[Yogyakarta, 4 Desember 2025] — GuruInovatif.id kembali menggelar webinar bertema pendidikan inovatif yang relevan dengan realitas para guru saat ini. Pada kesempatan ini, topik yang diangkat adalah “Menyelami Keberagaman Siswa sebagai Fondasi Pembelajaran Berdiferensiasi.” Sesi ini dipandu oleh Dhiaulhaq A.P., S.Psi., C.CTr., salah satu trainer berpengalaman di GuruInovatif.id yang telah mendampingi banyak pendidik dalam menerapkan strategi belajar yang berpusat pada peserta didik.
Ulhaq membuka sesi dengan sebuah pertanyaan pemantik: “Apakah diferensiasi berarti membuat materi yang berbeda untuk setiap siswa?” Sebagian peserta menilai bahwa jawabannya adalah ya. Namun, Ulhaq meluruskan persepsi tersebut. Ia menegaskan bahwa pembelajaran berdiferensiasi tidak mengharuskan guru membuat materi yang berbeda-beda untuk tiap anak. Inti dari diferensiasi terletak pada penyampaian dan metode belajar yang bervariasi, bukan pada pembuatan materi khusus untuk masing-masing siswa.
Dengan kata lain, semua siswa tetap menerima materi inti yang sama, tetapi guru memberikan pilihan cara belajar atau strategi penyampaian yang disesuaikan dengan keberagaman kebutuhan, minat, dan profil belajar mereka. Pendekatan inilah yang membuat pembelajaran menjadi lebih inklusif, efektif, dan menyentuh setiap individu di kelas.
Mengenali Keragaman Siswa sebagai Dasar Diferensiasi
Ulhaq mengajak para pendidik untuk lebih mengenal keragaman yang hadir di dalam kelas. Menurutnya, memahami perbedaan setiap siswa bukan hanya langkah awal, tetapi juga fondasi penting agar guru dapat mengenali potensi unik mereka serta menentukan metode pembelajaran yang paling sesuai. Setiap anak memiliki cara terbaiknya sendiri dalam belajar. Karena itu, keberagaman seharusnya tidak dilihat sebagai tantangan, melainkan sebagai peluang bagi guru untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih kaya dan bermakna.
Guru masa kini dituntut untuk mampu mengakomodasi kebutuhan individual siswa, memberikan tantangan yang tepat sesuai tingkat perkembangan mereka, serta menumbuhkan rasa percaya diri dan motivasi agar prestasi belajar semakin meningkat. Melalui pendekatan ini, siswa bukan hanya berkembang secara akademis, tetapi juga terbentuk karakter sosial dan emosionalnya.
Baca juga:
GI Class #156 | Implementasi Kurikulum Adaptif Berbasis Inklusif dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Bermakna
Penerapan pembelajaran diferensiasi turut berperan dalam menciptakan kelas yang inklusif dan fleksibel. Melalui pendekatan ini, guru menghadirkan pengalaman belajar yang adil bagi setiap siswa. Dalam sebuah kelas yang inklusif, ada tiga unsur penting yang harus terwujud:
Aman — Kehadiran guru secara fisik dan emosional memberikan rasa percaya bagi siswa. Dalam suasana yang aman, siswa lebih siap mengeksplorasi potensi dan bakat mereka.
Fleksibel — Mayoritas siswa saat ini berasal dari generasi Z dan Alpha yang memiliki karakter unik serta dibesarkan dalam lingkungan yang kaya informasi. Karena itu, guru perlu lebih adaptif dalam merespons perilaku, minat, dan gaya belajar mereka.
Humanis — Siswa masa kini membutuhkan interaksi yang berlandaskan empati. Mereka ingin merasa didengarkan, dihargai, dan diperlakukan sebagai individu yang bermakna.
Ketika ketiga unsur ini terwujud, setiap siswa memiliki ruang untuk bersinar dengan cara mereka masing-masing. Mereka tumbuh sebagai pembelajar yang percaya diri, kreatif, dan mampu berkembang sesuai potensi terbaiknya.
Kerangka Pembelajaran Berdiferensiasi untuk Guru dan Siswa
Ulhaq menjelaskan bahwa kerangka pembelajaran berdiferensiasi menurut Tomlinson terdiri dari dua bagian utama: aspek yang perlu diperhatikan oleh guru dan aspek yang berfokus pada karakteristik siswa. Kedua bagian ini saling berkaitan dan menjadi fondasi untuk menciptakan pengalaman belajar yang adil, efektif, dan sesuai kebutuhan setiap peserta didik.
Aspek pembelajaran berdiferensiasi bagi guru
Dari sisi pendidik, terdapat tiga aspek penting yang perlu dirancang dengan cermat:
Konten
Materi atau bahan ajar yang akan dipelajari siswa. Guru perlu memastikan konten relevan dan dapat diakses oleh seluruh peserta didik dengan beragam kemampuan.
