Guru merupakan salah satu pekerjaan yang sering dipuja sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Bagaimana tidak? Guru memiliki tugas penting sebagai agent of change, menghasilkan generasi unggul dengan harapan membawa perubahan bagi kepada peserta didik. Namun, di balik sebutan yang mulia dan beban yang diembannya, ternyata ada beberapa hal yang luput dari perhatian seorang guru, terutama mengenai dirinya sendiri. Banyak guru yang kurang sadar dengan kondisi kesehatan mentalnya sendiri. Padahal, agar pembelajaran berjalan dengan baik guru harus memiliki kondisi mental dan emosional yang stabil.
Berdasarkan pidato Presiden RI, Pak Joko Widodo, pada acara HUT ke-78 PGRI dan Hari Guru Nasional 2023, pekerjaan guru berisiko memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibanding pekerjaan lainnya. Hal ini disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu perilaku siswa, perubahan kurikulum, dan perkembangan teknologi. Stres yang berkepanjangan dan tidak segera diatasi juga tidak baik karena menyebabkan guru rentan mengalami burnout.
Apa itu Burnout?
Burnout adalah kondisi seseorang ketika sedang stres dan mengalami kelelahan secara emosional dan fisik. Burnout biasanya ditunjukkan dengan penurunan semangat kerja. Hal ini dikarenakan pengidap burnout mengelami kelelahan secara emosional yang menyebabkan penurunan produktivitas kerja dan merasa lebih putus asa terhadap apa yang dilakukannya. Apabila diperinci, burnout terdiri dari penurunan prestasi kerja, keletihan emosi, dan depersonalisasi.
Penyebab Burnout
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya burnout, baik dari faktor internal dan eksternal. Beberapa hal penyebab burnout adalah sebagai berikut.
Pengalaman Mengajar
Salah satu penyebab burnout adalah pengalaman mengajar. Guru yang baru saja memulai kariernya akan lebih rentan terkena burnout dibandingkan guru yang sudah berpengalaman mengajar lebih lama. Hal ini disebabkan guru yang baru saja memulai kariernya memiliki ekspektasi tinggi terhadap usaha yang dilakukannya dalam pembelajarannya.
Gaji yang Tidak Sebanding
Sudah menjadi lagu lama apabila gaji guru menjadi salah satu faktor penyebab guru mengalami burnout. Ketika guru merasa gaji yang diterima tidak sebanding dengan jerih payahnya, maka hal ini akan meningkatkan risiko terkena burnout. Biasanya, guru yang merasa gajinya tidak setimpal akan mengambil beberapa pekerjaan sampingan di luar jam sekolah. Namun, dengan mengambil pekerjaan tambahan akan meningkatkan rasa lelah dan menimbulkan burnout.
Interaksi yang Buruk Sesama Rekan Kerja
Guru yang kurang mendapat dukungan dari rekan kerjanya akan lebih mudah mengalami burnout daripada guru yang aktif berinteraksi dengan rekan kerja lainnya. Apabila guru tidak memiliki rekan kerja yang solid maka cenderung merasa kesepian dan tidak memiliki support system yang baik ketika mengalami krisis yang dihadapi. Oleh karena itu, jangan lupa bentuk hubungan yang sehat dengan sesama rekan pengajar.
Beban Tugas Berlebihan
Seperti yang diketahui, tugas guru tidak hanya mengajar namun juga perlu mengerjakan tugas tambahan lainnya, seperti menjadi wali kelas, menjadi pembina OSIS, menjadi pembina kegiatan ekstrakurikuler, dan lain-lainnya. Tugas yang berjubel tersebut bisa mengakibatkan guru tidak fokus dengan tugas pokok sebagai pengajar dan menjadi salah satu penyumbang terjadinya burnout pada guru.
Sikap Peserta Didik
Berinteraksi dengan peserta didik merupakan kegiatan sehari-sehari yang dilakukan guru. Peserta didik memiliki sikap dan karakter yang berbeda-beda. Ada peserta didik yang sopan dan menjaga sikap di depan guru, ada pula peserta didik yang terlalu ‘akrab’ dengan guru hingga lupa kesopanan. Sikap peserta didik menjadi salah satu penyebab burnout. Guru yang berhadapan dengan peserta didik yang memiliki tingkah laku buruk akan lebih mudah mengalami burnout dan putus asa. Hal ini dikarenakan guru merasa gagal untuk membimbing peserta didik.
Cara Mengatasi Burnout Pada Guru
Burnout yang berkepanjangan akan mempengaruhi kelancaran pembelajaran. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk mengatasinya. Berikut ini adalah beberapa kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi burnout.
Melatih Manajemen Waktu dan Skala Prioritas
Beban tugas guru yang berlebihan menyebabkan guru kewalahan dalam mengerjakan tugasnya dan menyebabkan burnout. Hal ini bisa diatasi dengan belajar melatih mengatur manajemen waktu dan skala prioritas. Guru bisa membuat daftar kegiatan apa saja yang akan dilakukan selama seminggu ke depan. Kemudian kelompokkan daftar kegiatan berdasarkan klasifikasi kepentingan, seperti mendesak, penting, kurang mendesak, dan tidak penting. Dengan menyusun skala prioritas akan memudahkan menyelesaikan pekerjaan secara berurutan.
Memberi Penghargaan yang Layak
Memberikan apresiasi kepada guru akan mengurangi risiko terkena burnout. Apresiasi yang diberikan tidak harus dalam bentuk materi yang mewah dan mahal, namun bisa berupa ucapan apresiasi. Ucapan apresiasi bisa disampaikan melalui pesan singkat atau secara langsung. Dengan mendengarkan ucapan apresiasi yang tulus, bisa sangat membantu guru merasa dihargai.
Menerapkan Work Life Balance
Setelah melewati hari-hari yang padat dan tugas pekerjaan yang berjubel, pastinya para guru membutuhkan istirahat. Istirahat dan tidak melulu berkutat pada pekerjaan, dibutuhkan para guru untuk menciptakan kehidupan yang seimbang. Untuk mengatasi burnout, para guru bisa memaksimalkan akhir pekan untuk melakukan hobi atau rekreasi. Tujuan melakukan hobi dan rekreasi adalah untuk mendapatkan energi positif dari kegiatan yang dilakukan dan menyiapkan bahan bakar energi untuk kegiatan mengajar minggu depan. Dengan begitu, gejala burnout akan mereda dan bisa melakukan pembelajaran dengan baik seperti semula.
Sebagai salah satu pekerjaan mulia, menjadi guru memang rentan terkena burnout. Oleh karena itu, para guru perlu menyadari kondisi emosional dan mentalnya untuk melakukan pencegahan lebih dini. Dengan memiliki guru yang bermental stabil akan menunjang kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan efektif, sehingga menghasilkan generasi yang lebih unggul. Semangat sehat untuk para guru Indonesia!
Penyunting: Putra