk anak usia 4 â 6 tahun di sebuah PPA (Pusat Pengembangan Anak) yaitu sebuah organisasi internasional yang bekerjasama dengan gereja mitra dengan tujuan mengembangkan anak secara holistic, berkomitmen untuk menjadi pembela anak, untuk membebaskan mereka dari kemiskinan baik secara akhlak, fisik, intelektual dan sosio emosional. Disitulah saya mulai melakukan evaluasi diri dna menemukan ketertarikan untuk mengajar anak usia dini, karena menurut saya seorang anak usia dini dalam rentang usia 3 â 6 tahun otaknya berkembang dengan sangat pesat dan masih bisa berubah sesuai bentukan orang tua hingga faktor lingkungan salah satunya guru disekolah. Saya tetap melaksankaan praktik mengajar dengan baik sampai dengan menyelesaikan seluruh materi perkuliahan tepat 8 semester dan diwisuda. Kecintaan saya anak dunia anak semakin hari semakin besar, dan tidak secara kebetulan saya di minta oleh pembimbing rohani saya dimana pada saat itu beliau adalah kepala sekolah PAUD untuk membantu mengajar disekolahnya. Saya pun langsung setuju dan mulai mengajar sejak saat itu hingga hari ini terhitung sudah 10 tahun saya mengajar di jenjang PAUD.
Ilmu yang saya pelajari selama kuliah tidak perlu saya kubur melainkan tetap saya aplikasikan, saya melihat ilmu saya yang bisa saya integrasikan dalam pembelajaran itu apa. Saya menemukan anak-anak lebih mudah menyerap informasi dalam bentuk lagu sehingga saya mulai menggunakan teknik gerak dan lagu untuk memperkenalkan kosakata Bahasa inggris kepada anak usia dini seperti kosakata yang berhubungan dengan family, Parts of Body, Animals, Vegetables, dan juga pembiasaan untuk mengucapkan salam menggunakan Bahasa inggris, kalimat ajakan/perintah, serta doa-doa pendek. Inovasi yang saya lakukan ini memberi dampak positif di Lembaga saya mengajar dan saya sempat menuliskannya dalam bentuk karya tulis yang dilombakan pada Hari Aksara Nasional yang ke â 53 Provinsi Nusa Tenggara Timur, saat itu saya mewakili Kota Kupang dan puji Tuhan saya berhasil meraih Juara 1. Judul Best Practice saya saat itu adalah âPENINGKATKAN PENGENALAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI GERDALA PADA ANAK KELOMPOK A DI TK KRISTEN CITRA BANGSA KUPANGâ
Gambar 2. Juara 1 dalam Lomba Penulisan Karya Nyata pada Hari Aksara Internasional ke - 53 Provinsi Nusa Tenggara Timur
Perhatian pemerintah akan Pendidikan Anak Usia Dini pun semakin hari semakin baik dan guru di tuntut untuk terus mengembangkan diri. Saya membuka diri untuk banyak bertanya dan mencoba, mengikuti berbagai diklat, workshop, dan berbagai pelatihan lainnya untuk meningkatkan kompetensi saya sebagai guru PAUD.
Gambar 3. Salah satu Diklat yang saya ikuti untuk Pengembangan Kompetensi Diri Saya menyadari ketertarikan saya akan dunia anak dan kemauan saya untuk belajar tidaklah cukup karena tantangan yang tak kalah serius adalah mengenai kemajuan teknologi di mana anak lebih tertarik untuk bermain gadget seperti nonton youtube, bermain game, bermain mengenal huruf dengan aplikasi-aplikasi yang dengan mudah di download dari internet di tambah lagi sikap âpembiaranâ dari orang tua yang sibuk bekerja. Hal ini membuat anak tidak terlalu fokus dan serius untuk bermain-belajar saat di sekolah, anak lebih senang menghabiskan waktu di rumah karena mereka bisa bebas bermain gadget . Saya pun tertantang untuk terus melakukan inovasi dan inovatif dalam pembelajaran sehingga saya memaksimalkan peran saya sebagai fasilitator dimana saya tidak menempatkan diri lagi sebagai guru yang adalah satu-satunya pusat untuk anak belajar melainkan sebagai fasilitator yaitu saya mendampingi anak ketika anak bermain-belajar. Media pembelajaran yang saya gunakan adalah media yang dekat dengan anak seperti kemasan bekas snack untuk bermain-belajar mengenal huruf karena anak biasanya bisa menyebutkan nama snack kesukaannya seperti tango, biskuat, malkist, oreo, dll tetapi huruf yang ada pada kemasan tersebut belum semua diketahui anak. Selain itu saya juga menggunakan media loose parts yang mudah didapat, m enggunakan media seperti ini akan membuat anak tertarik untuk bermain-belajar. Saya juga berusaha untuk tidak memaksa anak untuk melakukan sesuatu tetapi membiarkan anak bermain-belajar berdasarkan imajinasinya.
