Mengajar adalah hal yang mulia. Begitupula ilmu akan lebih bermanfaat jika diamalkan. Alhamdulillah, saya diberi kesemapatan oleh Allah untuk mengambil peran sebagai Guru. Tentu hal tersebut tidak mudah. Sambil menjalani, sambil belajar untuk menemukan jalan keluar agar langkah selanjutnya terasa lebih mudah.
Saat ini saya mengajar di sekolah dasar swasta berbasis Islam. Dalam mengambil suatu peran keprofesian, tentunya ada resiko tertentu yang harus dihadapi bahkan terkadang dengan yang diluar perhitungan kita sebagaimana yang telah dipelajari. Oleh karena itu sebagai guru di era globalisasi industri 4.0, diharapkan bisa beradaptasi sesuai perkembangan zaman yang sekarang. Namun, tidak menutup kemungkinan kita masih bisa mengambil sisi positif dari sistem edukasi di era sebelumnya sebagai sumber referensi yang relevan untuk digunakan saat ini.
Tantangan saya sebagai guru di SD cukup banyak. Terlebih lagi untuk sekolah agama yang pembagian alokasi waktu pembelajaran umumnya masih sedikit. Meskipun begitu saya tidak mau menjadikan hal tersebut kendala besar. Bagaimanapun saya harus mencari strategi agar pembelajaran agama dan umumnya dapat berjalan lancar.
Seperti yang telah diketahui, di era globalisasi ini sistem edukasi kini yaitu berpusat pada pengembangan potensi murid. Dalam hal ini, baik guru dan murid dituntut lebih kreatif dan inovatif. Tidak seperti kebanyakan kurikulum lama, disini murid diajak dan diarahkan untuk men-challenge inovasinya dalam pembelajaran yang sudah dipelajari. Guru pun mengerahkan berbagai alternatif metode agar bisa memacu potensi dan kepercayaan diri anak. Salah satu metode yang saya terapkan saat mengajar adalah metode presentasi dengan media pop-up.
Pilihan saya untuk menerapkan media pop-up yaitu agar merangsang kreativitas para siswa untuk menyajikan pemahamannya akan pelajaran yang diperoleh dari penjelasan guru maupun dari buku yang dipelajari. Dalam hal ini pula, siswa juga bisa berkolaborasi dengan temannya merancang media dan diharapkan antar siswa yang satu dengan yang lain bisa saling melengkapi dengan potensi masing-masing yang dimiliki. Sebagai contoh, ada siswa yang bakatnya dominan di public speaking, ada yang berbakat menggambar, ada yang pandai mengorganisir, dan ada pula yang lihai menulis, yang kemudian siswa-siswa tersebut dihimpun menjadi suatu kelompok untuk bekerjasama saling melengkapi sesuai potensi yang dimiliki.