DONGENG SEBAGAI STRATEGI PERBAIKAN LITERASI PADA SISWA SEKOLAH DASAR - Guruinovatif.id

Diterbitkan 15 Nov 2021

DONGENG SEBAGAI STRATEGI PERBAIKAN LITERASI PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Keringnya wawasan yang dimiliki kaum milenial mengakibatkan kondisi literasi di Indonesia menduduki peringkat 73 dari 79 negara berdasarkan skor Programme for International Student Assessment (PISA) 2018. Capaian peringkat tersebut dalam penilaian PISA selalu konstan sejak keikutsertaan Indonesia dalam penilaian dari tahun 2000 sampai 2018. Dengan hasil yang konsisten berada di peringkat bawah membawa konsekuensi pemikiran bahwa kualitas pendidikan Indonesia tidak sesuai dengan standar masyarakat global dan berada di bawah negara-negara lain di dunia, sehingga perlu adanya gebrakan baru untuk memperbaiki peringkat tersebut. Oleh karena itu, untuk meningkatkan minat baca sedari dini perlu diterapkan agar menjadi suatu kebiasaan hingga dewasa nanti.

Cerita Guru

4838x
Bagikan

Keringnya wawasan yang dimiliki kaum milenial mengakibatkan kondisi literasi di Indonesia menduduki peringkat 73 dari 79 negara berdasarkan skor Programme for International Student Assessment (PISA) 2018. Capaian peringkat tersebut dalam penilaian PISA selalu konstan sejak keikutsertaan Indonesia dalam penilaian dari tahun 2000 sampai 2018. Dengan hasil yang konsisten berada di peringkat bawah membawa konsekuensi pemikiran bahwa kualitas pendidikan Indonesia tidak sesuai dengan standar masyarakat global dan berada di bawah negara-negara lain di dunia, sehingga perlu adanya gebrakan baru untuk memperbaiki peringkat tersebut. Oleh karena itu, untuk meningkatkan minat baca sedari dini perlu diterapkan agar menjadi suatu kebiasaan hingga dewasa nanti.

Kebiasaan adalah perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang tanpa adanya unsur paksaan, tentunya kebiasaan  bukanlah sesuatu yang alamiah dalam diri manusia tetapi hasil proses belajar, pengaruh pengalaman, dan keadaan lingkungan sekitar. Dengan begitu, kegiatan minat baca yang dilakukan sejak kecil akan melekat hingga dewasa nanti. Salah satu kegiatan untuk meningkatkan minat baca khususnya di kalangan anak-anak yaitu melalui kegiatan mendongeng. 

Mendongeng merupakan salah satu bentuk edukasi dan tahap awal pengenalan dunia literasi pada anak. Salah satu jenis dongeng yang dapat digunakan adalah dengan cerita rakyat. Cerita rakyat umumnya mengandung nilai-nilai kehidupan yang membangkitkan daya imajinasi anak. Sehingga, mereka dapat mengembangkan kreativitas dan kecerdasannya. Selain itu, dongeng dapat berperan sebagai bekal literasi mereka sebelum memasuki usia sekolah dasar. Temuan hasil penelitian dari Nova, dkk (2019) menunjukkan bahwa dongeng yang dimodifikasi dengan metode taman baca Gubug Literasi dapat meningkatkan minat baca ilmu pengetahuan dan hiburan anak-anak di kelurahan Kuningan. Program Gubug Literasi merupakan suatu aktivitas berupa kegiatan pembelajaran dalam suatu lingkungan yang bertujuan untuk membuat anak-anak memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk dapat bersaing di era global. Program Gubug Literasi sebagai perpustakaan ini diisi dengan buku cerita nusantara, buku jari matematika, buku belajar menulis, buku belajar membaca, buku daily activities english, buku aksara Jawa, buku ilmu pengetahuan alam, dan majalah-majalah anak. Dengan demikian, media dongeng yang dapat digunakan tidak hanya buku-buku fiksi dan mengandung nilai kehidupan saja, tetapi bisa menggunakan buku nonfiksi.

Lain halnya dengan gubug literasi, Dongeng Anak dan Remaja Keliling (DARLING) yang juga disebut kegiatan mendongeng sebagai program meningkatkan minat baca juga diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jawa Timur (Ardi, 2020). Hasil penelitian DARLING di kota Surabaya menyebut ada tiga tingkat keefektifan dongeng. Pertama, DARLING dapat meningkatkan minat baca pelajar di kota Surabaya dan program itu masih berjalan hingga sekarang. Keberhasilan program DARLING dapat dilihat dari aspek pencapaian tujuan yaitu dapat memenuhi target, baik waktu maupun sasaran. Kedua, dari segi integrasi, dinas terkait berhasil melaksanakan sosialisasi dan koordinasi dengan mitra dan lembaga pendidikan di Surabaya. Ketiga, dari aspek adaptasi, panitia DARLING dapat mengubah konsep DARLING di masa pandemi menjadi dongeng virtual dengan metode daring. 

