Webinar Nasional | PBL, PjBL, Kreativitas, dan Critical Thinking sebagai Fondasi Inovasi Pembelajaran STEM - Guruinovatif.id

Diterbitkan 23 Okt 2025

Webinar Nasional | PBL, PjBL, Kreativitas, dan Critical Thinking sebagai Fondasi Inovasi Pembelajaran STEM

GuruInovatif.id menghadirkan inovasi pembelajaran STEM melalui webinar nasional berjenjang. Kolaborasi guru, orang tua, dan industri menjadi kunci mewujudkan pembelajaran abad ke-21 yang kreatif, kontekstual, dan berorientasi masa depan.

Pelatihan Guru

Event Guru Inovatif

Kunjungi Profile
103x
Bagikan

[Yogyakarta, 8–10 Oktober 2025] Semangat inovasi terus dikembangkan oleh tim GuruInovatif.id. Memasuki bulan Oktober, penyelenggaraan webinar nasional hadir dengan format baru yang menyesuaikan kebutuhan pendidik di setiap jenjang pendidikan.

Langkah ini menjadi bagian dari komitmen GuruInovatif.id untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih relevan dan aplikatif bagi para pendidik di setiap tingkatan. Melalui pendekatan tematik dan jenjang yang lebih spesifik, peserta diharapkan dapat memahami materi secara lebih mendalam dan kontekstual sesuai kebutuhan mengajar mereka.

Pada kesempatan kali ini, webinar nasional mengangkat topik “PBL, PjBL, Kreativitas, dan Critical Thinking sebagai Fondasi Inovasi Pembelajaran STEM.” Topik ini dipilih untuk memperkuat pemahaman guru terhadap penerapan pembelajaran berbasis STEM yang menekankan pada kreativitas, kolaborasi, dan berpikir kritis di kelas.

Tiga narasumber dihadirkan untuk membagikan pengalaman dan praktik terbaik sesuai jenjang pendidikan masing-masing:

  • Rachmah Safitri, S.Pd. – untuk guru jenjang TK & SD/sederajat

  • Noralia Purwa Yunita, M.Pd. – untuk guru jenjang SMP/sederajat

  • Oktina Utami, M.Pd. – untuk guru jenjang SMA/K/sederajat

Dengan menghadirkan para ahli di bidangnya, GuruInovatif.id berharap kegiatan ini tidak hanya memperluas wawasan para guru mengenai implementasi STEM, tetapi juga menginspirasi mereka untuk terus berinovasi dalam proses pembelajaran di sekolah.

Mengenal Dasar Pendekatan Pembelajaran STEM

Rachmah membuka pemaparannya dengan menjelaskan bahwa STEM merupakan akronim dari Science, Technology, Engineering, and Mathematics. Pendekatan pembelajaran ini mengintegrasikan empat disiplin ilmu tersebut menjadi satu kesatuan utuh, sehingga proses belajar tidak lagi terpisah antar mata pelajaran, melainkan saling melengkapi.

Menurut Rachmah, pembelajaran berbasis STEM diyakini mampu membuat proses belajar menjadi lebih bermakna, relevan, dan kontekstual, karena siswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga menerapkannya dalam situasi kehidupan nyata.

Prinsip dasar STEM

Lebih lanjut, Rachmah menjelaskan bahwa ada empat prinsip utama yang menjadi fondasi dalam penerapan pembelajaran STEM:

  • Aman dan suportif — lingkungan belajar harus membuat siswa merasa nyaman untuk berekspresi dan mengemukakan ide tanpa takut melakukan kesalahan.

  • Interaktif dan kolaboratif — pembelajaran mendorong kerja sama, diskusi, dan pertukaran gagasan antarsiswa.

  • Terbuka dan fleksibel — guru memberi ruang bagi eksplorasi, kreativitas, dan berbagai pendekatan belajar yang berbeda.

  • Kontekstual — setiap pembelajaran dihubungkan dengan kehidupan nyata agar siswa memahami manfaat dan aplikasinya secara langsung.

GI Class #148 | STEM sebagai Kerangka Pembelajaran Mendalam melalui PBL, Kreativitas, Kolaborasi, dan Digitalisasi

Selain itu, Rachmah juga menyoroti pentingnya desain lingkungan pembelajaran dalam penerapan STEM. Desain ini terbagi menjadi dua aspek utama:

  • Desain lingkungan sosial dan emosional — meliputi budaya bertanya, menghargai ide, membangun kolaborasi, serta menumbuhkan kemandirian belajar.

  • Desain lingkungan digital — mencakup pemanfaatan teknologi interaktif seperti aplikasi eksperimen virtual, simulasi sains, koding, hingga desain digital.

Bentuk kemitraaan dalam menjalankan STEM

Rachmah menegaskan bahwa keberhasilan pembelajaran STEM tidak bisa dilakukan oleh guru semata. Diperlukan kemitraan antara berbagai pihak—guru, siswa, orang tua, komunitas, dunia industri, hingga perguruan tinggi—untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermakna dan kontekstual.

