Kegiatan literasi penting dilakukan sejak usia dini. Pentingnya literasi bagi kehidupan untuk membekali manusia menghadapi beragam tantangan, hambatan, dan permasalahan dalam hidup.
Literasi mencakup membaca, menulis, memahami, menganalisis, dan berpikir kritis. Salah paham terjadi di kalangan publik yang menganggap literasi hanya perkara membaca saja. Padahal literasi lebih luas dari itu.
Semakin baik dalam seseorang dalam penguasaan literasi, maka memudahkan ia mencapai kesuksesan, tahan banting terhadap beragam permasalahan, dan dapat memberikan solusi terhadap orang-orang di lingkungan sekitarnya.
Para pendiri bangsa seperti Bung Karno dan Bung Hatta mumpuni dalam penguasaan literasi. Mereka memetik banyak hal-hal positif dari kegiatan berliterasi sejak usia dini. Mereka adalah pembaca aktif.
Keduanya memperlakukan buku sebagai jendela dan satu celah untuk bergerak bebas mempelajari apa pun di dunia ini. Mereka mampu melakukan proses interpretasi dan refleksi terhadap buku-buku yang dibaca.
Dari proses refleksi tersebut keduanya memiliki solusi bagaimana memerdekakan Indonesia, bagaimana mengusir kolonialisme, bagaimana menyusun pidato-pidato yang mampu mengubah keadaan, bisa memahami apa bedanya dijajah atau tidak dijajah, dan bagaimana kelak menjalankan pemerintahan negara merdeka.
Generasi Bung Hatta atau Bung Karno sangat menyadari bahwa buku-bukulah yang membuka wawasan untuk memahami keadaan dunia kala itu. Membaca telah menghantarkan mereka kepada alam pemikiran baru sehingga mereka mengerti keadaan Indonesia perlu merdeka dan berdikari.
Buku sudah mendarah daging dalam hidup mereka. Koleksi buku keduanya dalam jumlah yang mencengangkan. Kisah legendaris betapa Hatta mencintai buku kala Belanda hendak mengasingkannya ke Digul, Papua Selatan.
Kala hendak diasingkan pada 1935, Hatta meminta kepada pemerintah kolonial untuk membawa serta buku-bukunya yang jumlah totalnya saat itu sebanyak 16 peti. Satu peti berisi 100 buku.
Hikmah Tersembunyi Masa Pandemi
Budaya membaca bisa saja belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Bagi sebagian kalangan, buku adalah suatu kemewahan. Mereka lebih baik menggunakan uang untuk membeli makanan atau minuman.
Dalam rapat koordinasi nasional bidang perpustakaan Maret 2021, Kepala Balitbang Kemdikbudristekdikti mengungkapkan hasil Programme for International Student Assessment (PISA) bahwa 70 persen siswa berada di bawah level kompetensi minimum dalam membaca, 71 persen di dalam matematika, dan 60 persen sains. Berkaca terhadap hasil tersebut sehingga standar tingkat literasi siswa di Indonesia masih berada di level 2 PISA.
Level 2 PISA menandakan bahwa siswa pada level ini hanya mampu memahami yang tertulis di dalam teks. Mereka belum mampu berpikir tingkat tinggi. Selain tingkat memahami teks yang masih rendah. Sudah menjadi rahasia umum masih rendahnya budaya membaca di Indonesia.
Masih sedikit sekali keluarga yang betul-betul menyisihkan uang khusus untuk anggaran pembelian buku. Teladan Bung Hatta dalam menyediakan anggaran untuk membeli buku untuk ketiga putrinya dapat dijadikan pelecut semangat.
Meutia Hatta, puteri pertama Bung Hatta mengungkapkan bahwa ia mengucapkan banyak terima kasih kepada Ayah atas pendidikan lewat membaca yang diajarkan dalam keluarga. Bung Hatta selalu memberikan buku-buku kepada tiga puterinya atau ketiga puterinya membeli buku dari uang saku yang Bung Hatta berikan (Badudu, 2019).
Dalam buku, Start with Why diungkapkan ada dua acara untuk memengaruhi perilaku manusia: memanipulasi dan menginspirasi (Sinek, 2019). Tokoh bangsa Bung Hatta yang memiliki habitus membaca penulis pilih untuk menginspirasi siswa untuk gemar membaca.
