Indonesia genap 100 tahun menuju usia emasnya pada tahun 2045. Seiring pertumbuhan usia bangsa, banyak pula tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia. Sehingga, perlu adanya adaptasi dan transformasi dalam menyiapkan manusia Indonesia yang berkualitas menyambut Indonesia Emas 2045. Dimana pendidikan adalah salah satu kunci utamanya. Dalam pengembangan pendidikan, sangat bergantung pada kurikulum yang diterapkan. Kurikulum di ibaratkan sebagai ruhnya pendidikan. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, kurikulum pun harus berubah. Kurikulum Merdeka menjadi gerbang utama dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 mendatang. Mengapa demikian? Nah di artikel ini saya akan mengeksplorasikan terkait penerapan pembelajaran berdifferensiasi sebagai salah satu strategi dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka.
Kurikulum Merdeka berpijak pada filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, yakni mendorong anak didik untuk maju. Melalui penerapan kurikulum merdeka, anak-anak Indonesia bisa belajar lebih baik dan memiliki keunggulan, memiliki kompetensi, mental pekerja keras, integritas, inovatif dan memiliki karakter profil pelajar pancasila. Adapun kelebihan dari Kurikulum Merdeka, yaitu lebih sederhana, lebih fleksibel dan lebih relevan.
Salah satu strategi pembelajaran yang bisa diterapkan dalam implementasi kurikulum merdeka yaitu Pembelajaran Berdifferensiasi. “Pembelajaran berdifferensiasi adalah pembelajaran untuk mendukung semua murid di kelas kita”, dikutip dari modul Pendidikan Guru Penggerak.
Mengapa kita perlu menerapkan pembelajaran berdifferensiasi? Alasannya yaitu, dengan penerapan pembelajaran berdifferensiasi, tujuan pembelajaran didefinisikan secara jelas. Pembelajaran berdifferensiasi mampu merespon kebutuhan belajar murid, lingkungan belajar yang mengundang untuk belajar, memiliki manajemen kelas yang efektif dan penilaian berkelanjutan. Dengan demikian, pembelajaran berdifferensiasi mampu meningkatkan kreatifitas murid dalam pembelajaran. Dalam penerapan pembelajaran berdifferensiasi ini, kita sebagai guru mesti memahami terlebih dahulu kebutuhan belajar murid dan bagaimana merepon kebutuhan tersebut. Menurut Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek, yaitu Kesiapan belajar (readiness) murid, Minat murid dan Profil belajar murid. Untuk mengetahui sejauhmana kesiapan belajar murid, guru bisa melakukan identifikasi kemampuan awal murid. Dengan mengetahui sejauhmana kesiapan murid dalam melakukan aktivitas belajar, guru akan mengetahui seberapa besar ketertarikan murid terhadap proses belajar yang akan dilakukan. Begitu juga dengan Minat murid. Guru dapat melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan minat dari murid tersebut. Minat murid merupakan faktor utama untuk bisa melibatkan murid terlibat aktif. Guru juga mesti memahami kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar murid. Dimana setiap murid memiliki profil belajar masing-masing. Jadi, sebagai guru harus bisa menyesuaikan metode pembelajaran dengan menyesuaikan gaya belajar murid agar kebutuhan masing-masing murid bisa terpenuhi. Ada 3 (tiga) strategi dalam mendeferensiasikan pembelajaran, yaitu melalui Differensiasi Konten, Differensiasi Proses dan Differensiasi Produk. Dengan mendeferensiasikan pembelajaran, guru diharapkan dapat menggunakan berbagai pendekatan belajar sehingga sebagian besar murid menemukan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Berdasarkan paparan diatas, penulis telah menerapkan praktik baik pembelajaran berdifferensiasi pada bidang studi Bahasa Inggris. Penulis melakukan ketiga strategi differensiasi pada bidang