Guru masa kini harus unggul dari segi pengetahuan, teknologi, dan tren masa kini. Sebab dulu dan kini sangat jauh berbeda. Jika dahulu guru hanya dimaknai sebagai sumber ilmu maka saat ini berbaga pengetahuan dapat diakses dengan mudah dan bukan tidak mungkin siswa bisa lebih tahu informasi yang sedang ramai dan jadi perbincangan. Oleh karena itu tantangan guru saat ini telah berubah jika saran dan prasaran telah terpenuhi maka tantangan selanjutnya adalah menjadi guru yang dinanti dan diteladani menjadi salah satu wujud dari kompetensi profesional.
Guru inovatif adalah guru pembelajar, karena ia akan terus mencari tahu perkembangan dan strategi apa yang dapat diterapkan pada era 4.0 di mana segala hal yang terlalu biasa akan ditinggalkan. Begitu pun dengan ruang belajar. Jika di beberapa teori pendidikan konvensional mendefinisikan bahwa kegiatan pembelajaran akan terjadi apabila terdapat sebuah ruang atau biasa dikenal dengan kelas, adanya siswa, tenaga pendidik, dan proses pembelajaran berlangsung di dalamnya. Akan tetapi jika kalian pernah menonton film “Beyond the Blackboard” maka sedikit banyak kita akan terinspirasi bahwa kegiatan belajar dan pembelajaran tidak selalu dibatasi oleh ruang segi empat yang disebut kelas. Berbagai ruang yang tenang, bersih dan nyaman selalu bisa digunakan sebagai prasarana terlaksananya pembelajaran. Hal itu nyatanya banyak diminati oleh generasi Z atau sering kita sebut sebagai Gen Z bahkan generasi berikutnya yaitu Generasi Alfa. Mereka yang pada dasarnya sedari dini didik dengan cara berpikir kritis, pada dasarnya lebih menyukai pembelajaran yang aktif dan dinamis.
Berbagai media pembelajaran, strategi dan model pembelajaran terus dikembangkan oleh guru inovatif demi menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Penguasaan media, strategi, dan model pembelajaran selain didapatkan ketika mengikuti diklat sertifikasi guru tetapi juga dapat diperoleh melalui pelatihan guru yang dilaksanakan oleh pihak sekolah maupun pelatihan in house training atau bahkan melalui seminar maupun webinar secara mandiri. Semua hal tersebut adalah upaya dan terobosan besar yang dilakukan oleh guru-guru yang kreatif dan inovatif yang ingin mengajar dengan sepenuh hati.
Selain sarana dan prasarana, mengajar atau mendidik juga penting untuk melibatkan hati. Kata-kata mutiara juga menyebutkan bahwa menjadi seorang guru adalah panggilan jiwa. Jadi, jika berharap bahwa dengan menjadi guru maka akan mencapai puncak finansial yang mengarah pada kekayaan materil tentu itu adalah pemahaman yang keliru. Hal itu dikarenakan mengajar dan mendidik adalah perihal mengabdi pada keilmuan yang didalamnya dibutuhkan banyak kesabaran, ketulusan, kasih sayang, dan keikhlasan. Senada dengan hal tersebut perubahan pola pikir, kemajuan teknologi, dan asimilasi budaya lokal dengan budaya asing tentu menjadi tantangan terbesar bagi seorang guru. Tentang minat, bakat, dan pengetahuan siswa yang semakin beragam, kita selaku guru harus mampu memposisikan diri selama kegiatan pembelajaran. Pola-pola pengajaran konvensional harus dimodifikasi sedemikian rupa disesuaikan dengan perkembangan zaman. Selain itu, pendekatan baik secara personal maupun klasikal juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dan perbedaan pola perilaku siswa di era modern ini. Guru harus dapat menjadi orang tua, sahabat, sekaligus fasilitator baik dalam kegiatan pembelajaran maupun keseharian di sekolah. Oleh karena itu pola pengajaran dan pendidikan yang militan sudah selayaknya ditinggalkan. Pendidikan dan pengajaran harus menyenangkan, aktif, partisipatif, dan membentuk kepribadian yang santun dan berakhlak.
Penyunting: Putra