Dari luar negeri penulis memberikan contoh tokoh-tokoh yang menginspirasi perihal habitus membaca. Salah satu tokoh inspiratif yang sering penulis sampaikan dalam pembelajaran, yakni Bill Gates. Ia memiliki keteguhan dan komitmen merawat habitus membaca.
Mantan CEO Microsoft ini membaca sebanyak 50 buku per tahun. Buku-buku ia yang baca pun kerap dibagikan kepada para pengikut di situsnya, www.gatesnotes.com dengan tajuk: My 2020 summer book recommendations.
Penyebaran virus Korona yang cepat menimbulkan kepanikan tak terperi. Semua sektor kehidupan terkena dampak. Pun, dunia pendidikan terkena imbas. UNBK dibatalkan. Kebijakan merumahkan siswa dan guru menyebabkan pembelajaran daring menjadi pilihan utama hingga kini.
Penyesuaian pun perlu dilakukan oleh segenap siswa dan guru. Segala aplikasi yang mendukung pemelajaran daring mendadak hits. Google classroom, Google Hangout, Microsoft Teams, Zoom, IG live, dan Youtube kini menjadi pilihan dalam pembelajaran daring.
Siasat Solutif
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019 merilis data survei sosial ekonomi nasional yang menyebutkan hanya sekitar 13,02 persen penduduk usia lima tahun ke atas yang datang ke perpustakaan. Dari jumlah tersebut ternyata dominasi buku yang dibaca mereka ketika mengunjungi perpustakaan adalah buku pelajaran (80,83 persen) dan kitab suci (73,65 persen).
Data survei sosial ekonomi nasional (Susenas) tentang angka kunjungan ke perpustakaan yang rendah serta kurangnya ragam bahan bacaan yang dibaca siswa juga berimbas pada rendahnya aktivitas literasi membaca secara nasional.
Lalu, bagaimana potret berliterasi pada masa pandemi? Untuk pembelajaran literasi pada masa pandemi, penulis sudah tidak dapat mengajak para siswa berkunjung ke perpustakaan.
Situasi darurat pada masa pandemi juga menimbulkan berkat tersembunyi bagi pembelajaran literasi. Kompetensi guru untuk berkreasi dalam merancang program-program literasi diperlukan agar berliterasi tetap bisa terlaksana, meskipun masih dalam situasi pandemi.
Kebetulan penulis menjadi pengikut beberapa penerbit di Twitter. Kala pandemi mulai menerjang Indonesia, beberapa penulis memberikan akses gratis untuk mengunduh buku-bukunya.
Penulis memberikan informasi kepada para siswa tepat di hari terakhir boleh mengunduh gratis buku-buku dari Rissa Saraswati dan Faza Meonk, kreator komik Si Juki di google books. Ternyata masih banyak pula buku gratis yang dibagikan secara legal pada masa pandemi ini. Kumpulan penulis muda yang memberikan akses gratis mengunduh kumpulan cerpen bertema Covid-19.
Penerbit Gramedia Pustaka Utama juga memberikan akses kepada pengikut di media sosialnya untuk mengunduh gratis dan legal, yakni dua buku Paulo Coelho: ABCD dan Arti Damai serta buku Mitch Albom: Uluran Kasih.
Galeri Buku Jakarta di situs galeribukujakarta.com membagikan 90 judul buku yang dapat diunduh secara gratis dan legal. Puluhan buku yang digratiskan tersebut sudah atas persetujuan para penulisnya. Gerakan mendonasikan karya buku di situs Galeri Buku Jakarta merupakan gagasan dari sastrawan Damhuri Muhammad.
Terbaru. Perpustakaan di tempat penulis bertugas, SMP Pahoa sudah membuka layanan pesan antar peminjaman buku. Siswa mengisi form peminjaman daring dalam situs perpustakaan. Layanan pesan antar dibuka dari Senin – Jumat, pukul 07.00-15.00. Siswa kelas 7 sudah ada beberapa yang memanfaatkan layanan tersebut.
Selain itu, penulis juga memberikan informasi untuk siswa mendaftar anggota iPusnas. iPusnas adalah aplikasi perpustakaan digital persembahan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Dengan menjadi anggota iPusnas mereka dapat meminjam koleksi buku secara daring. Pada kelas 7 yang penulis ampu juga sudah ada beberapa siswa yang memanfaatkan peminjaman melalui iPusnas.
