Oleh: Asep Jamil Habibi, S.Pd, Gr

Dalam setiap permainan, bukan hanya keterampilan fisik yang diuji, tetapi juga karakter dan sikap kita terhadap orang lain.
Terbukti dalam pembelajaran PJOK di tempat saya mengajar (SDIT IBADURROHMAN) bahwa olahraga bisa menjadi sarana efektif untuk menanamkan sportivitas, empati, dan kerja sama sejak dini.
Seperti dalam gambar di atas, seorang siswa terjatuh saat berlangsungnya permainan. Namun, yang terjadi selanjutnya jauh lebih bermakna daripada sekadar sebuah insiden di lapangan, teman-temannya berinisiatif membantu, menunjukkan kepedulian, dan ada yang mengulurkan tangan untuk meminta maaf. Ini adalah cerminan sikap positif yang harus diterapkan dalam setiap permainan, bahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Internalisasi Pembelajaran Berbasis Deep Learning dalam PJOK
Metode deep learning dalam PJOK tidak hanya mengajarkan keterampilan motorik, tetapi juga bagaimana anak-anak mengalami, memahami, dan menerapkan nilai-nilai kehidupan yang lebih dalam. Berikut beberapa pelajaran yang bisa dipetik:
1. Mengajarkan sportivitas dalam setiap situasi
Tidak peduli apakah itu basket, futsal, voli, atau permainan lainnya, sikap sportif harus tetap dijaga.
Sportivitas berarti berani menerima kekalahan, rendah hati saat menang, dan tetap menghormati lawan maupun kawan.
2. Membentuk karakter empati dan kepedulian
Ketika seseorang terjatuh—baik secara fisik maupun dalam kehidupan—sikap terbaik adalah membantu, bukan meninggalkan.
Ini bukan sekadar aturan permainan, tetapi juga prinsip penting dalam kehidupan sosial.
3. Belajar dari pengalaman nyata (experiential learning)
Anak-anak mengalami langsung bagaimana menyelesaikan konflik kecil dalam permainan, misalnya meminta maaf setelah bersenggolan atau membantu teman yang kesulitan.
Mereka memahami bahwa tindakan kecil bisa berdampak besar dalam membangun hubungan sosial yang baik.
4. Menanamkan sikap tanggung jawab dan resiliensi
Jika berbuat salah, akui dan perbaiki.
Jika jatuh, bangkit kembali.
Jika menghadapi tantangan, jangan menyerah—ini adalah prinsip yang berlaku di dalam dan di luar lapangan.
PJOK Lebih dari Sekadar Gerakan Fisik
Melalui pendekatan Deep Learning dalam PJOK, anak-anak tidak hanya belajar cara mengoper bola atau berlari cepat, tetapi juga memahami nilai-nilai yang lebih dalam, seperti kerja sama, kepedulian, dan integritas. Prinsip-prinsip ini tidak hanya berlaku dalam olahraga, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, di rumah, dan dalam interaksi sosial mereka ke depan. Karena sejatinya, setiap permainan adalah cerminan dari kehidupan, dan cara kita bersikap di lapangan mencerminkan siapa kita sebenarnya.
Mari terus jadikan PJOK sebagai sarana pembelajaran yang bermakna, agar anak-anak tidak hanya menjadi atlet dan siswa yang baik, tetapi juga manusia yang lebih baik sepanjang hayat. 💪🔥
Referensi:
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2024). Capaian Pembelajaran PJOK SD Fase A & B (Nomor 032/2024).
Dweck, C. S. (2006). Mindset: The New Psychology of Success. Random House.
Kolb, D. A. (1984). Experiential Learning: Experience as the Source of Learning and Development. Prentice Hall.
Hellison, D. (2011). Teaching Personal and Social Responsibility Through Physical Activity. Human Kinetics.
Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ. Bantam Books.
Penyunting: Putra