Kolaborasi tersebut kini bahkan menjadi bagian dari rancangan pembelajaran mendalam (deep learning), karena dapat membantu pendidik mencapai tujuan belajar sekaligus memberikan pengalaman nyata bagi siswa.

Beberapa bentuk kemitraan yang direkomendasikan antara lain:

  • Kemitraan dengan orang tua dan masyarakat: Mengundang orang tua atau tokoh masyarakat yang bekerja di bidang sains dan teknologi untuk berbagi pengalaman.

  • Kemitraan dengan perguruan tinggi: Menyelenggarakan pelatihan guru atau kunjungan laboratorium agar pendidik memahami perkembangan ilmu terkini.

  • Kemitraan dengan dunia industri dan profesional: Mengadakan program magang singkat, kunjungan industri, atau studi lapangan untuk memperluas wawasan siswa.

  • Kemitraan dengan lembaga pemerintah atau komunitas STEM: Berkolaborasi dalam kegiatan seperti lomba sains, pameran teknologi, atau program literasi digital.

Melalui penerapan prinsip dan kemitraan tersebut, Rachmah berharap pembelajaran STEM dapat benar-benar menjadi sarana untuk membangun keterampilan abad ke-21—kreativitas, kolaborasi, pemecahan masalah, dan berpikir kritis—yang dibutuhkan siswa untuk menghadapi masa depan.

Baca juga:
Pembelajaran Kontekstual: Strategi Guru Mengubah Pelajaran Abstrak Jadi Pengalaman Nyata di Kelas

Mengapa Pembelajaran STEM Penting dalam Pendidikan Era Abad 21

Melalui pendekatan STEM, siswa diajak memahami bagaimana konsep, prinsip, dan teknik dari keempat bidang tersebut saling berkaitan dalam mengembangkan berbagai produk, proses, dan sistem yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.

Pendekatan STEM selaras dengan prinsip pembelajaran mendalam (deep learning) yang saat ini tengah digencarkan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Pembelajaran mendalam mendorong siswa agar mampu menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan bidang keilmuan lain secara kontekstual.

Sebagai contoh, dalam pelajaran Seni Rupa, ketika siswa menggambar menggunakan cat, mereka tidak hanya belajar tentang teknik seni, tetapi juga dapat menelaah dari sisi sains — seperti memahami bahan dasar cat, serta mengidentifikasi apakah cat termasuk larutan, campuran, atau koloid. Dengan demikian, siswa belajar mengintegrasikan konsep seni dan sains dalam satu proses berpikir yang utuh.

Noralia menegaskan bahwa pendekatan STEM penting tidak hanya untuk memperkaya wawasan, tetapi juga karena memiliki peran strategis bagi masa depan pendidikan. Ia merangkum manfaat pembelajaran STEM sebagai berikut:

  • Menjadi jembatan dalam transformasi proses pendidikan;

  • Menjawab tantangan kemajuan teknologi;

  • Menjadi kunci utama dalam inovasi dan perkembangan bangsa;

  • Berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat;

  • Mendorong pengembangan sumber daya manusia (SDM) unggul; serta

  • Meningkatkan kemampuan berpikir ilmiah dan pemahaman saintifik siswa.

GI Class #149 | STEM sebagai Kerangka Pembelajaran Mendalam melalui PjBL, Kontekstualitas, Kolaborasi, dan Digitalisasi

Keunggulan metode STEM

Lebih lanjut, Noralia menjelaskan sejumlah kelebihan metode STEM dalam proses belajar mengajar. Pendekatan ini tidak hanya mengajarkan pengetahuan faktual, tetapi juga membentuk cara berpikir yang lebih reflektif dan analitis. Beberapa keunggulannya antara lain:

  • Menanamkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills).

  • Berfokus pada pemecahan masalah dunia nyata (real-world problem solving).

  • Mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu secara multidisiplin.

  • Mendorong kreativitas dan inovasi siswa.

  • Membentuk sumber daya manusia yang bernalar logis, sistematis, dan adaptif terhadap perubahan.

Di akhir pemaparannya, Noralia menegaskan bahwa metode pembelajaran STEM sangat relevan dengan prinsip pembelajaran mendalam serta delapan dimensi Profil Pelajar Pancasila, karena keduanya sama-sama menekankan kolaborasi, kreativitas, dan berpikir kritis sebagai bekal utama menghadapi tantangan abad ke-21.

Baca juga: Membangun Generasi Inovatif dari Ruang Kelas Sederhana Melalui Kolaborasi CSR dan Ketulusan Guru

Peran Multipihak dalam Mendukung Pembelajaran STEM

Melanjutkan pemaparan dari Rachmah, narasumber berikutnya — Oktina Utami, M.Pd. — turut menekankan pentingnya kolaborasi lintas pihak dalam mewujudkan kesuksesan pembelajaran berbasis STEM. Menurutnya, penerapan STEM tidak bisa berdiri sendiri di ruang kelas. Diperlukan sinergi antara guru, orang tua, masyarakat, dan dunia industri agar proses belajar menjadi lebih kontekstual, relevan, dan bermakna bagi siswa.

