TIPS MEMETAKAN PESERTA DIDIK DENGAN SOAL HOTS DAN LOTS
Oleh : R.M. HELMY SUJANA, S.Si,S.Pd
Guru Kimia
SMAN 1 PRONOJIWO KAB. LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR
Peserta didik merupakan salah satu unsur terpenting dalam proses pembelajaran. Dan setiap peserta didik mempunyai karaktersistik yang berbeda-beda. Karaktersistik itu meliputi etnik, kultural, status sosial, minat belajar, tingkat kognitif, kemampuan awal, gaya belajar, motivasi, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral-spiritual, dan perkembangan motorik. Aneka ragam karakteristik ini sering dijumpai oleh guru baik di dalam maupun di luar kelas.
Sebagai seorang guru atau pendidik akan merasa kesulitan untuk memfasilitasi semua perbedaan karakteristik itu dalam proses pembelajaran. Salah satu karakteristik yang bisa dipelajari oleh seorang pendidik adalah tingkat kognitif atau tingkat pemikiran peserta didik. Menurut Taksonomi Bloom yang kemudian disempurnakan oleh Lorin Anderson, David Kratwohl, dkk mengkategorikan berbagai tingkat pemikiran, mulai dari tingkat terendah hingga tertinggi, yaitu (1) mengingat (remember); (2) memahami (understand); (3) mengaplikasikan (apply); (4) menganalisis (analyze); (5) mengevaluasi (evaluate); dan (6) mencipta (create). Butir ke-1 hingga ke-3, sesuai konsep awalnya, dikategorikan sebagai kemampuan berpikir tingkat rendah dan sedang yang diistilahkan dengan Low Order Thinking Skills (LOTS) dan Medium Order Thinking Skills (MOTS). Sedangkan butir ke-4 hingga ke-6 dikategorikan sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi yang diistilahkan dengan High Order Thinking Skills (HOTS).
Dengan mengetahui variasi tingkat kognitif peserta didik, kedepannya guru atau pendidik bisa memetakan kemampuan kognitif peserta didik ke dalam kelompok remedial dan kelompok pengayaan. Pada tahap selanjutnya kelompok remedial akan mendapatkan program remedial, tujuannya yaitu peserta didik bisa menuntaskan bagian materi pelajaran belum tuntas. Sedangkan kelompok pengayaan mendapatkan program pengayaan dengan tujuan kedepan yaitu mengikuti ajang olimpiade mulai dari tingkat kabupaten hingga tingkat nasional sebagai perwakilan sekolah
Program pemetaan ini bisa diterapkan pada semua sekolah dan jenjang, baik itu sekolah negeri maupun swasta, ditingkat dasar maupun menengah. Dan semua mata pelajaran juga bisa mengaplikasikan program ini baik itu mata pelajaran wajib, peminatan maupun lintas minat.. Namun, berjalan baik atau tidaknya program ini tergantung pada kemauan dan kemampuan pendidik dalam menerapkan tahapan-tahapan yang ada dalam program pemetaan.
Berikut ini tahapan-tahapan yang harus dikerjakan oleh pendidik agar program pemetaan peserta didik ini bisa berjalan dengan baik yaitu 1) Persiapan ; 2) Pelaksanaan ; 3) Evaluasi ; dan 4) Pemetaan. Keempat tahapan ini bisa di masukkan secara tidak langsung ke dalam model atau metode pembelajaran yang akan dipakai pendidik tersebut dalam proses pembelajaran dikelas.
Pada tahap awal yaitu tahap persiapan, seorang pendidik menyiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),dan yang terpenting adalah soal LOTS dan HOTS yang nantinya akan menjadi tolak ukur pemetaan. Tahapan ini dikerjakan sebelum pembelajaran dimulai. Biasanya tahapan ini dikerjakan pada awal-awal tahun pelajaran atau pada saat libur sekolah. Dengan adanya perangkat pembelajaran ini, guru tersebut dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan terarah sehingga target kurikulum bisa tercapai secara maksimal.
Apabila tahap persiapan sudah dilakukan, maka tahap berikutnya adalah tahap pelaksanaan. Pada tahap ini, guru tersebut mengimplementasikan perangkat pembelajaran yang sudah disusun tersebut ke dalam pembelajaran di kelas. Pada saat pembelajaran ini, pendidik/guru mulai mempelajari karakteristik lain para peserta didik, seperti etnik, kultural, status sosial, minat, kemampuan awal, gaya belajar, motivasi, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral dan spiritual, dan perkembangan motorik. Karakteristik peserta didik ini bisa menjadi alat bantu untuk mensukseskan program pemetaan.
