Guru Sebagai Navigator: Arahkan Murid Untuk Penggunaan Teknologi Digital yang Lebih Bermakna dan "Purposeful" - Guruinovatif.id

Diterbitkan 26 Agu 2023

Guru Sebagai Navigator: Arahkan Murid Untuk Penggunaan Teknologi Digital yang Lebih Bermakna dan "Purposeful"

Sebuah esai opini tentang bagaimana guru sepatutnya memposisikan diri dalam upaya mengarahkan anak murid untuk memaksimalkan potensi teknologi digital dan menghidari penggunaan yang kontra produktif

Refleksi

GUSTI DARMA

Kunjungi Profile
734x
Bagikan

Randy, seorang murid SMP kelas 7, duduk manis menyimak gurunya yang tengah menjelaskan tugas membuat slide presentasi dengan tema proses metamorfosis.Sang guru menyampaikan kalau slidenya harus memiliki gambar yang banyak. minimal terdiri dari 12 halaman dan dikumpulkan 3 hari kemudian. Setelah mendengar pemaparan tersebut, Randy tertegun sedikit khawatir karena deadline tugasnya bersamaan dengan deadline 5 mata pelajaran yang lain. Dia membayangkan kalau nanti pulang sekolah akan sangat sibuk menggarap semua tugasnya dan takut tak ada waktu untuk bermain video game MOBA kesukaannya padahal ia sudah janji mau push-rank bersama Roni dan Rizki, teman satu membernya. Sepulang sekolah ia memutar otak bagaimana caranya menyelesaikan tugas secepat mungkin supaya dia punya waktu untuk main game, prioritas utamanya saat ini. 

Randy bolak-balik mengecek gawai pintarnya sembari menelisik alat pencarian canggih. Langsung saja ia memasukan kata kunci “ proses metamorfosis“ dan voila! semua informasi yang dibutuhkan muncul sekejap. Bukan suatu hal yang sulit bagi Randy menerobos masuk ke sebagian besar perangkat, situs web, platform media sosial, dan semua jenis teknologi lainnya karena dia adalah seorang digital native yang tumbuh besar dengan genggaman teknologi internet di tangan sejak usia 0 tahun. Dari lahir Randy sudah dijejali video musik anak dan tontonan bayi sebagai hiburan di kala bosan atau di sela-sela waktu makan Sebagai sarana hiburan anti rewel oleh orang tua mereka

Bermodalkan copy paste sekenanya dan sedikit editing tugas membuat slide presentasi akhirnya rampung dan siap untuk dikirim ke e-mail pak guru. Dia tidak peduli apakah dia paham dengan yang dia buat yang penting tugas selesai dan sesuai dengan apa yang diminta gurunya begitu pula dengan teman-teman Randy yang melalui proses pengerjaan serupa. Yang penting cepat selesai supaya bisa bergegas main game, atau scrolling sosmed, atau bermain gawai lainnya.

Buru-buru dia masuk ke dalam game MOBA untuk bermain bersama 2 kawannya. Dengan hero andalannya dan kerja sama yang apik, mereka memukul mundur team musuh. Namun sayang, karena internet Roni tidak stabil dia keluar paksa dari game dan menyebabkan musuh menyerang balik dan mengalahkan mereka. Beberapa ronde kejadian serupa terjadi sehingga membuat Randy kesal dan mengakhiri permainan. Dengan hati yang kalut karena kalah game dan tak naik rank, dia mengekspresikan kekesalannya di sosial media menggunakan kalimat yang jauh dari indah berhias emoji jari tengah dan ekspresi merah marah. 

Selain itu, Randy juga gemar memposting meme yang kadang kurang sesuai dengan usianya. Dia belum menyadari kalau kegiatannya di sosial media dapat membawa konsekuensi buruk di masa depannya. Ada banyak sekali contoh orang kehilangan karir  dan nama baiknya seketika karena ada yang mengulas aktivitas digital mereka di masa remaja yang penuh dengan kelabilan.Gambaran tentang Randy adalah realita yang dialami oleh jutaan anak-anak di Indonesia yang mengalami kesulitan untuk menyadari betapa sebenarnya teknologi digital sangat memfasilitasi mereka untuk mengembangkan potensinya karena mereka belum memiliki alat navigasi yang bernama literasi digital sehingga apa yang mereka lakukan dengan teknologi digital tidak terarah dan kadang malah bersifat merugikan. Mampu menggunakan gawai digital dan mampu memanfaatkan gawai digital secara terliterasi adalah dua hal yang berbeda.

Apa yang menyebabkan kemudahan akses terhadap segala macam informasi tidak serta merta menjadikan para murid memiliki kemampuan inisiatif untuk menggunakanya sebagai medium belajar namun malah cenderung terjebak kepada penggunaan yang jauh dari kata pemanfaatan. Fenomena yang cukup paradoks jika mereka diliputi ketidaktahuan meskipun berada tepat di tengah arus informasi. Lantas bagaimana para guru sebagai pendidik mestinya bertindak. Mungkin aspek yang paling berdampak dari peran guru dalam memupuk literasi digital adalah mencontohkan perilaku digital yang tepat. Ketika siswa mengamati guru mereka mengevaluasi sumber secara kritis, menghormati etiket online, dan menggunakan teknologi untuk tujuan pendidikan, mereka cenderung meniru perilaku ini. Tindakan guru bergema secara mendalam, mempengaruhi sikap dan kebiasaan siswa terhadap teknologi.