Kepada siswa yang telah memanfaatkan peminjaman buku dari iPusnas, penulis memberikan pertanyaan berikut:
1. Apakah ada kesulitan saat meminjam?
2. Apakah ini pengalaman pertama pinjam buku secara daring?
3. Bagaimana kesan pesan usai berhasil meminjam dan membaca buku dari iPusnas?
Rata-rata jawaban dari tiga pertanyaan tersebut bahwa siswa tidak menemui kesulitan berarti saat meminjam buku. Selama stok buku tersedia, maka mereka bisa meminjamnya. Selain itu, mereka juga mengungkapkan bahwa ini pertama kali meminjam buku secara daring.
Terakhir, mereka menyatakan kepuasan bahwa ternyata menyenangkan bisa meminjam semua koleksi iPusnas tanpa perlu membayar sepeser pun. Tak hanya itu, mereka menambahkan bahwa durasi peminjaman buku diberikan waktu lama serta tak ada batas untuk meminjam buku.
Pengalaman siswa meminjam buku secara daring atau melalui pesan antar justru menepis anggapan bahwa pandemi akan melunturkan semangat membaca. Sebaliknya, masa pandemi yang menakutkan justru menimbulkan gerakan literasi yang masif.
Banyak penulis yang mengizinkan buku-bukunya diunduh untuk menemani siapa pun yang terpaksa menepi dan berdiam diri di rumah entah sampai kapan. Pandemi menggiatkan kebiasaan baru, khususnya untuk para siswa di SMP Pahoa perihal habitus membaca. Betapa pentingnya membangun habitus membaca untuk kehidupan serta mulai membiasakan menggunakan fasilitas peminjaman buku dari secara daring.
Metode Unik dan Asyik Membaca
Kala berkuliah di UNJ penulis diajar oleh dosen bernama, J.D Parera. Selain dosen, beliau juga penulis andal. Beliau mengajarkan teknik membaca cepat. Kami mendapat pemahaman baru dalam menemukan melalui metode unik membaca yang diperkenalkannya. Salinan fotokopi beragam buku-buku teks berbahasa asing yang dijadikan referensi perkuliahan diberikan kepada kami hanya daftar isi.
Ternyata metode tersebut merupakan metode pemetaan daftar isi buku. Metode tersebut merupakan cara cepat dalam menentukan tema-tema buku yang hendak dibaca lebih mendalam. Tidak hanya itu beliau juga memberikan tips membaca melalui indeks buku. Metode tersebut sering penulis pratikkan saat hendak membaca buku. Melalui indeks buku penulis dapat mengetahui, apakah tema-tema yang dicari terdapat dalam buku.
Membaca indeks buku juga penulis ajarkan kepada para siswa. Metode ini berguna saat mereka berkunjung ke perpustakaan atau saat hendak membeli buku. Melalui indeks buku mereka dapat menentukan suatu buku yang mereka cari atau butuhkan untuk jam literasi apa sudah tepat.
Penutup
Pandemi membutuhkan adaptasi baru, termasuk berliterasi. Belajar dari rumah membuat siswa mampu mengakses beragam materi pembelajaran. Guru perlu mengarahkan agar siswa menggunakan internet untuk kegiatan yang mendukung kesuksesan pembelajaran.
Untuk literasi guru dapat mengenalkan siswa dengan beragam aplikasi membaca digital yang tersedia banyak di internet seperti iPusnas, cabaca, webtoon, storial, dan novelme. Ragam aplikasi tersebut perlu mereka ketahui agar banyak pilihan bacaan yang dapat dipinjam atau hanya sekadar dibaca tanpa meminjam di rumah.
Pandemi yang membatasi gerak siswa, termasuk pergi ke toko buku atau ke perpustakaan dapat teratasi dengan semakin melimpahnya aplikasi bacaan digital. Dari rumah mereka dapat terus memuaskan dahaga pengetahuan melalui gawai atau sabak dengan melakukan peminjaman dan membaca daring.
Siswa perlu terus disadarkan betapa penting berliterasi pada masa pandemi. Selain itu, mereka juga diingatkan untuk menjadikan buku sebagai teman terbaiknya dalam meraih impian.