Proses
Rangkaian kegiatan belajar yang dirancang untuk membantu siswa memahami konten. Proses ini bisa berbeda-beda untuk setiap kelompok atau individu, menyesuaikan kebutuhan mereka.
Produk
Hasil akhir yang menunjukkan sejauh mana siswa memahami materi. Produk dapat berupa presentasi, proyek, tulisan, atau bentuk lain sesuai gaya belajar siswa.
Ketiga aspek ini memastikan bahwa guru tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga menyiapkan jalur belajar yang fleksibel bagi setiap siswa.

Aspek pembelajaran berdiferensiasi bagi siswa
Sementara itu, dari perspektif siswa, terdapat tiga aspek utama yang membantu guru memahami keberagaman peserta didik:
Kesiapan belajar
Mencakup kemampuan awal, tempo belajar, serta gap pengetahuan yang dimiliki siswa sebelum memulai pembelajaran.
Minat
Hal-hal yang disukai siswa, termasuk tujuan personal yang ingin mereka capai selama belajar.
Profil belajar
Gaya belajar, latar budaya, serta karakter kepribadian yang memengaruhi cara siswa menerima dan mengolah informasi.
Ketiga aspek ini membantu guru merancang strategi pembelajaran yang benar-benar sesuai kebutuhan setiap peserta didik.
Baca juga:
Dari Puing ke Peluang, Program CSR Pendidikan untuk Anak Terdampak Bencana
Enam aspek—tiga dari sisi guru dan tiga dari sisi siswa—membangun kerangka kokoh pembelajaran berdiferensiasi yang digunakan di seluruh dunia. Di Indonesia, prinsip-prinsip ini pun telah terintegrasi dalam kurikulum pendidikan.
Pada akhirnya, tujuan utama pembelajaran berdiferensiasi adalah menciptakan pengalaman belajar yang adil serta memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh siswa untuk berkembang sesuai potensinya.
Mengelola Tantangan Diferensiasi
Dalam sesi pemaparannya, Ulhaq menjelaskan bahwa penerapan pembelajaran berdiferensiasi memang tidak lepas dari tantangan. Namun, tantangan tersebut dapat dikelola dengan strategi yang tepat, baik melalui peningkatan kapasitas guru maupun dukungan dari pihak sekolah.
1. Meningkatkan kapasitas guru
Peran guru saat ini tidak lagi sebatas menyampaikan materi ajar. Guru juga perlu terus mengembangkan kompetensinya agar mampu mengakomodasi keberagaman kebutuhan belajar siswa. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
Membangun budaya refleksi diri serta menjaga semangat belajar berkelanjutan.
Membentuk komunitas belajar kecil berisi 4–6 guru untuk melakukan refleksi mingguan.
Menyelenggarakan peer observation, co-teaching, atau sesi coaching minimal satu kali setiap bulan.
Menyediakan variasi media pembelajaran dan opsi penyelesaian tugas agar sesuai dengan kebutuhan siswa yang berbeda-beda.
Dengan konsistensi dalam pengembangan diri, guru akan lebih siap menghadapi dinamika kelas dan memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna.
2. Dukungan sekolah sebagai penguat
Selain upaya pribadi, guru juga membutuhkan dukungan struktural dari sekolah agar pembelajaran berdiferensiasi dapat berjalan optimal. Dukungan yang dimaksud mencakup:
Pemberian apresiasi dan pengakuan atas kinerja guru.
Penyediaan fasilitas belajar yang lebih inklusif dan adaptif.
Alokasi anggaran khusus untuk mendukung proses pembelajaran yang beragam.
Penetapan jam kolaborasi guru secara resmi dalam jadwal sekolah.
Lingkungan sekolah yang suportif akan mendorong guru lebih percaya diri, termotivasi, dan berdaya dalam menerapkan praktik diferensiasi.
Ulhaq juga menambahkan berbagai strategi lain yang dapat membantu guru menyelenggarakan pembelajaran berdiferensiasi secara maksimal. Penasaran dengan penjelasan lengkapnya? Anda dapat menyimaknya dalam tayangan ulang webinar melalui tautan berikut.
Tahukah Anda? GuruInovatif.id kini menyediakan perangkat asesmen untuk membantu sekolah mengidentifikasi profil siswa. Data ini dapat dimanfaatkan untuk merancang rencana belajar yang lebih inklusif serta memilih metode pembelajaran yang paling sesuai dengan keberagaman siswa di kelas Anda.

Klik disini untuk akses asesmen dari GuruInovatif.id
Penulis: Eka | Penyunting: Putra