Oktina kemudian menguraikan peran masing-masing pihak yang dapat berkontribusi secara aktif dalam mendukung pembelajaran STEM:

1. Guru sebagai koordinator dan fasilitator pembelajaran lintas pihak

Sebagai garda terdepan, guru berperan sebagai penghubung antara berbagai pihak yang terlibat dalam proses belajar. Oktina mencontohkan beberapa bentuk peran guru dalam konteks ini, seperti:

  • Merancang proyek berbasis masalah lokal agar siswa dapat belajar dari isu nyata di sekitar mereka.

  • Menyusun rencana kolaborasi bersama orang tua dan masyarakat sejak awal semester.

  • Mengundang praktisi atau ahli lapangan sebagai narasumber pendamping.

  • Mendorong siswa untuk mempresentasikan hasil proyek di hadapan masyarakat sebagai bentuk apresiasi dan tanggung jawab sosial.

Sebagai contoh, guru IPA dapat berkolaborasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dalam proyek “Eco-School Challenge” yang menumbuhkan kesadaran lingkungan sekaligus melatih keterampilan berpikir kritis dan kolaboratif siswa.

GI Class #150 | STEM sebagai Kerangka Pembelajaran Mendalam melalui PjBL, Critical Thinking, Kolaborasi, dan Digitalisasi

2. Orang tua sebagai mitra pendukung dan pembimbing karakter

Oktina juga menekankan pentingnya peran orang tua dalam mendampingi anak selama proses belajar berbasis proyek. Orang tua bukan hanya penyedia dukungan moral, tetapi juga mitra aktif dalam membangun karakter dan rasa ingin tahu ilmiah anak.

Beberapa bentuk kontribusi yang dapat dilakukan orang tua antara lain:

  • Menyediakan waktu dan ruang bagi anak untuk mengerjakan proyek di rumah.

  • Membantu mencari bahan daur ulang, alat eksperimen, atau narasumber lokal yang relevan.

  • Memberikan masukan saat sekolah mengadakan project showcase.

  • Menjadi role model dalam berpikir logis, ilmiah, dan kreatif.

Sebagai contoh, orang tua bisa mendampingi anak saat menguji alat penyaring air buatan rumah tangga, lalu memberikan feedback berdasarkan hasil pengamatan. Aktivitas sederhana seperti ini dapat menumbuhkan rasa ingin tahu sekaligus menguatkan hubungan emosional antara anak dan orang tua.

3. Masyarakat dan dunia industri sebagai sumber belajar dan ruang praktik nyata

Menurut Oktina, proses belajar yang bermakna tidak berhenti di ruang kelas. Siswa perlu mengalami langsung penerapan ilmu yang mereka pelajari dalam kehidupan nyata. Di sinilah peran masyarakat dan dunia industri menjadi penting.

Beberapa bentuk kolaborasi yang dapat dilakukan, di antaranya:

  • Komunitas lingkungan hidup berperan sebagai “laboratorium hidup” tempat siswa dapat belajar langsung tentang keberlanjutan.

  • Dunia industri memberikan mentoring atau kunjungan edukatif untuk mengenalkan proses kerja nyata.

  • Warga lokal seperti petani, teknisi, atau wirausahawan dapat menjadi narasumber sesuai bidang keahliannya.

Contohnya, dalam proyek “Energi Terbarukan dari Sampah Organik,” sekolah dapat berkolaborasi dengan pengelola bank sampah dan pelaku UMKM lokal. Siswa kemudian mempresentasikan hasil solusi mereka kepada masyarakat sebagai bentuk kontribusi nyata.

Selain memberikan pemahaman teoritis tentang penerapan metode STEM, ketiga narasumber juga membagikan tips praktis untuk menumbuhkan eksplorasi, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis siswa — baik di sekolah maupun di rumah.

Anda dapat menyimak rekaman lengkap pemaparan ketiga narasumber melalui tautan berikut.

Ingin terus memperdalam pemahaman tentang pembelajaran berbasis STEM? Dapatkan akses ke seluruh webinar dan workshop GuruInovatif.id di bulan Oktober hanya dengan Rp50.000 melalui tautan berikut.

GYh4tCwVIgJeK5uFWXtZgtIvthmavmTs8XGuqNVm.png

Klik disini untuk klaim promonya


Penulis: Eka | Penyunting: Cahya

0

0

Loading comments...

Memuat komentar...

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

GI Class #95 | Menghapus 3 Dosa Besar Pendidikan di Sekolah
0 sec
Happy Learning, Strategi Pengelolaan Kelas yang Positif dan Menyenangkan
0 sec
Kupas Tuntas Strategi Persiapan Tugas Akhir untuk Mahasiswa
0 sec
GI Class Spesial Ramadhan: Meningkatkan Diri dengan Melatih Kesabaran
0 sec
Pilihan Tema In House Training bersama Guru Inovatif
0 sec
Pendaftaran Beasiswa Pendidikan Indonesia 2023 Telah Dibuka
0 sec
Komunitas