Gambar 4. Anak Membuat Karya Menggunakan Bahan Loose Parts Saya juga merancang pembelajaran berbasis proyek yaitu melibatkan semua anak dalam membuat sebuah karya dan ketika anak bermain saya memastikan anak tidak bermain sendiri tetapi saya mendampingi anak sambil mengajukan berbagai pertanyaan terbuka untuk menggali pemahaman anak. Pertanyaan terbuka itu juga akan membuat anak terpacu untuk berpikir kristis, sehingga saya dapat melakukan assesmen terhadap capaian perkembangan anak. Disamping itu, pengenalan kosakata bahasa inggrispun tetap saya lakukan.
Gambar 4. Kegiatan Bermain-Belajar Berbasi Proyek
Hal-hal yang saya lakukan baik inovasi diri dan inovatif dalam pembelajaran membuat anak senang untuk datang ke sekolah karena saya tidak memaksa anak untuk melakukan sesuatu berdasarkan kemauan saya melainkan memberi keluasan untuk anak bermain-belajar menggunakan media yang aman dan mudah ditemui, serta pembelajaran yang melibatkan semua anak sehingga mereka tidak hanya mendengar saya berbicara tetapi mereka melakukannya sendiri sedangkan saya sebatas mendampingi sambil mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka kepada anak.
Selain itu penanaman nilai karakter menjadi salah satu faktor penting yang saya tanamkan kepada anak-anak di lembaga saya mengajar dengan memulai kegiatan dengan ibadah pagi serta pengaliran karakter berupa diskusi bersama dimana ada gambar-gambar karakter yang saya tunjukkan dan meminta anak untuk mengemukakan pendapatnya mengenai gambar tersebut dan diakhir kegiatan ini kami akan menarik kesimpulan bersama akan nilai karakter yang perlu untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Saya juga menyempatkan diri untuk mendoakan setiap anak karena menurut saya anak yang saya bimbing tidak secara kebetulan ada tapi karena kehendak Tuhan dan ada tanggungjawab kekal yang perlu saya lakukan sehingga doa menjadi satu kebiasaan yang selalu lakukan, karena tidak ada doa yang sia-sia dihadapan Tuhan, Tuhan akan selalu mendengar doa umatNya. Hal ini memberi dampak yang signifikan kepada diri anak sehingga sering ada tulisan dari anak yang diberikan kepada saya saat acara pelepasan dan juga testimoni dari orang tua anak.
Gambar 5. Salah satu tulisan anak yang diberikan kepada saya saat acara pelepasan sekolah Saya menyadari bahwa menjadi guru tidak hanya karena ijazah, tidak hanya karena rasa tertarik, tidak hanya sekedar untuk mendapat upah, tapi bagaimana seorang guru harus terus belajar, mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat dalam bangku kuliah dan mengintegrasiaknnya dalam pembelajaran, terus berinovasi dan inovatif sehingga perannya menjadi menyenangkan kepada peserta didik khusunya pada anak PAUD yang masih mudah untuk dibentuk menjadi pribadi yang benar-benar siap untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang selanjutnya. Guru PAUD adalah guru yang tidak mudah tapi bukan berarti sangat susah untuk diperankan. Tetaplah belajar, berinovasi, berinovatif agar peran kita sebagai guru menjadi menyenangkan dan peserta didik menjadi bergairah untuk belajar.
Semoga kisah saya dapat menjadi inspirasi bagi rekan guru lainnya yang ada di nusantara.
Salam Sejahtera