Penyajian Dongeng dan Manfaatnya

Berdasarkan dua temuan studi di atas, ada baiknya jika metode mendongeng juga diperuntukkan bagi siswa kelas 1-3 Sekolah Dasar (SD) sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan minat baca pada siswa. Hal ini diperkuat dengan hasil studi yang dikemukakan oleh Anindyarini, dkk (2019) menyebut bahwa kegiatan dongeng tidak hanya sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan audio.

Sejalan dengan data di atas, temuan penelitian pada SD di Jawa Timur menyebut ada empat cara penyajian dongeng. Pertama, siswa membaca dongeng secara langsung. Kedua, guru mendongeng dengan media wayang kertas yang telah disediakan dalam bahan ajar. Ketiga, menggunakan permainan yang mewajibkan siswa menceritakan dongeng secara lisan. Keempat, siswa menuliskan isi dongeng berdasarkan gambar. Cara penyajian ini sesuai dengan empat aspek keterampilan berbahasa yaitu membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Dengan begitu dongeng dapat memicu kekuatan berpikir, menciptakan kebangkitan visual, mengaitkan kata-kata dengan gambar, dan memupuk pengertian terhadap orang lain.

Peran Guru dalam Mengembangkan Kemampuan Mendongeng

Bagaimana optimalisasi peran guru untuk meningkatkan minat baca siswa melalui kemampuan mendongeng? jawabannya melalui tahap pembiasaan. Tahap pembiasaan di sini melalui lima cara. 

  1. Menumbuhkan minat baca siswa melalui motivasi belajar dan pengaruh minat baca agar gemar membaca
  2. Memilih materi yang menarik sesuai dengan tingkat sekolah siswa
  3. Memilih jenis buku cerita yang mengandung pesan moral
  4. Mengkondisikan suasana yang nyaman untuk siswa berliterasi
  5. Melakukan keempat cara di atas dengan konsisten agar terbiasa.

Cara Mendongeng yang Efektif

Menurut Aspar, dkk (2020) ada beberapa cara untuk mengembangkan kemampuan mendongeng secara efektif. 

1. Mempersiapkan Cerita/Dongeng

Siapkan cerita yang akan disampaikan, bisa melalui karangan sendiri atau menggunakan karya orang lain. Dongeng/cerita yang disarankan yaitu:

  • Mudah dikuasai
  • Dapat menghibur dan memikat perhatian siswa
  • Dapat mengembangkan imajinasi siswa
  • Edukatif/mendidik

 

2. Menyampaikan Pesan Moral 

Idealnya dalam mendongeng selalu menyampaikan nasihat-nasihat yang ada dalam cerita. Dengan begitu, guru dapat menjelaskan mana hal yang baik sebagai contoh dan yang buruk untuk tidak dilakukan siswa. 

 

3. Menyukai dan Menyayangi Siswa

Pastikan bahwa guru menyukai dan menyayangi siswa. Tanpa hal ini mustahil jika guru dapat mendongeng dengan baik. Sebab, jika guru sendiri kurang menyukai dan menyayangi siswa, tidak mungkin guru dapat bersabar dan santun dalam menyampaikan cerita atau dongeng kepada siswa.

 

4. Mendalami dan Menghayati Dongeng

Sebelum menyampaikan dongeng kepada siswa, terlebih dahulu agar guru dapat mendalami dan menghayati cerita. Dengan mendalami dan menghayati cerita, guru akan dapat lebih hidup dalam menyampaikan alur-alur cerita dan lebih ekspresif dalam bertutur kata.

 

5. Menggunakan Kata-kata yang Mudah Dipahami Siswa

Guru tidak mungkin menggunakan kata-kata yang sulit dipahami oleh siswa dalam mendongeng. Misalnya saja, guru menggunakan kata ‘biografi’, ‘profesi’, ‘kompensasi’, dan lain sebagainya. Lebih sangat tidak mungkin lagi jika guru mendongeng di depan siswa berkebangsaan lain menggunakan bahasa Indonesia, demikian pula sebaliknya.

