DEGRADASI KESEHATAN MENTAL PADA PENDIDIK MILENIAL DAN CARA MENGATASINYA
Kesehatan mental baru-baru ini menjadi isu yang sangat banyak dipublikasikan pada media massa maupun media sosial. Berbicara mengenai kesehatan mental maka. tidak bisa dipisahkan dari kondisi kejiwaan, emosi dan psikis seseorang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tekanan yang tinggi dari dunia pekerjaan tak jarang membuat penderitanya merasa stress dan depresi sehingga memicu terjadinya gangguan mental. Khususnya pada generasi Milenial yaitu generasi yang lahir pada 1981-1996 (saat ini berusia 24-39 tahun). Banyak kasus yang menyabkan generasi ini menjadi sasaran empuk yang terjangkit gangguan kesehatan mental. Hal ini dikarenakan usia prodiktivitas seseorang yang berada dalam dunia pekerjaan. Juga tentunya tidak terlepas dari pengaruh teknologi yang cepat sehingga membuat penyebaran informasi mudah diakses oleh semua pihak. Berbagai tekanan dan tuntutan kerja yang tinggi membuat banyak generasi milenial khusunya pendidik yang akhirnya mengalami gangguan kesehatan mental. Kurangnya tenaga psikologis dan pelatihan dasar tentang hal ini menyebabkan banyak kasus yang akhirnya tidak bisa ditangani dan berujung pada penyimpangan.
Tekanan kerja yang menuntun pendidik untuk menjadi role model bagi peserta didik, seolah menjadikan guru harus tampil sempurna dan tanpa melakukan kesalahan. Padahal jika kita berbicara mengenai manusia maka, kita adalah mahluk yang tidak luput dari kesalahan. Belum lagi pengaruh media sosial bagi pendidik, kita dilihat dari semua arah oleh siswa maupun orangtua. Baik tentang apa yang kita posting dan apa yang kita perlihatkan. Seringkali yang kita tunjukan pada akhirnya adalah sebuah kebohongan dan kepura-puraan. Indikator Stres Kerja Menurut Robbins (2006) yaitu
- Tuntutan tugas;
- Tuntutan peran;
- Tuntutan antar pribadi;
- Struktur organisasi;
- Kepemimpinan organisasi.
Indikator Kinerja Karyawan Menurut Robbins (2006) yaitu
- Kualitas;
- Kuantitas;
- Ketepatan waktu;
- Efektivitas;
- Kemandirian.
Lantas pertanyaan mendasar saat ini adalah bagaimana cara menghadapi hal ini? Jawaban mengenai masalah ini ada pada penyebab awal dan diri kita serta bagaimana cara kita mengatasi hal tersebut. Sebagai seorang pendidik, beberapa langkah yang dapat dilakukan memperbaiki gangguan mental pendidik.
Pertama adalah kesehatan jiwa, jiwa adalah apa yang ada di dalam hati dan akan terpancar keluar diri kita. Jiwa juga berkaitan erat dengan hubungan pribadi yang baik yang kita bangun bersama dengan Tuhan. Hubungan pribadi yang berjalan baik dengan Pencipta kita melalui doa dan pengharapan, akan memberikan ketentraman dan kedamaian pada diri kita. Penyerahan sepenuhnya pada sang pencipta menjadikan kita mampu menghadi berbagai situasi dan tekanan yang ada. Dengan keadaan dunia yang mungkin ingin menunjukkan diri, dunia yang mencemooh dan menuntut kita dari berbagi hal. Percaya bahwa sejauh apapun kita melangkah, Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita.
Kedua, mengelola emosi kita. Salah satu kutipan dalam buku Filosofi Teras mengatakan bahwa kita tidak bisa mengendalikan apa yang ada di luar diri kita, yang bisa kita kendalikan adalah emosi kita dan respons kita terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam setiap masalah yang kita hadapi. Artinya sebisa mungkin sebelum mengambil sebuah tindakan, kita harus menahan diri dan mampu berpikir dengan tenang. Beberapa tips yang diberikan dari buku tersebut menyebutnya sebagai STAR ( Stop, Think, Assess, Respon). Banyak hal yang terjadi diluar kendali kita, namun respon kita terhadap masalah tersebutlah yang mendewasakan kita sebagi pendidik.
Ketiga dalah menjaga psikis kita agar tetap sehat, mungkin terdengar sangat spele tetapi sulit untuk diterpkan secara konsisten. Berapa banyak dari pendidik yang saat ini mengajar melakukan aktivitas olahraga yang rutin? Kita sering kali telena dengan tugas yang banyak dan mengoreksi tugas-tugas siswa. Kita lupa bahwa tubuh yang sehat adalah kunci menajga kewarasan diri. Melakukan olahraga sederhana yang mungkin hanya 15-30 menit setiap hari dapat membantu kita untuk mengurangi stress di tempat kerja. Mulailah dari meluangkan waktu untuk diri sendiri dan peduli terhadap kehesatan kita. Sebagi pendidik kita juga memerlukan waktu mee time untuk diri kita. Berdialog dan berefleksi pada idri sendiri juga merupakan salah satu cara untuk menjaga kewarasan dan kesehatan mental kita.
Tentunya untuk melakukan hal di atas, kita juga memerlukan orang lain dan komunitas yang terus mendorong dan membantu kita. Lingkungan yang baik akan memengaruhi cara pandang kita dalam menghadapi berbagai hal sehingga isu kesehatn mental bukan hal baru bai kita. Sebagi seorang pendidik, mengatasi hal ini adalah seolah bertempur dengan diri sendiri. Berperang melawan tubuh sendiri dan bangkit menjadi pahlawan yang tidak rentan terhadap isu yang ada. Miliki hati untuk terus mau belajar dan menperbaiki diri serta tidak perlu terlalu menjadi sempurna, karena ketidaksempuraan lah yang membuat kita menajdi sempurna.
Penyunting: Putra