Meskipun platform media sosial menawarkan konektivitas dan peluang berbagi informasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, platform tersebut juga menyimpan potensi risiko—terutama bila digunakan dengan cara yang tidak fokus. Daya pikat pembaruan instan, tombol like, dan notifikasi dapat membuka jalan bagi kecanduan media sosial. Fenomena ini dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental, menghambat produktivitas, dan mengikis hubungan antarmanusia yang sejati. Dalam konteks ini, guru berfungsi sebagai sumber daya yang berharga, memberikan pengetahuan yang membekali siswa dengan alat untuk membuat keputusan tentang keterlibatan online mereka. Konsep penggunaan internet yang bertujuan berkisar pada pemanfaatan potensi dunia digital untuk tujuan pendidikan dan konstruktif. Dalam bidang ini, guru mempunyai pengaruh besar, menawarkan wawasan yang memungkinkan siswa mengoptimalkan sumber daya online untuk penelitian, pembelajaran, kolaborasi, dan pertumbuhan pribadi. Dengan memupuk literasi digital dan mengembangkan kemampuan untuk membedakan aktivitas online yang bermakna dan gangguan, pendidik memberdayakan siswa untuk menavigasi lanskap digital yang luas dengan penuh kesengajaan.

Guru memainkan peran penting dalam menumbuhkan kebiasaan digital yang sehat di kalangan siswa. Ini dapat dicapai melalui pendekatan multi-aspek, termasuk mengenalkan konsep kesadaran akan Detoks Digital. Mendidik siswa tentang konsep detoks digital mendorong mereka untuk beristirahat secara berkala dari layar kaca, sehingga membina hubungan yang lebih sehat dengan teknologi. Ada pula kita mestinya menawarkan kegiatan alternatif dengan mendorong siswa untuk mengambil bagian dalam aktivitas offline seperti hobi, olahraga, membaca, dan waktu berkualitas bersama teman dan keluarga berfungsi sebagai pengingat akan kayanya pengalaman di luar layar, sehingga mendorong gaya hidup seimbang. Dengan menginspirasi siswa untuk mengadopsi perilaku online yang terarah, pendidik tidak hanya membentuk prestasi akademik tetapi juga membina individu yang berpengetahuan luas yang mampu menavigasi lanskap digital dengan kebijaksanaan, kearifan, dan keseimbangan. 

Kita dapat melihat dari permasalahan di atas bahwa tidak semua permasalahan belajar terselesaikan melulu dengan teknologi karena akar masalahnya adalah teknologi yang harusnya dapat memfasilitasi murid untuk lebih produktif justru malah menjadikan mereka kontra-produktif. Konten atau isi dari pengajaran sendiri bukanlah menjadi pokok utama lagi sebab hampir semua pengetahuan dapat didapatkan dengan sangat mudah dengan internet. Kini yang menjadi konsentrasi utama adalah kenapa justru motivasi murid untuk mencari tahu sendiri apa yang perlu dipelajari dapat dibilang rendah padahal alatnya sudah tersedia dengan sebegitu canggihnya. Di titik inilah peran guru diperlukan bukan sebagai sumber pengetahuan, namun sebagai navigator yang bertugas menentukan kemana arah kapal bernama kegiatan belajar berlayar. Literasi digital, membantu murid membedakan antara aktivitas online yang produktif seperti penelitian dan aktivitas kurang produktif seperti scrolling tanpa tujuan. Penetapan tujuan yang jelas adalah keutamaaan sebelum terjun ke dunia online, baik untuk pembelajaran, penelitian, atau kolaborasi dengan memperkenalkan teknik manajemen waktu, dengan menekankan perlunya mengalokasikan slot waktu tertentu untuk aktivitas online dan pentingnya menetapkan batasan untuk mencegah waktu pemakaian perangkat yang berlebihan.

Pendidik juga mesti libatkan orang tua dan wali dalam diskusi tentang penggunaan internet yang sehat di rumah, membina komunikasi terbuka. Kita dapat mempertimbangkan untuk mengundang pembicara tamu atau pakar literasi digital untuk menawarkan beragam perspektif dan saran praktis untuk mengadakan lokakarya, debat, atau diskusi interaktif untuk mendorong pembelajaran sejawat dan berbagi strategi. Melalui strategi ini, para pendidik dapat secara efektif membimbing siswa untuk menavigasi lanskap digital dengan penuh kesadaran, memaksimalkan potensi pendidikan dari internet sambil meminimalkan gangguan dan mengembangkan kewarganegaraan online yang bertanggung jawab. 

Percepatan perkembangan teknologi yang melesat kencang adalah sebuah tantangan bagi guru dan pendidik untuk senantiasa berproses dalam pengembangan kompetensi yang dapat diraih jika kita mau terus terlibat dalam kegiatan-kegiatan produktif seperti (Pelatihan Guru, Sertifikasi Guru, Pelatihan In House Training) mengingat betapa mudahnya akses informasi, mudah bagi para pendidik untuk mencari tahu informasi beragam lokakarya yang bahkan sering dilaksanakan secara cuma-cuma.

#GuruInovatif #LombaArtikelS4 #ArtikelGI dan #LombaGI


Penyunting: Putra

0

1

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Pembelajaran Diferensiasi Yang Menarik Dengan Media Literasi Digital Visual
5 Puisi Menarik Hari Pendidikan Nasional
2 min
Mentalitas yang Tersamarkan oleh Profesionalitas
2 min
"Penguatan Literasi Digital sebagai Jawaban Tantangan Sekolah Menghadapi Era Modern"
Meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada materi Dampak Penjajahan Bangsa Eropa bagi Indonesi
4 min
Pentingnya Positive Parenting bagi Anak
3 min

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar