Kesehatan mental menjadi isu yang sering diperbincangkan pada masa kini. Apa pun profesinya, kesehatan mental menjadi hal penting bagi kelangsungan kehidupan. Orang dengan mental yang sehat dapat menjalankan berbagai aktivitas dengan potensi maksimal, karena ketentraman dan ketenangan jiwanya. Sementara ini kebanyakan orang fokus pada kesehatan fisik, padahal kesehatan mental sama pentingnya. Dalam jiwa yang sehat, terdapat fisik yang kuat.
Salah satu profesi yang memerlukan mental yang sehat dalam menjalani pekerjaannya adalah guru anak usia dini. Profesi ini setiap harinya disibukkan dengan mendidik dan mengasuh anak usia di bawah tujuh tahun. Bukanlah hal mudah membersamai anak-anak kecil yang memiliki keingintahuan besar. Seorang guru anak usia dini tidak hanya perlu sehat dan kuat secara fisik, tetapi juga sehat mental agar dapat maksimal menjalankan tugasnya. Dengan sehatnya fisik dan mental guru anak usia dini, tentu akan dengan mudah mematangkan seluruh aspek perkembangan anak-anak usia dini.
Ada banyak cara untuk menjaga kesehatan mental. Menulis menjadi salah satunya. Mengapa menulis? Hal ini karena telah saya rasakan selama belasan tahun mengajar di PAUD. Kegemaran saya adalah menulis. Awalnya saya tak pernah tahu bahwa kegiatan yang tampak sepele itu memiliki manfaat luar biasa. Setelah menjadi guru, menikah, dan berkeluarga, ternyata beban kehidupan ini tak terasa begitu berat karena rutinitas menulis.
Sebuah Penelitian: Menulis Bisa Menyehatkan!
Seorang psikolog sosial Prof. Dr. James W Pennebaker, melakukan penelitian tentang menulis. Kisah tersebut disampaikan dalam buku Opening Up: The Healing Power of Expressing Emotions. Sebuah buku yang ditulis Pennebaker berdasarkan pengalamannya sebagai peneliti. Buku tersebut membahas bagaimana upaya mengungkapkan segala pengalaman yang tidak mengenakkan dengan kata-kata bisa memengaruhi pemikiran, perasaan, dan kesehatan tubuh seseorang.
Penelitian tersebut meminta beberapa orang untuk menuliskan pengalaman paling menggelisahkan atau traumatis dalam kehidupan. Dituliskan tanpa terlalu memikirkan tata bahasa, ejaan, atau struktur kalimat. Apa yang ditulis bebas sesuai apa yang dialami termasuk apa perasaan terhadap hal yang dialami.
Beberapa hasil penelitian Pennebaker adalah:
Menulis tentang hal-hal yang negatif akan memberikan pelepasan emosional yang membangkitkan rasa puas dan lega.
Orang-orang yang menuliskan pikiran dan perasaan terdalam mereka tentang pengalaman traumatis menunjukkan peningkatan fungsi kekebalan tubuh dibandingkan dengan orang-orang yang menuliskan masalah remeh temeh.
Menulis tentang pikiran dan perasaan terdalam tentang trauma yang mereka alami menghasilkan suasana hati yang lebih baik, pandangan yang lebih positif, dan kesehatan fisik yang lebih baik.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa menulis memiliki beberapa manfaat seperti menjernihkan pikiran, mengatasi trauma, membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru, membantu memecahkan masalah, dan menulis bebas membantu kita ketika kita terpaksa harus menulis.
Bagaimana Cara Memulai Menulis?
Banyak orang tidak menyukai menulis karena khawatir tidak bisa menulis dengan baik. Dalam kaitan dengan menjaga kesehatan mental, kita perlu mengenyahkan perasaan khawatir tersebut. Setelah itu ambilah secarik kertas atau buku dan alat tulis yang nyaman digunakan. Kenapa harus menulis tangan? Menulis dengan tangan meningkatkan aktivitas di bagian otak yang mirip dengan meditasi. Kertas dan pena sudah siap, maka kita hanya perlu menuliskan masalah yang sedang dihadapi. Luapkan emosi terdalam, apa yang dirasakan dan mengapa kita merasakan hal tersebut. Abaikan tata bahasa, ejaan, ataupun struktur kalimat.
Menulislah kapan pun dan di mana pun kita ingin menulis. Beberapa orang memiliki catatan harian atau diary untuk menuliskan pengalaman sehari-hari. Hal itu tanpa disadari cukup membantu dalam meluapkan emosi. Untuk tempat menulis kita dapat sesuaikan dengan situasi. Terkadang sendirian di kamar atau duduk di taman, cari saja tempat yang nyaman.
Lalu apa yang dilakukan setelah menulis? Kita dapat menyimpannya agar suatu saat bisa dibaca lagi, atau memusnahkannya agar hilang bersamaan dengan emosi yang tertuang di dalamnya. Manfaat menulis ini memang tidak bisa dilakukan sekali dua kali. Perlu beberapa kali praktik agar kita dapat merasakan manfaatnya. Orang yang terbiasa menuliskan pengalamannya kelak akan dapat dengan mudah mencerna pengalaman yang rumit, sehingga lebih mudah mengatasi masalahnya.
Bagaimana jika kita sangat kesulitan menulis? Cobalah berbicara dan merekamnya. Setelah itu jika khawatir terdengar orang lain, maka kita bisa menghapus rekaman suara tersebut.
Nah, hasil penelitian yang dipaparkan di atas, telah saya rasakan sendiri. Menjadi guru anak usia dini sejak tahun 2009, saat saya masih kuliah. Kemudian menikah dan memiliki tiga anak dengan tetap mengajar. Seorang guru anak usia dini seperti ringan tugasnya, padahal sungguh berat tanggung jawabnya. Terkadang ada saat saya merasa sangat lelah dan merasakan ‘ketidakwarasan’ karena menghadapi anak yang tantrum atau tidak mengikuti aturan kelas. Namun, atas kehendak-Nya, melalui aktivitas menulis rutin, saya bisa menjaga mental untuk tetap sehat saat membersamai anak-anak. Selain itu seringkali saya menemukan solusi untuk masalah di kelas saat menulis. Jadi, selamat hari guru dan mulailah menulis untuk menjaga kesehatan mental! (AN)
Referensi:
Hernowo. 2016. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Mizan Pustaka
Penyunting: Putra