Hal terpenting selanjutnya dalam tahapan evaluasi adalah menyiapkan soal evaluasi dengan berbagai tingkatan kognitif LOTS dan HOTS. Pada tahapan ini keterampilan guru juga akan diuji pada saat penyusunan soal-soal evaluasi. Guna memudahkan guru atau pendidik dalam merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan Kata Kerja Operasional (KKO). Sebagai contoh kata kerja “menentukan‟ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja “menentukan‟ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk menentukan keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus lalu peserta didik diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja “menentukan‟ bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.
Menyusun soal HOTS bagi guru merupakan sebuah tantangan tersendiri . Ada beberapa rambu-rambu yang harus dipahami oleh bapak ibu guru dalam menyusun soal HOTS. Sebagai bahan pertimbangan, soal-soal yang sulit belum tentu dikatakan sebagai soal HOTS. Dan soal HOTS bisa berubah menjadi soal LOTS apabila soal HOTS tersebut sering muncul dalam ujian atau tes apalagi soal tersebut dilengkapi dengan pembahasannya. Salah satu contoh soal sulit tapi bukan HOTS yaitu soal menanyakan tahun kejadian sebuah peristiwa sejarah yang jarang ditemui peserta didik. Contohnya, “Pada tahun berapa presiden Suharto lahir ?”.
Komponen penting berikutnya dalam menyusun soal HOTS adalah 1) mengkaitkan soal pada kehidupan nyata (kontekstual) ; 2) Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, biasanya dalam soal terdapat stimulus ; 3) menggunakan soal yang beragam yang didalamnya ada soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, atau uraian. Berikut contoh soal HOTS dalam pelajaran Kimia pada materi Stoikiometri Kimia : Suatu tablet aspirin (obat pereda nyeri) tertulis mengandung 26,3 % aspirin dalam setiap tabletnya (massa tiap tablet adalah 1 gram). Jika rumus molekul aspirin adalah C9H8O4, tentukan jumlah tablet minimum yang perlu dilarutkan ke dalam 500 mL air sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi lebih dari 0,01 M larutan aspirin! (Ar C=12; Ar H =1; Ar O=16).
Agar berimbang dalam proses evaluasi, secara teknis soal LOTS dan HOTS bisa dibuat dengan perbandingan 1 : 1 dengan durasi waktu mengerjakan paling tidak selama 60 menit. Jika terdapat 20 butir soal evaluasi yang berupa pilihan ganda, maka susunannya adalah 10 butir soal LOTS dan 10 butir soal HOTS. Masing-masing soal benar bernilai satu, sehingga total skor maksimalnya adalah 20. Maka dari itu, untuk mempermudah proses pemetaan nantinya, seorang pendidik atau guru menyiapkan tabel analisis butir soal dan tabel penskoran peserta didik.
Pada tahapan terakhir yaitu tahapan pemetaan, peserta didik dengan skor 11 sampai dengan 20 dimasukkan kedalam kelompok pengayaan dan peserta didik dengan skor 1 sampai dengan 10 dimasukkan ke dalam kelompok remedial. Selanjutnya kelompok pengayaan di bimbing secara intensif oleh guru tersebut yang nantinya dipersiapkan untuk lomba olimpiade baik ditingkat kabupaten, propinsi hingga nasional. Sedangkan kelompok remdial di beri bimbingan juga agar nilainya menjadi tuntas.
Pada umumnya para guru atau pendidik biasanya ‘main tunjuk’ kepada peserta didik dalam mengikuti lomba olimpiade atau sejenisnya. Sehingga menimbulkan beban psikologis kepada peserta didik dalam mengikuti lomba tersebut. Karena model tunjuk langsung menyebabkan peserta didik menjadi kurang termotivasi dan menyebabkan hasil olimpiade menjadi kurang maksimal. Tak hanya itu saja, dengan model tunjuk langsung seperti ini tidak memunculkan jiwa berkompetisi pada peserta didik.
Dengan metode pemetaaan seperti ini memudahkan guru untuk memilih peserta didik dalam mengikuti lomba – lomba seperti olimpiade sains dan sejenisnya. Sisi positif lainnya yang bisa diambil adalah sistem penilaian kepada peseta didik menjadi lebih obyektif. Tak hanya itu saja, guru dan peserta didik juga bisa mengasah kemampuannya dalam mempelajari soal-soal LOTS dan HOTS pada masing-masing mata pelajaran. Dengan demikian, guru yang sering ‘main’ tunjuk langsung kepada peserta didik pada saat pemilihan peserta lomba-lomba olimpiade bisa dihindari