studi yang di ampu. Pada saat itu, materi yang di ajarkan yaitu terkait Teks Procedure. Pada tahapan differensiasi konten, penulis memvariasikan konten antar kelompok. Dimana antar kelompok disajikan kontent yang berbeda namun masih tetap berkaitan dengan materi pembelajaran saat itu. misalkan kelompok 1 memahami konten tentang “How to connect bloothooth speaker”. Kelompok 2 memahami tentang “How to use a blender” sementara kelompok 3 memahami tentang “How to insert sim card handphone” dan kelompok 4 membahas tentang “How to Set up Printer”. Pada tahapan differensiasi proses, penulis melakukan proses yang bervariasi juga. Dalam differensiasi proses, penulis sudah membagikan peserta didik berdasarkan gaya belajar mereka yang telah di ketahui melalui assesment diagnostik sebelumnya. Misalkan, kelompok yang gaya belajarnya audio, penulis meminta anggota kelompok mendengarkan audio/recording melalui smartphone mereka. Kelompok peserta didik yang audio-visual, penulis menyajikan materi melalui tayangan video. Sementara kelompok peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik, penulis melakukan proses pembelajaran dengan menempel potongan gambar di dinding-dinding kelas. Penulis meminta anggota kelompok menemukan potongan gambar yang ada dan menjadi sebuah teks yang terstruktur. Adapun differensiasi produk yang telah penulis terapkan dalam pembelajaran bahasa inggris, penulis meminta peserta didik membuat sebuah teks procedure sesuai dengan minat mereka, bisa dalam bentuk infografis, audio, poster, video ataupun slide persentasi. Peserta didik saya diberi kebebasan memilik bentuk produk yang dihasilkan tergantung dengan minat mereka. Itulah praktik baik yang telah penulis terapkan dalam implementasi Kurikulum Merdeka melalui strategi Pembelajaran Berdifferensiasi di kelas. Dengan penerapan demikian, maka kebutuhan belajar muridpun terpenuhi. Maka, sebagai guru harus menjadi pemelajar sepanjang hayat yang terus mengupgrade diri dengan mengikuti pelatihan guru baik secara online maupun luring. Seorang guru yang terus meningkatkan kompetensi dirinya, maka layak mendapatkan sertifikasi guru. Sebagai guru, kita harus rajin mengikuti in house training dengan fokus dan bersemangat. Begitu banyak media online yang bisa kita manfaatkan untuk menjadikan kita sebagai guru yang inovatif. Guru yang inovatif adalah guru yang terus berkarya dan memberikan dampak pada lingkungan sekitar. Guru inovatif, ia akan memiliki banyak strategi dalam mewujudkan merdeka belajar sehingga mampu menjadi fasilitator bagi murid dalam memenuhi kebutuhan belajarnya.
Terpenuhinya kebutuhan belajar murid, maka akan menghasilkan pembelajaran yang menyenangkan dan berkualitas bagi murid. Sehingga, tujuan pendidikan yang diharapkan akan tercapai dengan maksimal. Hal ini akan memberi dampak pada SDM yang dihasilkan yang akan mengantarkan indonesia menjadi negara maju. Tanpa SDM yang unggul, kita tidak bisa mewujudkan mimpi-mimpi besar para pahlawan kita. Generasi muda saat ini adalah sumber daya manusia Indonesia yang akan membawa dan menentukan kemajuan Indonesia di masa depan. Itulah paparan dari penulis terkait Praktik Pembelajaran Berdifferensiasi di kelas sebagai bentuk implementasi Kurikulum Merdeka. Dengan penerapan pembelajaran berdifferensiasi di kelas, guru mampu memenuhi kebutuhan belajar murid sehingga murid memiliki semangat yang kuat, berani terampil, memiliki kreatifitas yang tinggi, dan memiliki karakter yang baik sehingga mampu menjadikan indonesia nantinya menjadi negara maju. Dengan demikian, penerapan kurikulum Merdeka mampu mewujudkan Indonesia Emas 2045.
#GuruInovatif, #LombaArtikelS3, #ArtikelGI, #LombaGI
Penyunting: Putra