Profesi guru sama dengan profesi lainnya. Menjadi guru memiliki tantangan dan tekanan tersendiri. Siapa pun bisa mengalami stres karena tekanan. Bahkan menurut penelitian, saat ini tingkat stres yang dialami para guru tergolong lebih tinggi ketimbang pekerjaan lainnya. Banyak sekali faktor penyebab guru mengalami stres. Namun penyebab paling utamanya adalah perilaku siswa, perubahan kurikulum dan perkembangan teknologi. Guru seharusnya memiliki kesehatan mental yang baik. Jika seorang guru kesehatan mentalnya tidak baik maka akan sangat berpengaruh pada performa mengajarnya, sehingga bisa menghambat proses pembelajaran.
Perilaku siswa yang kadang tidak sesuai harapan guru, susah diatur, tidak menghargai guru, bersikap dan berkata-kata yang tidak sopan, adab dan etika sebagai siswa yang sangat kurang, tidak semangat belajar dan tidak memiliki daya juang untuk keberhasilannya. Berbagai masalah siswa tersebut tentu sangat mempengaruhi tingkat stres seorang guru. Seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogis, sosial dan kepribadian yang baik dalam upaya untuk mendidik siswanya. Guru harus bisa melakukan pendekatan yang baik terhadap siswanya. Mencari tahu latar belakang masalah siswa tersebut melalui komunikasi dan diskusi yang efektif bersama orang tua siswa. Guru juga perlu melakukan konsultasi pribadi kepada siswanya dengan pendekatan dan metode yang baik.
Perubahan kurikulum juga sangat berpengaruh terhadap tingkat stres para guru. Perubahan kurikulum dilakukan untuk memastikan bahwa pendidikan yang diberikan tetap relevan dengan tuntutan zaman. Kurikulum harus mengikuti kodrat alam dan kodrat zaman. Kurikulum juga harus memperhatikan keberagaman dan inklusivitas dalam proses belajar mengajar. Guru harus memiliki kompetensi profesional dan pedagogis yang baik untuk memahami isi dan tujuan kurikulum yang baru. Guru juga dituntut mampu mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran. Agar kurikulum baru tidak menambah beban masalah sehingga menimbulkan stres bagi guru, maka sebaiknya para guru bisa mempelajari kurikulum baru tersebut secara bertahap dalam waktu yang efektif, jangan langsung mempelajari semua hal dalam waktu yang relatif singkat. Belajar bersama narasumber ahli melalui pelatihan atau belajar langsung melalui rekan guru yang lebih menguasai tentang kurikulum yang baru bisa menjadi salah satu langkah untuk memulai memahami konsep-konsep baru dalam kurikulum tersebut.
Penggunaan teknologi sebagai media pembelajaran akan membuat proses belajar mengajar menjadi lebih efektif dan efisien. Teknologi dapat mempermudah seorang guru dalam mendapatkan dan menyampaikan materi pelajaran. Teknologi berupa aplikasi digital dapat diintregasikan dalam pembelajaran, sehingga membuatnya lebih menarik dan interaktif bagi para siswa. Perkembangan teknologi menuntut guru untuk memiliki kemampuan beradaptasi, berinovasi, kreatif, dan kritis dalam kegiatan pembelajaran. Guru harus menguasai kompetensi profesional dalam hal penguasaan teknologi di bidang pendidikan. Namun tidak semua guru memiliki kemampuan menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Banyak faktor yang menyebabkan para guru tertinggal dengan rekan guru yang lain dalam mengikuti perkembangan teknologi yang sangat pesat. Jika guru tidak dapat menguasai teknologi, maka proses pembelajaran menjadi kurang maksimal. Hal ini tentu saja menyebabkan guru menjadi tertekan, minder, kurang percaya diri dan stres. Tapi lari dari kenyataan adalah hal yang tidak mungkin dilakukan. Guru harus berusaha dengan kemampuan yang ada memperbaiki diri agar tidak semakin tertinggal jauh di belakang. Mengikuti berbagai pelatihan dan seminar di bidang teknologi adalah salah satu cara yang bisa ditempuh. Pilihlah jenis pelatihan dari level yang paling dasar. Tak perlu merasa malu karena menjadi pemula walau usia tak lagi muda. Setelah mendapatkan keterampilan baru segera implementasikan di dalam pembelajaran, karena teknologi tanpa aksi nyata adalah sia-sia. Setelah cukup mahir tingkatkan lagi levelnya dan pelajari lagi melalui berbagai pelatihan yang berbeda. Jangan lupa ajak rekan anda yang lain agar upaya belajarnya menjadi lebih semangat dan saling berkolaborasi.
Guru itu harus bahagia dan tidak boleh stres. Guru yang bahagia adalah guru yang memiliki keinginan untuk terus belajar, memperbaiki dan meningkatkan kualitas dirinya. Guru yang bahagia akan mencintai siswanya, menjadi teladan, bersungguh-sungguh dan penuh kesabaran dalam mendidik siswanya. Guru akan bahagia jika bisa mengajar dengan ikhlas, tidak suka mengeluh, menghindari lingkungan kerja yang buruk, mempunyai waktu khusus untuk menghibur diri sendiri, mengenakan pakaian favorit dan selalu memberikan afirmasi positif pada diri sendiri. Guru yang bahagia suka bercanda, sering memberikan pembelajaran yang menyenangkan melalui permainan atau game yang mendidik dan senang mendengar keluh kesah atau curahan hati para siswanya. Guru yang bahagia itu selalu ceria, bersikap ramah, selalu berpenampilan menarik, adil dan bijaksana kepada semua siswa, mampu menginspirasi, dan selalu memberikan motivasi terbaik bagi siswanya. Tetaplah berusaha menjadi guru yang bahagia agar para siswa gembira hadir di sekolah dan bersemangat belajar bersama dengan penuh suka cita.
Penyunting: Putra