 

6. Menggunakan Karakter Suara yang Sesuai dengan Tokoh-tokoh Cerita

Karakter suara pada setiap tokoh tentunya harus berbeda dan sesuai dengan karakter tokoh masing-masing. Sebab jika tidak, guru tidak akan berhasil menyampaikan dongeng dengan baik. Misalnya, untuk memperagakan tokoh nenek sihir yang jahat tidak mungkin guru menggunakan karakter suara yang halus dan lemah lembut bak seorang peri yang baik hati.

 

7. Menggunakan Alat Peraga

Siswa biasanya akan tertarik, jika guru mendongeng menggunakan alat peraga/properti. Alat peraga bisa saja berupa sebuah boneka atau benda-benda lain. Guru dapat membuat anak-anak tertarik dengan gerakan-gerakan ekspresif, enerjik, dan jenaka.

 

8. Menggunakan Ilustrasi Musik dan Efek-efek Suara

Dongeng yang guru ceritakan akan menjadi lebih hidup bila diiringi dengan musik ilustrasi dan efek suara. Hal ini akan semakin mempermudah siswa berimajinasi dan terbawa emosinya.

Besar harapan dengan metode dongeng yang baik dan dilakukan oleh guru dapat menaikkan minat literasi pada siswa. Sebab, kebiasaan membaca atau kegiatan literasi lain  tidak terbentuk tiba-tiba dan harus dipupuk sejak dini. 

Referensi:

Anindyarini, Atikah., Sumarwati, dkk. 2019. “STRATEGI MENGHIDUPKAN BUDAYA LITERASI MELALUI DONGENG.” Prosiding Seminar Pengabdian Masyarakat II, Universitas Slamet Riyadi. 

Aspar, Muhammad., Mujtaba, Imam., dkk. 2020. “Efektivitas Implementasi Mendongeng Terhadap Literasi Bagi Anak Usia Sekolah Dasar.” Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ. Tersedia dalam http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaskat

Hewi, La., Shaleh, Muh. 2020. “Refleksi Hasil PISA (The Programme For International Student Assessment): Upaya Perbaikan Bertumpu Pada Pendidikan Anak Usia Dini).” Jurnal Golden Age, Universitas Hamzanwadi, 4(1): 30-41. 

Kharizmi, Muhammad. 2015. “KESULITAN SISWA SEKOLAH DASAR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI.” JUPENDAS, 2(2): 11-21. 

Nova, Doni Dwi., Efendi, Muhammad Arif., dkk. 2019. “Gubug Literasi, Dongeng Nusantara, Kerajinan Flanel dan Makram: Strategi Aplikatif Edukasi Anak.” Jurnal Bina Desa, 1(1). Tersedia dalam https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jurnalbinadesa/article/view/18520 

Purnomo, Ardi. 2020. Efektivitas Program Dongeng Anak Dan Remaja Keliling (Darling) Dalam Meningkatkan Minat Baca Pelajar Di Kota Surabaya. Skripsi, Universitas Airlangga. Tersedia dalam https://repository.unair.ac.id/107675/

Saidah, Krimatus., Damariswara, Rian., dkk. 2019. “Pengembangan Bahan Ajar Materi Dongeng Berbasis Kearifan Lokal Jawa Timur Bagi Siswa Kelas III SD.” Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran, 9(1): 73-81. Tersedia dalam http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/PE 

Suarta, I Made. 2020. “PERANAN DONGENG LOKAL DALAM MEMPERKAYA LITERASI NASIONAL.” Seminar Nasional “Penanaman Nilai-nilai Pendidikan melalui Seni Budaya Nusantara”. Tersedia dalam http://repo.mahadewa.ac.id/id/eprint/1282/ 

Wijaya, Rama A., Mulyati, Yeti. 2018. “SASTRA DONGENG DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN (Studi Analisis Deskriptif di Sekolah Dasar Kelas 1 Kota Bandung).” Deiksis: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 5(5): 45-55.

Zati, Vidya Dwi Amaia. 2018. “Upaya untuk Meningkatkan Minat Literasi Anak Usia Dini.” Jurnal Bunga Rampai Usia Emas, 4(1): 18-21.

 

Penulis: Annisa Fitriani

Editor: Muhammad Zakwan

 

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

LITERASI DIGITAL MENINGKATKAN MUTU & KUALITAS PENDIDIKAN
5 min
Kisah saya sebagai Guru di Indonesia
6 min
Masa Lalu Membentuk-Ku menjadi Guru
Ketika Dua Amanah Datang Bersamaan

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar