Kehidupan manusia telah berubah pasca pandemi COVID-19, terutama dalam bidang pendidikan. Dalam dunia pendidikan, COVID-19 memaksa kita agar lebih terbiasa dengan penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran. Dalam industry 4.0, peserta didik dan tenaga pendidik diharapkan dapat membudayakan teknologi sebagai bagian terpenting dalam dunia pendidika (Bahri, 2020), seperti penggunaan ggoogle meet dan google classroom. Tenaga pendidik merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan. Pasca pandemi, tenaga pendidik dituntut untuk melakukan transisi, tidak hanya menggunakan teknologi dalam pembelajaran, tetapi juga harus mampu mengembangkannya, sehingga pembelajaran di kelas menjadi tidak monoton dan kelas menjadi lebih hidup.
Menurut peneliti dari Center for Digital Society Universitas Gadjah Mada (UGM), Amelinda Pandu Kusumaningtyas memandang sekolah perlu menerapkan system pembelajaran hibrida yaitu memadukan pembelajaran tatap muka dan meneruskan praktik dalam pembelajaran jarak jauh. Dengan adanya system pembelajaran hibrida, bahan ajar akan lebih menarik dan kelas menjadi lebih interaktif dan kolaboratif. Tenaga pendidik dapat membuat materi ajar yang mudah diakses kapan saja dan dimana saja, termasuk saat peserta didik tidak dapat hadir di sekolah. Dengan penggunaan teknologi dalam pembelajaran, akan meningkatkan kualitas talenta digital dan dapat meningkatkan sumber daya manusia yang lebih unggul. Hal ini selaras dengan visi kurikulum Merdeka Belajar, dimana teknologi digital akan mendorong siswa ataupun tenaga pendidik untuk gotong royong atau kolaborasi.
Dalam dunia pendidikan, teknologi digital tidak hanya sebagai alat bantu pembelajaran (learning tools), melainkan konsep multidimensional. Mengutip salah satu definisi teknologi pembelajaran menurut Association for Education Communication and Technology, yaitu :”education technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by processes and resources” (AECT, 2004). Teknologi pendidikan merupakan studi dan praktik etis dalam upaya memfasilitasi belajar serta meningkatkan kinerja dengan menciptakan, menggunakan, mengelola proses dan sumber teknologi yang tepat.
Dengan adanya teknologi, sekolah mampu melakukan personalisasi belajar mengenai kemampuan setiap siswa. Misalnya saja penggunaan google form untuk melakukan survey deteksi gaya belajar siswa, sehingga tenaga pendidik dapat mengklasifikasikan siswa sesuai dengan gaya belajarnya baik visual, suara, teks maupum kinestetik. Hal ini akan mendorong tenaga pendidik untuk membuat video materi belajar yang dapat diakses melalui google classroom ataupun youtube. Penggunaan teknologi dalam pendidikan akan membuat pekerjaan lebih efektif dan efisien, seperti dalam pembuatan angket dan penyimpanan dokumen google drive yang dianggap sangat memudahkan tenaga pendidik dan siswa dalam menyimpan dokumen dan berkolaborasi. Selain itu, e-learning, online learning dan digital learning dapat digunakan tenaga pendidik untuk mengunggah materi, melakukan presensi, dan sebagai media pengumpulan tugas.
Penggunaan teknologi dalam kelas membuat pembelajaran lebih interaktif, misalnya dengan penggunaan aplikasi di komputer kita seperti media powerpoint. Dengan pembuatan presentasi yang menarik dan berwarna, siswa akan lebih semangat dalam belajar. Selain itu masih banyak lagi aplikasi seperti baamoozle, phet simulations, ataupun quizziz yang akan membuat mebuat siswa lebih aktif. Baamoozle dan quizziz merupakan aplikasi yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian pada siswa seperti pembuatan tes berbentuk permainan. Dengan adanya aplikasi tersebut, tes tidak lagi menjadi sesuatu yang menegangkan dan membosankan, tetapi juga seru dan mengasyikkan. Sedangkan Phet Simulations dapat digunakan guru untuk mensimulasikan beberapa materi yang di dalamnya terdapat banyak sekali simulasi belajar. Misalnya tentang rangkaian listrik yang dapat disimulasikan tanpa adanya alat nyata. Dengan begitu, sekolah yang masih belum memadai peralatan laboratoriumnya dapat terbantu dengan adanya aplikasi ini.
Guru sebagai fasilitator penyelenggaraan kegiatan pembelajaran memiliki kebebasan untuk merancang desain pembelajaran yang akan diterapkan di ruang kelas. Intervensi teknologi pembelajaran yang dipilih dan dirancang harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa di sekolah masing-masing. Penerapan transformasi digital dalam dunia pendidikan juga merupakan cara agar siswa terbiasa dengan teknologi. Sebab, teknologi akan terus maju dan siswa harus terus beradaptasi agar tetap kompetitif di industri. Dengan cara tersebut, pendidikan tidak hanya tentang isi bahan ajar yang diberikan, melainkan juga perkembangan laten dan keakraban dengan hal-hal baru yang ditemui siswa ketika mereka terjun ke dunia nyata.
#Guruinovatif #LombaArtikelS3 #ArtikelGI #LombaGI #TeknologiPascaPandemi
Penyunting: Putra